Bab X. Perkara-perkara yang disunnahkan untuk berwudhu

(lihat Thuhurul Muslim hal 91-96)

 

 

1. Ketika berdzikir dan berdo’a kepadaAllah Subhanahu wa Ta’ala

Dalilnya :Hadits Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau mengabarkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam dengan khobarnya

(pesannya) Abu Amir Shallallahu ‘alaihi wa Salam bahwasanya beliau (Abu Amir Radhiyallahu ‘anhu) berkata kepada dia (Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu)

: Sampaikan pada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam salam dariku, dan katakanlah padanya “Mohon ampunlah (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala)

untukku”. Ketika dia (Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu) mengabarkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam maka Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa

Salam meminta air kemudian berwudhu dengan air tersebut kemudian mengangkat kedua tangannya lalu berkata ; “Ya Allah berilah ampunan bagi hambamu Abu Amir…(Riwayat Bukhori, lihat al-fath 8/41 dan Muslim 4/1944)

2. Ketika akan tidur

Sesuai dengan hadits Baro’ bin Azib Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : Jika engkau mendatangi tempat berbaringmu maka berwudhulah seperti wudhumu ketika (akan) sholat kemudian berbaringlah di atas sisi (tubuh)mu yang kanan. (Riwayat Bukhori)

 

3. Setiap kali berhadats

Sesuai dengan hadits Buraidah Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :

Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam mendapati pagi pada suatu hari, maka Beliau memanggil Bilal dan berkata :”Wahai Bilal dengan apa engkau

mendahului aku ke surga?, sesungguhnya aku memasuki surga tadi malam maka aku mendengar suara langkah engkau di depanku”, maka Bilal menjawab :”Tidaklah sama sekali aku beradzan kecuali aku sholat dua rakaat dan tidak pernah sama sekali aku berhadats kecuali aku berwudhu” (Riwayat Ahmad dan dishohihkan oleh Al-Albani dalam Shohih at-Targib no 95)

 

4. Setiap akan sholat (walaupun belum batal wudhunya)

Sesuai dengan hadits Abu Huroiroh Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : Kalaulah tidak memberatkan umatku akan aku perintah mereka untuk berwudhu setiap  dan untuk bersiwak setiap berwudhu. (Riwayat Ahmad dan dishohihkan oleh Al-Albani dalam shohih at-Targib no 95)

 

5. Ketika mengangkat mayat

Sٍesuai dengan hadits Abu Huroiroh Radhiyallahu ‘anhu secara marfu’: Barangsiapa yang memandikan mayat maka mandilah dan barangsiapa yang mengangat mayat maka berwudhulah (Riwayat Abu Dawud, dan

ishohihkan oleh Al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil no 144 sehingga ini merupakan pendapat syaikh Al- Albani dalam tamamul minnah, namun hadits ini didho’ifkan oleh Syaikh Bin Baz sehingga beliau menganggap tidak disunnahkannya berwudhu karena mengangkat mayat, adapun berwudhu

karena memandikan mayat adalah sunnah sesuai dengan hadits Aisyah dan Asma’, akan datang penjelasannya pada bab mandi insya Allah Subhanahu wa Ta’ala)

 

6. Setelah muntah

Sesuai dengan hadits Ma’dan dari Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam muntah lalu beliau berbuka

kemudian berwudhu. (Riwayat Tirmidzi dan dishohihkan oleh Al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil no 111)

 

7. Karena memakan makanan yang tersentuh api (dibakar)

Sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam :

Berwudhulah karena memakan makanan yang tersentuh api. (Riwayat Muslim 1/272)

Kemudian telah tsabit dari hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu dan Amr bin Umayyah Radhiyallahu ‘anhu dan Abu Rofi’ Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam makan daging yang tersentuh api kemudian

beliau berdiri dan sholat dan tidak berwudhu. (Riwayat Bukhori no 5408 dan Muslim 1/273). Hal ini menunjukan bahwa disunnahkannya wudhu setelah memakan daging yang tersentuh api.

 

8. Orang yang junub ketika akan makan

Sesuai dengan hadits Aisyah, beliau berkata : Rosulullah Sٌhallallahu ‘alaihi wa Salam, jika beliau junub kemudian ingin makan atau tidur maka beliau berwudhu sebagaimana wudhu (untuk) sholat. (Riwayat Muslim 1/248 no 305)

 

9. Karena ingin mengulangi jimak

Sesuai dengan hadits Abu Sa’id Al-Khudri bahwasanya Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : Jika salah seorang dari kalian mendatangi

(menjimaki) istrinya, kemudian dia ingin mengulanginya maka hendaklah dia berwudhu. (Riwayat Muslim no 308. Berkata Syaikh Bin Baz dalam syarah bulugul maram :”Dzohirnya perintah untuk wajib”.)

Adapun mandi maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam mengelilingi istri-istrinya dengan sekali mandi. (Riwayat Muslim no 309)

 

10. Ketika orang yang junub ingin tidur namun tidak mandi junub

Sesuai dengan hadits Aisyah ketika beliau ditanya : “Apakah Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam tidur dan dia dalam keadaan junub?”, maka

Aisyah menjawab : “Benar, dan dia berwudhu” (Riwayat Bukhori no 286 dan Muslim no 305) Dan juga hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Umar Radhiyallahu ‘anhu meminta fatwa (bertanya) kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam, maka dia (Umar Radhiyallahu

‘anhu) berkata :”Apakah salah seorang dari kami tidur dan dia dalam keadaan junub?”, Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam berkata :

“Hendaknya dia berwudhu kemudian hendaklah dia tidur hinga dia mandi jika dia kehendaki” (Riwayat Bukhori no 287 dan Muslim no 306)

Berkata Syaikh Bin Baz :”Dan telah datang (riwayat) dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bahwasanya terkadang beliau mandi sebelum beliau tidur. Maka keadaannya ada tiga :

  • Seseorang tidur tanpa wudhu dan tanpa mandi, maka ini makruh dan menyelisihi sunnah
  • Seseorang beristinja dan berwudhusebagaimana wudhunya sholat (kemudian tidur), maka ini tidak mengapa
  •  Seseorang berwudhu dan mandi (kemudian tidur) maka ini adalah yang sempurna.

 

MAROJI’ :

1. Nailul Author, Asy-Syaukani

2. Roudlotun Nadliah, Syaikh Sidiq Hasan Khan

3. Syarhus Sunnah, Imam Al-Bagowi

4. Irwa’ul Ghalil, Syaikh Al-Albani

5. Tamamul Minnah, Syaikh Al-Albani

6. Sifat Wudhu Nabi , Fahd bin Abdirrohman Ad-

Dausi

7. Taudlihul Ahkam, Syaikh Ali Bassam

8. Al-Fiqh al- Islami, DR. Wahb Az-Zuhaili

9. Thuhurul Muslim, Syaikh Al-Qohtoni

10. Syarhul Mumti,’ Syaikh Utsaimin

 

Disalin dari : KEMUDAHAN DI DALAM SIFAT WUDHU’ NABI,  disusun oleh :

Al-Ustadz Abu ‘Abdil Muhsin as-Soronji, Lc, Ebook, Maktabah Ummu Salma.

Tinggalkan komentar