LALAI DARI MEMOHON PETUNJUK

Oleh
Hamd bin Ibrâhim al-‘Utsmân

Jika seseorang berpikir tentang orang-orang yang tersesat, baik orang yang telah mendahuluinya maupun yang semasa dengannya, maka dia akan mendapati banyak di antara mereka itu ternyata orang-orang yang cerdas.

Kecerdasan semata tidaklah menjamin pemiliknya untuk meraih petunjuk dan kebenaran, akan tetapi Allâh Azza wa Jalla lah yang memberikan petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ

Akan tetapi Allâh menunjuki siapa yang Dia kehendaki [al-Baqarah/2:272]

Inilah yang diakui oleh orang-orang yang telah memperoleh hidayah, yang mensyukuri nikmat Allâh Azza wa Jalla dan keutamaan-Nya pada mereka. Al-Barâ’ bin ‘Azib berkata, “Dahulu pada perang Ahzâb, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ikut bersama kami memikul tanah, dan aku melihat perut beliau yang putih terkotori tanah, seraya mengucapkan,

لَوْلَا أَنْتَ مَا اهْتَدَيْنَا وَلَا تَصَدَّقْنَا وَلَا صَلَّيْنَا

Ya Allâh, sekiranya bukan karena-Mu pasti kami tidak akan mendapat petunjuk, dan kami akan bersedekah dan menunaikan shalat [HR. al-Bukhâri Muslim]

Allâh Azza wa Jalla telah berfirman tentang para penduduk surga :

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ

Para penduduk surga berkata, “Segala puji bagi Allâh yang telah menunjuki kami surga ini, kami tidak akan mendapat petunjuk kiranya Allâh tidak menunjuki kami” [al-A’râf /7:43]

Ada banyak hal yang menimbulkan masalah, perbedaan pendapat dan pertentangan. Akibatnya, kebenaran pun menjadi begitu samar bagi orang yang mencarinya. Karena itu, kita harus memohon petunjuk kepada Allâh Dzat yang Maha pemberi Petujuk, Maha mengetahui, dan Maha memutuskan urusan yang diperselisihkan oleh manusia.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Terkadang suatu perkara menjadi samar di permulaannya, kemudian Allâh Azza wa Jalla menunjuki orang-orang yang beriman kepada kebenaran dalam hal yang mereka perselisihkan dengan seizin-Nya setelah (dia) memohon pertolongan dan petunjuk kepada Allâh Azza wa Jalla , serta merasa butuh kepada-Nya. Allâh Azza wa Jalla akan menunjuki siapa saja yang Dia kehendaki kepada jalan yang lurus.”[1]

Beliau juga menegaskan, “Pada dasarnya, seorang hamba sangat membutuhkan ilmu dan petunjuk yang dia mohon dan minta dari Allâh Azza wa Jalla . Maka, dengan menyebut nama Allâh Azza wa Jalla dan merasa butuh kepada-Nya, Allâh Azza wa Jalla akan memberinya petunjuk, sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi,

يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ

Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali yang aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku niscaya Aku akan menunjuki kalian [HR. Muslim no. 4674]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanjatkan permohonan hidayah dalam doa berikut:

اللَّهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنْ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Ya Allâh, Rabb Jibrîl, Mikâil, dan Isrâfîl, pencipta langit dan bumi, yang Maha mengetahui hal yang gaib maupun yang nampak. Engkaulah yang memutuskan perkara yang diperselisihkan para hamba-Mu, maka tunjukilah aku kepada kebenaran dalam hal yang mereka perselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya engkau menunjuki kepada siapa pun yang engkau kehendaki ke jalan yang lurus [HR. Muslim no. 1289]

Beliau juga mengatakan, “Jika seorang hamba merasa butuh kepada Allâh Azza wa Jalla, kemudian senantiasa merenungi firman Allâh Azza wa Jalla dan sabda Rasul-Nya, perkataan para Sahabat, Tâbi’în dan imam kaum Muslimin, maka akan terbuka jalan petunjuk baginya.”[3]

Beliau pun berkata, “Barang siapa yang telah melihat kebenaran dengan jelas, maka dia harus mengikutinya, dan barangsiapa yang masih samar, maka dia harus diam sampai Allâh Azza wa Jalla memberikan kejelasan baginya. Hendaklah dia mencari pertolongan dengan berdoa kepada Allâh Azza wa Jalla.

Allâh Azza wa Jalla berfirman tentang Nabi Mûsâ Alaihissallam :

عَسَىٰ رَبِّي أَنْ يَهْدِيَنِي سَوَاءَ السَّبِيلِ

Mudah-mudahan Rabbku menunjuki aku jalan yang benar [al-Qashash/28:22]

Al’allâmah as-Sa’di rahimahullah berkata, “Seseorang yang mendalami sebuah ilmu, ketika hendak mengamalkannya atau berbicara tentangnya, jika belum jelas baginya kebenaran salah satu dari dua pendapat setelah menginginkan kebenaran dengan hatinya dan mencarinya, sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla tidak akan menyia-nyiakan orang yang demikian. Ini seperti yang telah terjadi pada Nabi Mûsâ Alaihissallam, tatkala hendak pergi menuju kota Madyan dalam keadaan tidak tahu jalan menuju ke sana, beliau memanjatkan doa yang artinya ‘mudah-mudahan Rabbku menunjuki aku jalan yang benar’ dan Allâh Azza wa Jalla telah menunjuki dan mewujudkan harapan serta impiannya.”

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Jika tujuan itu semakin besar, dan rekan yang berilmu lagi pemberi nasehat telah bersamamu, maka berangkatlah dengan segenap semangat di hadapan pendahulumu, dan hendaklah kamu senantiasa ingat dengan Dzat yang telah mengajarkan kebenaran pada Ibrâhim Alaihissallam.”[4]

(Diadaptasi dari ash-Shawârif ‘Anil Haqqi, Hamd bin Ibrâhim al-‘Utsmân, Dar Imâm Ahmad Cet. II Th).

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XIII/1431H/2010. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Ash-Shafadiyyah hlm. 1/295
[2]. Majmû Fatâwa 4/39
[3]. Majmû Fatâwa 5/118
[4]. Miftâhu Dâris Sa’âdah 1/32

Tinggalkan komentar