SIFAT SHOLAT NABI (PASAL VII : TASYAHHUD AWAL)


Oleh : Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

 TASYAHHUD AWAL

Rasulullah SAW duduk tasyahud setelah rakaat kedua, jika sholat yang dilakukannya hanya duarakaat, seperti sholat Subuh. Menurut Nasa’i Beliau SAW duduk iftirasy’ (duduk diatas telapak kaki kiri yang dihamparkan dalam telapak kaki kanan yang ditegakkan), seperti ketika Beliau duduk diantara dua sujud. Demikian juga apabila Beliau SAW duduk pada tasyahhud awal dalam sholat tiga atau empat rakaat.

Beliau SAW menyuruh orang yang salah sholatnya untuk melakukan hal itu sebagaimana sabdanya ”Bila kamu duduk dipertengahan sholat, hendaklah kamu melakukan thumuninah. Lalu hamparkanlah telapak kaki kirimu kemudian bacalah tasyahud.” (HR Abu Daud dan Baihaqi).

Dalam hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah, Thayalisi dan Ahmad, Abu Hurairah r.a mengatakan bahwa Nabi SAW telah melarangnya duduk diatas tumit seperti duduknya anjing. Dalam hadits Muslim dan Abu Uwanah, Nabi SAW melarang duduk diatas tumit seperti duduknya setan. Muslim dan Abu Uwanah meriwayatkan bahwa apabila duduk tasyahhud, Nabi SAW meletakkan tangan kanan diatas paha kanannya (dalam riwayat lain disebutkan : pada lutut kanannya) dan meletakkan telapak tangan kirinya pada paha kiri (dalam riwayat lain disebutkan : pada lutut kirinya). Merenggangkan telapak tangannya diatas lutut.

Menurut Nasa’i, Nabi SAW meletakkan siku kanan diatas pada kanannya. Nabi SAW melarang bertumpu pada tangan kirinya pada waktu duduk tasyahud dalam sholat sebagaimana sabdanya ”Cara semacam itu adalah cara sholat orang Yahudi.” (HR Baihaqi dan Hakim).

Dalam hadits lain disebutkan ”Janganlah engkau duduk seperti itu karena duduk seperti tiu adalah duduknya orang yang sedang diazab.” (HR Ahmad dan Abu Daud).

Dalam hadits lain disebutkan ”Duduk seperti itu adalah cara duduk orang-orang yang dimurkai Allah.” (HR Abdur Razzaq).

 

A. Menggerakkan Jari Telunjuk Ketika Duduk Tasyahhud.

Dalam hadits riwayat Muslim dan Abu Uwanah disebutkan bahwa Nabi SAW merenggangkan telapak tangan kiri diatas lutut kirinya. Tetapi Beliau SAW menggenggam semua jari tangan kanannya dan mengacungkan telunjuknya ke kiblat. Lalu mengarahkan pandangan mata ke telunjuknya.

Pada riwayat yang sama disebutkan bahwa ketika Beliau SAW mengacungkan telunjuknya ibu jarinya memegang jari tengah. Terkadang ibu jari dan jari tengahnya membentuk lingkaran. Abu Daud dan Nasa’i meriwayatkan bahwa Nabi SAW menggerak-gerakkan jari telunjuknya sambil berdoa. Beliau bersabda ”(Gerakan jari telunjuk) lebih ditakuti setan daripada pukulan besi.” (HR Ahmad dan Bukhari).

Sebagian sahabat Nabi SAW telah mengambil suatu perbuatan atau meniru perbuatan sahabat yang lain yaitu menggerakkan telunjuknya sambil berdoa. Beliau SAW melakukan ini dalam dua tasyahhudnya (tasyahhud awal dan akhir).

Dalam hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah dan Nasa’i disebutkan bahwa Nabi SAW pernah melihat seorang sahabat berdoa sambil mengacungkan dua jarinya. Lalu Beliau SAW bersabda sambil mengacungkan telunjuknya kepada orang itu ”Satu saja! Satu saja!.”

