3 – Al Lafazhat ( ungkapan kata kata ).
Adapun tentang Al Lafazhat (ungkapan kata kata), maka cara menjaganya adalah dengan mencegah keluarnya kata kata atau ucapan dari lidahnya,
yang tidak bermanfaat dan tidak bernilai. Misalnya dengan tidak berbicara kecuali dalam hal yang diharapkan bisa memberikan keuntungan dan
tambahan menyangkut masalah keagamaannya. Bila ingin berbicara, hendaklah seseorang melihat dulu, apakah ada manfaat dan keuntungannya atau tidak ? bila tidak ada keuntungannya, dia
tahan lidahnya untuk berbicara, dan bila dimungkinkan ada keuntungannya, dia melihat lagi, apakah ada kata kata yang lebih
menguntungkan lagi dari kata kata tersebut ? bila memang ada, maka dia tidak akan menyia nyiakannya.
Kalau anda ingin mengetahui apa yang ada dalam
hati seseorang, maka lihatlah ucapan lidahnya,
ucapan itu akan menjelaskan kepada anda apa
yang ada dalam hati seseorang, dia suka ataupun
tidak suka.
Yahya bin Mu’adz berkata : hati itu bagaikan panci
yang sedang menggodok apa yang ada di
dalamnya, dan lidah itu bagaikan gayungnya,
maka perhatikanlah seseorang saat dia berbicara,
sebab lidah orang itu sedang menciduk untukmu
apa yang ada di dalam hatinya, manis atau asam,
tawar atau asin, dan sebagainya. Ia menjelaskan
kepada anda bagaimana “rasa” hatinya, yaitu apa
yang dia katakan dari lidahnya, artinya,
sebagaimana anda bisa mengetahui rasa apa yang
ada dalam panci itu dengan cara mencicipi dengan
lidah, maka begitu pula anda bisa mengetahui apa
yang ada dalam hati seseorang dari lidahnya,
anda dapat merasakan apa yang ada dalam
hatinya dan lidahnya, sebagaimana anda juga
mencicipi apa yang ada di dalam panci itu dengan
lidah anda.
Dalam hadits Anas Radhiyallahu ‘anhu yang
marfu’, Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam
bersabda :
“Tidak akan istiqomah iman seorang hamba
sehingga hatinya beristiqomah ( lebih dahulu ),
dan hati dia tidak akan istiqomah sehingga
lidahnya beristiqomah ( lebih dahulu ).”
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa Sallam
pernah ditanya tentang hal yang paling banyak
memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau
menjawab “Mulut dan kemaluan”. ( HR. Turmudzi,
dan ia berkata : hadits ini hasan shoheh ).
Sahabat Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu
pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alayhi
wa Sallam tentang amal apa yang dapat
memasukkannya ke dalam sorga dan
menjauhkannya dari api neraka ?, lalu Nabi
memberitahukan tentang pokok, tiang dan puncak
yang paling tinggi dari amali tersebut, setelah itu
beliau bersabda :
“Bagaimana kalau aku beritahu pada kalian inti
dari semua itu ?’, dia berkata : ya, ya Rasulallah,
lalu Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam memegang
lidah beliau sendiri kemudian bersabda : “ jagalah
olehmu yang satu ini”, maka Mu’adz berkata :
adakah kita disiksa disebabkan apa yang kita
ucapkan ?, beliau menjawaba : “Ibumu kehilangan
engkau ya Mu’adz, tidakkah yang dapat
menyungkurkan banyak manusia di atas wajah
mereka ( ke Neraka ) kecuali hasil ( ucapan ) lidah
lidah mereka ?” ( HR. Turmudzi, dan ia berkata :
hadits hasan shoheh ).
Dan yang paling mengherankan yaitu bahwa
banyak orang yang merasa mudah dalam menjaga
dirinya dari makanan yang haram, perbuatan
aniaya, zina, mencuri, minum minuman keras
serta melihat pada apa yang diharamkan dan lain
sebagainya, namun merasa kesulitan dalam
mengawasi gerak lidahnya, sampai sampai orang
yang dikenal punya pemahaman agama, dikenal
dengan kezuhudan dan kekhusyu’an ibadahnya,
juga masih berbicara dengan kalimat kalimat yang
dapat mengundang kemurkaan Allah Subhanahu
wa Ta’ala, tanpa dia sadari bahwa satu kata saja
dari apa yang dia ucapkan dapat menjauhkannya (
dari Allah dengan jarak ) lebih jauh dari jarak
antara timur dan barat. Dan betapa banyak anda
lihat orang yang mampu mencegah dirinya dari
perbuatan kotor dan aniaya, namun lidahnya tetap
saja membicarakan aib orang orang, baik yang
sudah mati ataupun yang masih hidup, dan dia
tidak sadar akan apa yang dia katakan.
Kalau anda ingin mengetahui hal itu, lihatlah apa
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab
shohehnya, dari Jundub bin Abdillah Radhiyallahu
‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa
Sallam bersabda :
“Adaseorang laki laki yang mengatakan : ‘Demi
Allah, Allah tidak akan mengampuni si Fulan itu’,
maka Allah berfirman : “Siapa orang yang
bersumpah bahwa aku tidak akan mengampuni si
Fulan ?, sungguh Aku telah mengampuninya dan
menggugurkan amalmu.”
