Arsip

ADAB SIWAK [GOSOK GIGI]

ADAB SIWAK [GOSOK GIGI] [1]

Oleh
Syaikh Abdul Aziz Muhammad As-Salman

Pertanyaan.
Apa hukum bersiwak ? Apakah waktunya terbatas ?

Jawaban.
Bersiwak itu sunnah dilakukan pada setiap waktu berdasarkan hadits Aisyah Radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
Baca lebih lanjut

ADAB BUANG HAJAT

Oleh
Syaikh Abdul Aziz Muhammad As-Salman

Pertanyaan.
Tolong jelaskan hukum menghadap dan membelakangi kiblat ketika buang hajat berserta dalilnya. Jelaskan pula tentang perbedaan pendapat di antara ulama dalam masalah ini dan mana yang benar (rajih) ?

Jawaban.
Ada dua pendapat mengenai masalah ini.
Baca lebih lanjut

Istinja Dan Adab-Adab Buang Hajat : Buang Hajat Kecil Atau Hajat Besar Di Jalan Umum?

Oleh
Syaikh Abdul Aziz Muhammad As-Salman

Pertanyaan.
Bagaimana hukum buang hajat kecil atau buang hajat besar di jalan umum (manusia) atau di perteduhan (seperti bawah pohon atau di halte bus) dan apa dalilnya ? Jelaskan dan sertakan dalil tentang itu ! Dan apakah boleh dilakukan dalam kondisi tertentu ?

Jawaban
Hukumnya adalah haram berdasarkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Jauhilah dua (perbuatan) yang menyebabkan laknat, yaitu buang hajat (besar/kecil) di jalan umum atau diperteduhan mereka” [Hadits Riwayat Muslim 269]
Baca lebih lanjut

Istinja Dan Adab-Adab Buang Hajat : Berbicara Ketika Buang Hajat?

Oleh
Syaikh Abdul Aziz Muhammad As-Salman

Pertanyaan.
Bagaimana hukum berbicara ketika kondisi buang hajat dan apa dalilnya?

Jawaban.
Hukumnya adalah sangat makruh (dibenci) kalau tidak terpaksa atau tidak ada keperluan. Adapun dalilnya adalah riwayat dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu dia berkata.

“Artinya : Bahwasanya ada seorang laki-laki lewat ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang buang hajat kecil, lalu laki-laki itu memberi salam kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tetapi beliau tidak menjawab salam tersebut”[Hadits Riwayat Muslim no.370, Abu Dawud no.16, Tirmidzi no. 2720. Nasa’i no. 37 dan Ibnu Majah no. 353]
Baca lebih lanjut

Istinja Dan Adab-Adab Buang Hajat : Hukum Dan Dalilnya

Oleh
Syaikh Abdul Aziz Muhammad As-Salman.

Pertanyaan.
Apa yang dimaksud dengan istinja ? Bagaimana hukumnya serta apa dalilnya ?

Jawaban.
Istinja adalah membersihkan apa-apa yang telah keluar dari suatu jalan (di antara dua jalan : qubul atau dubur) dengan menggunakan air atau dengan batu atau yang sejenisnya (benda yang bersih dan suci [1]). Adapun hukumnya adalah wajib berdasarkan sebuah hadits dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
Baca lebih lanjut

SALAF DALAM RASA TAKUT DAN MURAQABAH MEREKA KEPADA ALLAH

SALAF DALAM RASA TAKUT DAN MURAQABAH [1] MEREKA KEPADA ALLAH

Dari Ibnu Mas’ud radliyallaahu ’anhu bahwasannya ia pernah berkata suatu saat ketika sedang duduk :

إنكم في ممرِّ الليل والنهار في اجال منقوصة، وأعمال محفوظة، والموتُ يأتي بغتة، من زرع خيراًَ يُوشكُ أن يَحصُدَ رغبة، ومن زرع شرًَّا يُوشكُ أن يحصد ندامةًَ، ولكل زارع مثل ما زرع، ولا يسبق بطيءٌ بحظه، ولا يُدرك ُ حريص ما لم يُقدَّرْ له، فمن أُعطيَ خيرًا، فاللهُ أَعطاه، ومن وُقي شرًَّا، فاللهُ وقاه، المتقون سادة، والفقهاءُ قادة، ومجالستهم زيادة