 

B. Kewajiban Duduk Tasyahhud Awal Dan Membaca Doa

Nabi SAW membaca doa tahiyat setiap dua rakaat. Yang pertama kali Beliau SAW lakukan dalam duduk (pada rakaat kedua) adalah membaca “At-tahiyyatu lillah.” Apabila Beliau lupa melakukan duduk (tasyahhud) pada dua rakaat yang pertama maka Beliau melakukan sujud sahwi. Beliau SAW menyuruh melakukan itu, ”Bila kamu sekalian duduk pada setiap dua rakaat ucapkanlah attahiyyat. Kemudian hendaklah seseorang memilih doa yang disenanginya dan memohon (apa yang diminta) kepada Allah Yang Mahaperkasa dan Mahamulia.” (HR Nasa’i, Ahmad, dan Thabrani).

Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW mengajarkan tasyahhud kepada para sahabatnya seperti Beliau mengajarkan surah-surah al-Qur’an. Menurut sunnah (hadits riwayat Abu Daud dan Hakim), bacaan tasyahhud ini diucapkan dengan samar.

 

C. Macam-Macam Bacaan Tasyahhud

Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabatnya berbagai macam bacaan tasyahhud.

1. Tasyahhud Ibnu Mas’ud

Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan tasyahhud sambil

menggenggam tangannya seperti Beliau mengajarkan surah al-Qur’an,

”Attahiyyatulillah, washolawaatu wath-thoyyibaatu, assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu ….. (Semua ucapan penghormatan, pengagungan, dan pujian hanya milik Allah. Segala

pemeliharaan dan pertolongan Allah akan diberikan untukmu, wahai Nabi ……….) (dan

seterusnya).

2. Tasyahhud Ibnu Abbas.

Ibnu Abbas berkata ”Rasulullah telah mengajarkan kepada kami tasyahhud sebagaimana Beliau mengajarkan kepada kami surah al-Qur’an dimana bacaan tersebut berbunyi,

”Attahiyyaatul mubaarakaatush sholawaatuth thoyyibaatulillah, assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi bawarakaatuh …… (Segala ucapan penghormatan, berkah dan karunia, ucapan pengagungan dan pujian hanyalah milik Allah. Semua perlindungan dan pemeliharaan akan diberikan untukmu, wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan karuniaNya. …..) (dan seterusnya).

3. Tasyahhud Ibnu Umar

Rasulullah SAW mengucapkan dalam tasyahhudnya,

”Attahiyyatulillah, washolawaatu wath-thoyyibaatu, assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh ….. (Semua ucapan penghormatan milik Allah, begitu pula kurnia dan pengagungan. Segala pertolongan dan pemeliharaan akan diberikan untukmu, wahai Nabi ……….) (dan seterusnya).

4. Dan lain-lain.

 

Perlu diperhatikan :25

Lafal assalaamu’alaika ini hanya diucapkan pada saat Rasulullah SAW masih hidup saja oleh para sahabat. Ketika Rasulullah SAW sudah meninggal, para sahabat tidak lagi menggunakan katakata assalaamu’alaika lagi tetapi menggantinya dengan menggunakan kata assalaamu’alannabi.

Demikian yang telah dijelaskan oleh Ibnu Mas’ud. Ibnu Mas’ud berkata ”(Tasyahhud No. 1 itu digunakan) Pada saat itu Beliau (Nabi SAW) berada bersama kami, namun setelah Beliau SAW wafat, kami mengucapkan ’Assalaamu’alannabi ……. ( sampai dengan selesei)’.” Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah,

II/90/I juga oleh Siraj dan Abu Ya’la dalam Musnadnya II, halaman 528 hadits ini ditakhrij dalam kitab Irwaa’ul Ghaliil No. 321. Demikian juga Ibnu Hajar yang berkata ” Benar telah sahih riwayat itu tanpa keraguan (karena telah tetap riwayat tersebut dalam sahih al-Bukhari). Dan sungguh aku telah jumpai mutaba’an (riwayat yang lain) yang menguatkannya.” ’Abdur razzaq berkata : Ibnu Juraij mengabarkan kepadaku, ia berkata, ’Atha’ mengabarkan kepadaku bahwasannya para sahabat dahulu ketika Nabi SAW masih hidup mengucapkan assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu. Setelah Beliau SAW wafat mereka mengucapkan assalaamu’alannabi. Riwayat ini sanadnya shahih.