Lihatlah, hamba yang satu ini, dia telah beribadah
kepada Allah dalam waktu yang cukup lama,
namun satu kalimat yang diucapkannya telah
menyebabkan semua amalnya terhapus.
Dan di dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu
‘anhu juga dikisahkan cerita seperti ini, kemudian
Abu Hurairah berkomentar : ‘Dia telah
mengucapkan satu kalimat yang dapat
menghancurkan dunia dan akhiratnya’.
Dalam shahih Bukhori dan Muslim, dari Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda :
“Sesungguhnya seorang hamba itu terkadang
mengucapkan satu kalimat yang termasuk dicintai
oleh Allah, dia tidak terlalu perhatian dengan itu,
namun ternyata Allah berkenan meninggikannya
beberapa derajat. Dan sesungguhnya seorang
hamba itu terkadang mengucapkan satu kalimat
yang termasuk dibenci Allah, dia tidak terlalu
perhatian dengan itu, namun ternyata dengan
kalimat itu dia masuk ke dalam neraka
Jahannam.” Dalam riwayat Muslim : “
sesungguhnya seorang hamba itu mengucapkan
satu kalimat yang tidak jelas apa yang
dikandungnya, namun dia dapat menjatuhkannya
ke dalam neraka ( yang jaraknya ) lebih jauh dari
jarak antara timur dan barat.”
Dan dalam riwayat Al Turmudzi, dari hadits Bilal
bin Al Harits Al Muzani Radhiyallahu ‘anhu dari
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa Sallam ,
beliau bersabda :
“Sesungguhnya seorang dari kalian terkadang
mengucapkan satu kalimat yang dicintai oleh
Allah, dia tidak menyangka (
pahalanya ) sampai seperti apa yang dia
dapatkan, namun ternyata dengan kalimat itu
Allah memberikan kepadanya keridloanNya sampai
hari dia berjumpa denganNya kelak. Dan
sesungguhnya seorang dari kalian terkadang
mengucapkan satu kalimat dari yang dimurkai
oleh Allah, dia tidak menyangka ( dosanya )
sampai seperti apa yang dia dapatkan, namun
ternyata Allah memberikan kepadanya
kemurkaanNya sampai dia berjumpa denganNya
kelak.” ‘Alqomah mengatakan : “betapa banyak
ucapan yang tidak jadi aku katakan disebabkan
oleh hadits Bilal bin Al Harits ini.”
Dalam kitab Jami’ At Turmudzi, dari hadits Anas
Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : ada seorang
sahabat yang meniggal, lalu ada seorang laki laki
berkata : ‘berilah kabar gembira dengan sorga’,
maka Nabi bersabda :
“Dari mana kamu tahu?, barangkali dia pernah
mengucapkan ( kalimat ) yang tidak ada guna
baginya atau dia pelit untuk (memberikan )
sesuatu yang tidak akan membuatnya
kekurangan.” (Al Turmudzi berkata : “hadits ini
hasan” ).
Dalam lafadz hadits yang lain disebutkan :
“Adaseorang anak yang meninggal syahid
diperang Uhud, lalu ditemukan diperutnya sebuah
batu yang diikat untuk menahan lapar, kemudian
ibunya mengusap debu yang ada di wajahnya,
sambil mengatakan : “berbahagialah engkau hai
anakku, engkau akan mendapatkan sorga”, maka
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa Sallam
bersabda : “ Dari mana kamu tahu ?,
barangkali dia pernah mengucapkan kata kata
yang tidak berguna baginya, dan menahan apa
yang tidak memberikan mudlarat baginya.”
Dalam shaheh Bukhori dan Muslim, dari Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda :
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka hendaklah dia mengatakan yang baik
baik atau diam saja.”
Dan dalam lafadz hadits yang diriwayatkan oleh
Muslim disebutkan :
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, bila ia menyaksikan suatu perkara maka
hendaklah ia mengatakan yang baik baik atau
diam saja.”
At Tirmidzi menyebutkan dengan sanad yang
shaheh dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi
wa Sallam, bahwa beliau bersabda :
“Termasuk ( salah satu tanda ) kebaikan Islam
seseorang yaitu ( bila ) dia meninggalkan apa apa
yang tidak berguna baginya.”
Dari Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqafi, dia berkata :
“Aku berkata : ‘Ya Rasulallah, katakanlah
kepadaku dalam Islam ini suatu kalimat yang aku
tidak akan menanyakannya pada seorangpun
setelah engkau’, Nabi menjawab : “Katakanlah :
aku beriman kepada Allah, kemudian
beristiqomahlah engkau”, aku bertanya : ‘Ya
Rasulallah, apa yang paling engkau khawatirkan
terhadapku ?’, kemudian Nabi memegang lidah
beliau sendiri lalu mengatakan : “ini” ( maksudnya
lidah, pent. ). ( HR. Turmudzi, dan ia bekata :
hadits ini shaheh ).