”Sesungguhnya kalian berada di tengah perjalanan malam dan siang, dalam ajal/usia yang selalu berkurang, dalam amal-amal yang selalu dalam penjagaan (Allah). Sedangkan maut senantiasa datang dengan tiba-tiba. Barangsiapa yang menanam kebaikan, niscaya ia akan menuai kebahagiaan. Dan barangsiapa yang menanam kejelekan, niscaya ia akan menuai penyesalan. Setiap orang yang menanam akan menuai hasil sebagaimana yang ia tanam. Seorang yang lambat tidaklah mendahului (orang lain) dengan keberuntungannya. Begitu juga seorang yang tamak tidaklah mendapatkan apa-apa yang tidak ditetapkan baginya. Barangsiapa yang diberikan kebaikan, maka Allah lah yang memberikan (kebaikan itu) kepadanya. Dan barangsiapa yang dijauhkan dari kejelekan, maka Allah lah yang menjauhkan (kejelekan ) itu darinya. Orang-orang yang bertaqwa itu adalah orang-orang yang mulia, dan para fuqahaa (ahli fiqh) para pembimbung umat. Adapun duduk bermajelis dengan mereka semua adalah keutamaan” [2].
Baca lebih lanjut

Berdiri untuk Seseorang

عن أبي مجلز قال خرج معاوية على بن الزبير وبن عامر فقام بن عامر وجلس بن الزبير فقال معاوية لابن عامر اجلس فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : من أحب أن يمثل له الرجال قياما فليتبوأ مقعده من النار

Dari Abu Mijlaz ia berkata : Mu’awiyyah keluar menemui Ibnuz-Zubair dan Ibnu ‘Aamir. Maka Ibnu ‘Aamir berdiri sementara Ibnuz-Zubair tetap duduk. Berkata mu’awiyyah kepada Ibnu ‘Aamir : “Duduklah, sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Barangsiapa yang suka seseorang berdiri untuknya, maka persiapkanlah tempat duduknya di neraka” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Adabul-Mufrad no. 977, Abu Dawud no. 5229, At-Tirmidzi no. 2753, Ahmad 4/93, dan Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahaan 1/219; shahih].

Baca lebih lanjut

Pembahasan : Minum Sambil Berdiri (Perlu Anda Ketahui)

Dalil yang Melarang
عن أنس، عن النبي صلى الله عليه وسلم؛ أنه نهى أن يشرب الرجل قائما. قال قتادة: فقلنا: فالأكل؟ فقال: ذاك أشر أو أخبث.
Dari Anas, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Bahwasannya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri. Qatadah berkata : “Kami bertanya : ‘Bagaimana dengan makan (sambil berdiri) ?”. Beliau menjawab : “Hal itu lebih buruk dan menjijikkan” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2024, At-Tirmidzi no. 1879, Ibnu Maajah no. 3424, Abu Ya’la no. 3195, Abu ‘Awaanah no. 8186, dan Ath-Thahawiy dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar 4/272].
عن أبي سعيد الخدري؛ أن النبي صلى الله عليه وسلم زجر عن الشرب قائما.
Dari Abu Sa’iid Al-Khudriy : “Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallammencela minum sambil berdiri” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2025, Ahmad 3/32 & 54, Abu Ya’la no. 988 & 1321, Ath-Thahawiy dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar 4/272 & Syarh Musykilil-Aatsaar no. 2098, Al-Baihaqiy 7/282, dan Al-Baghawiy dalamSyarhus-Sunnah no. 3045].

Tidak Memberikan Nasihat kepada Orang yang Tidak Menginginkannya

Di antara hal yang sebaiknya diperhatikan oleh pemberi nasihat adalah hendaknya ia menjaga kehormatan dirinya, tidak mengerahkan segala ilmunya, dan tidak memberikan (nasihat) kepada mereka yang tidak mampu menerimanya atau tidak menginginkannya.

Adapun hikmah di balik hal tersebut adalah agar ia tidak memberikan nasihatnya kecuali pada tempat yang sesuai dan pada waktu yang baik untuk memberikan nasihat padanya. Adapun bila kondisi dan situasinya tidak sesuai atau para pendengarnya menyingkir darinya dan tidak menginginkan pembicaraannya, maka seyogyanya ia tidak memberikan nasihatnya. Contohnya, para pendengar sedang dalam walimah pernikahan dimana saat itu mereka sedang tenggelam dalam percakapan serius dan saling memberikan salam (kepada para tamu).

Baca lebih lanjut

Berinteraksi dengan Orang yang Keras Kepala

Al-Imam Ar-Raghiib Al-Asfahaaniy rahimahullah pernah memberikan deskripsi tentang bagaimana cara berinteraksi dengan orang yang keras kepala dan orang-orang yang suka mendebat sebagai berikut :

“Apabila kamu diuji dengan orang yang suka menghasut, orang yang suka berkelahi, dan orang yang suka menyerang dengan tujuan melawan ulama dan membantah orang awam, sebagaimana hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi :

مَنْ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ وَيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ وَيَصْرِفَ بِهِ وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللهُ جَهَنَّمَ.

“Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk melawan ulama’, membantah orang awam, dan mencari perhatian manusia; maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka Jahannam”.