Untuk lebih jelas pembahasan masalah ini silahkan membaca buku ”Biografi Syaikh Al-Albani Mujaddin Dan Ahli Hadits Abad Ini” karangan Mubarak bin Mahfudh Bamuallim LC. Diterbitkan oleh Pustaka Imam Asy-Syafi’i, dalam bab ’Sunnah-Sunnah Yang Dihidupkan Oleh Imam Al- Albani’, halaman 101.

 

D. Shalawat Nabi, Tempat Dan Lafalnya

Rasulullah SAW membaca shalawat untuk dirinya pada tasyahhud awal dan lainnya. Beliau SAW menganjurkan umatnya untuk melakukan itu seperti Beliau memerintahkan untuk mengucapkan shalawat setelah mengucapkan salam kepadanya. Beliau SAW mengajarkan kepada para sahabat berbagai macam lafal shalawat. Diantaranya adalah sebagai berikut,

1. “Allahumma sholi ‘ala muhammad, wa’ala ahli baitih, wa’ala azwaajihi, wadzurriyyatihi, kamaa shollaita ‘ala aali ibraahim, innaka hamiidun majiid, wabaarik ‘ala muhammad, wa’ala azwaajihii wadzurriyyatihi, kamaa baarakta ‘ala baitihi aali ibraahim innaka hamiidun majid(Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad 26 keluarganya, istrinya, dan keturunannya sebagaimana Engkau (Allah) telah berikan kepada keluarga Ibrahim. …… (dan seterusnya).

Inilah lafal shalawat yang biasa dibaca Nabi SAW.

2. “Allahumma sholli ‘ala muhammad, wa’ala aali muhammad, kamaa shollaita ‘ala ib-roohiim, wa’ala ib-rohiim, innaka hamiidun majiid, Allahumma baarik ‘ala muhammad, wa’ala aali muhammad, kamaa baarokta ‘ala ib-roohiim, wa’ala ib-rohiim, innaka hamiidun majiid” (YaAllah berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan kepada keluarganya. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung ………(dan seterusnya).

3. Dan lain-lain.

 

E. Bangkit Ke Rakaat Ketiga Dan Keempat

Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW bangkit ke rakaat ketiga seraya mengucapkan takbir. Beliau SAW memerintahkan orang yang shalatnya salah untuk melakukan itu sebagaimana sabdanya, ”Kemudian lakukanlah seperti itu pada setiap rakaat dan sujud”.

Nabi SAW mengucapkan takbir ketika bangkit dari duduk, kemudian Beliau SAW berdiri. Beliau SAW kadang mengangkat kedua tangnnya bersamaan dengan mengucapkan takbir. Demikian yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Abu Daud.

Apabila Beliau SAW hendak bangkit ke rakaat keempat, Beliau SAW mengucapkan ”Allahu akbar”. Beliau SAW mengangkat kedua tangnnya bersamaan saat takbir. Beliau SAW menyuruh orang yang shalatnya salah untuk melakukan seperti ini.

Kemudian Beliau SAW duduk tegak diatas kaki kirinya sampai ruas tulang punggungnya mapan (lurus). Lalu, Beliau SAW bangkit seraya bertumpu dengan tangannya ke tanah. Demikian diriwayatkan Bukhari dan Abu Daud.

 

F. Membaca Qunut Nazilah Pada Shalat Lima Waktu Karena Terjadi Musibah Yang Menimpa Kaum Muslim

Imam Bukhari dan Ahmad meriwayatkan bahwa apabila Nabi SAW bermaksud memohon kebaikan atau kecelakaan bagi seseorang, Beliau SAW membaca qunut (do’a dalam shalat pada posisi berdiri) pada rakaat terakhir setelah bangkit dari ruku, yaitu setelah mengucapkan sami’allaahu liman hamidah, allaahumma rabbana lakal hamdu. Beliau SAW mengucapkannya dengan suara keras seraya mengangkat kedua tangannya dan para makmum dibelakang Beliau SAW mengamininya (membaca amin).

Nabi SAW membaca qunut pada shalat-shalat wajib, tetapi Beliau SAW hanya melakukannya apabila memohon kebaikan atau malapetaka untuk suatu kaum. Demikian yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Daruquthni dan Ibnu Khuzaimah.