Dan Ummu Habibah isteri Nabi Shallallahu ‘alayhi
wa Sallam, dari Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam
beliau bersabda :
“Semua ucapan anak Adam ( manusia ) itu akan
merugikan dia, tidak akan menguntungkan dia,
kecuali ucapan untuk amar ma’ruf (
memerintahkan yang baik ), atau nahi mungkar (
mencegah perbuatan mungkar ), atau dzikir
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” ( At Tirmidzi
berkomentar : hadits ini derajatnya hasan ).
Dalam hadits yang lain disebutkan :
“Bila seorang hamba berada di pagi hari, maka
semua anggota tubuh memberikan peringatan
kepada lidah dan berkata : takutlah engkau
kepada Allah, sesungguhnya kami ini tergantung
kepadamu, bila kamu istiqomah kami akan
istiqomah, dan bila kamu melenceng kami pun
ikut melenceng.”
Sebagian ulama salaf ada yang menyalahkan
dirinya sendiri, hanya sekedar mengucapkan :
“hari ini panas dan hari ini dingin”, dan sebagian
ulama juga ada yang tidur kemudian bermimpi
dan dia ditanya tentang keadaannya, lalu dia
menjawab : “aku tertahan oleh satu ucapan yang
telah aku katakan, aku pernah mengatakan : “oh,
betapa butuhnya orang orang ini kepada hujan”,
tiba tiba ada yang berkata kepadaku “dari mana
kamu tahu itu ?, Akulah yang lebih tahu tentang
kemaslahatan hambaKu.”
Seorang sahabat ada yang berkata pada
pembantunya : tolong ambilkan kain untuk kita
gunakan bermain main, lalu dia berkata :
‘Astaghfirullah, aku tidak pernah mengucapkan
kata kata kecuali aku pasti bisa mengendalikan
dan mengekangnya, kecuali kata kata yang tadi
aku katakan, ia keluar dari lidahku tanpa kendali
dan tanpa kekang.”
Anggota tubuh manusia yang paling mudah
digerakkan adalah lidah, tapi dia juga yang paling
berbahaya pada manusia itu sendiri …
Adaperbedaan pendapat antara ulama salaf dan
khalaf dalam masalah : apakah semua yang
diucapkan oleh manusia itu semua akan dicatat ,
ataukah ucapan yang baik dan yang jelek saja ?,
di sini ada dua pendapat, namun yang lebih kuat
adalah yang pertama.
Sebagian ulama salaf mengatakan : “semua
perkataan anak Adam itu akan merugikan dirinya
dan tidak akan menguntungkannya, kecuali
ucapan yang diambil dari kalam Allah dan ucapan
yang digunakan untuk membelaNya.
Abu Bakar As Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu pernah
memegang lidahnya dan berkata : “inilah yang
memasukkan aku ke dalam berbagai masalah”,
ucapan itu adalah tawanan anda, bila ia sudah
keluar dari mulut anda berarti andalah yang
menjadi tawanannya. Allah selalu memonitor lidah
setiap kali berbicara.
“Tidak suatu ucapanpun yang diucapkan kecuali
ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu
hadir.”
Bahaya lidah :
Pada lidah itu terdapat dua penyakit besar. Bila
seseorang bisa selamat dari salah satu penyakit
itu maka dia tidak bisa lepas dari penyakit yang
satunya lagi, yaitu penyakit berbicara dan
penyakit diam. Dalam satu kondisi bisa jadi salah
satu dari keduanya akan mengakibatkan dosa
yang lebih besar dari yang lain.
Orang yang diam terhadap kebenaran adalah
syetan yang bisu, dia bermaksiat kepada Allah,
serta bersikap riya’ dan munafik bila dia tidak
khawatir hal itu akan menimpa dirinya. Begitu
pula orang yang berbicara tentang kebatilan
adalah syetan yang berbicara, dia bermaksiat
kepada Allah. Kebanyakan orang sering keliru
ketika berbicara dan ketika mengambil sikap diam.
Mereka itu selalu berada di antara dua posisi ini.
Adapun orang orang yang ada di tengah tengah –
yaitu mereka yang berada pada jalan yang lurus –
sikapnya adalah menahan lidah mereka dari
ucapan yang batil dan membiarkannya berbicara
dalam hal hal yang dapat membawa manfaat pada
mereka di akhirat. Sehingga anda tidak akan
melihat mereka mengucapkan kata kata yang
akan membahayakan mereka di akhirat nanti.
Sesungguhnya ada seorang hamba yang akan
datang pada hari kiamat dengan pahala kebaikan
sebesar gunung, namun dia dapati lidahnya
sendiri telah menghilangkan pahala tersebut. Dan
ada pula yang datang dengan dosa dosa sebesar
gunung, namun dia dapati lidahnya telah
menghilangkan itu semua dengan banyaknya
dzikir kepada Allah, dan hal hal yang berhubungan
denganNya.
Sumber : Jangan Dekati Zina karya Al Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyah, penerjemah tim Darul Haq Jakarta