Beliau SAW pernah membaca do’a qunut sebagai berikut ”Allahumma anjil waliidabnal waliid, wasalamatabna hisyam, wa’ayyaasyabna abii rabii’at, allahummasydud wath ataka ‘ala mudhoro waj’alhaa ‘alaihim kasinii yuusuf, allahummal’an lahyaana wara’laan wadzakwaana wa’ushoyyata ‘ashotillaha warasuulah” (Ya Allah selamatkanlah Walid bin Walid, Salamah bin Hisyam dan ’Ilyas bin Abi Rabi’ah. Ya Allah kuatkanlah cengkeramanMu depada suku Mudhar dan turunkanlah malapetaka kepada mereka seperti malapetaka pada zaman Yusuf. Ya Allah

kutuklah suku Lahyan dan Ra’l, Dzakwan dan para pendurhaka yang telah durhaka kepada Allah dan RasulNya) (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim).

Setelah membaca qunut, Nabi SAW mengucapkan Allahu akbar, lalu sujud. Demikian menurut Nasa’i dan Ahmad.

 

G. Membaca Qunut Witir

Dalam hadits riwayat Ibnu Nashr dan Daruquthni disebutkan bahwa Nabi SAW terkadang27 membaca qunut dalam shalat witir. Beliau SAW melakukan qunut itu sebelum ruku, sebagaimana diriwayatkan Abu Daud dan Nasa’i.

Hasan bin Ali diajari do’a witir setelah membaca surah dalam shalat witir. Bacaan tersebut adalah sebagai berikut “Allahummahdinii fiiman hadait, wa’aafinii fiiman ‘aafait, watawalanii fiiman tawallait …… (dan seterusnya) (Ya Allah berikanlah aku petunjuk pada jalan orang yang telah Engkau beri petunjuk, berilah aku pertolongan sebagaimana Engkau memberi pertolongan kepada orang-orang yang Engkau tolong ……… (dan seterusnya) (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Abi Syaibah).

 

Catatan kaki :

25 Tulisan ini diambil dari buku ”Biografi Syaikh Al-Albani, Mujaddin Dan Ahli Hadits Abad Ini” karangan Mubarak bin Mahfudh Bamuallim LC. Diterbitkan oleh Pustaka Imam Asy-Syafi’i, dalam bab ’Sunnah-Sunnah Yang Dihidupkan Oleh

Imam Al-Albani’, halaman 101.

26 Pengertian shalawat Nabi yang paling baik telah dikemukakan oleh Abu ‘Aliyah bahwa maksud Allah bershalawat kepada Nabi adalah Allah memuji dan memuliakannya. Sedangkan maksud Malaikat bershalawat kepada Nabi adalah

mereka memohon kepada Allah untuk memberi kedudukan terpuji dan terhormat kepada Beliau. Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari mengemukakan pendapat yang populer tentang makna Allah bershalawat kepada Nabi yaitu Allah memberi rahmat kepadanya. Pembahasan secara mendetail telah dipaparkan oleh Ibnu Qayyim dalam kitab Jala’ul Afham

27 Para sahabat yang meriwayatkan shalat witir ini tidak menyebutkan adanya qunut. Maka kami katakan bahwa hal itu ”kadang” Beliau SAW lakukan. Sebab bila Nabi SAW selalu melakukannya, tentu para sahabat akan meriwayatkannya.

Memang hanya Ubay bin Ka’ab yang meriwayatkan hal itu dari Nabi SAW. Hal ini menunjukkan bahwa Beliau SAW melakukannya kadang-kadang dan tidak wajib. Inilah yang menjadi pendapat jumhur ulama. Hal ini juga diakui ahli fikih,

Ibnu Hammam dalam Kitab Fathul Qadir (1/306, dan 360). Ia menyatakan bahwa mewajibkan qunut dalam witir adalah pendapat lemah yang tidak berdasarkan dalil yang kuat. Hal ini merupakan sikap lapang dadanya (maksudnya Ibnu

Hammam) dan tidak fanatik terhadap mazhabnya. Sebab mazhab yang diikutinya berlawanan dengan pendapatnya ini.

Tinggalkan komentar