BAB II : EMPAT PINTU MASUK MAKSIAT (Bag I : – Al Lahazhat / Pandangan pertama).


EMPAT PINTU MASUK MAKSIAT PADA

MANUSIA

Sebagian besar maksiat itu terjadi pada seseorang, melalui empat pintu yang telah disebutkan di atas. Sekarang, marilah kita ikuti pembahasan tentang empat pintu tersebut di bawah ini :

1- Al Lahazhat ( Pandangan pertama).

Yang satu ini bisa dikatakan sebagai ‘provokator’ syahwat, atau ‘utusan’ syahwat. Oleh karenanya, menjaga pandangan merupakan pokok dalam

usaha menjaga kemaluan. Maka barang siapa yang melepaskan pandangannya tanpa kendali, niscaya dia akan menjerumuskan dirinya sendiri pada jurang kebinasaan.

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda:

“Janganlah kamu ikuti pendangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya). Pandangan (pertama) itu boleh buat kamu, tapi tidak dengan pandangan selanjutnya.” ( HR. At Turmudzi, hadits hasan ghorib)

Dan di dalam musnad Imam Ahmad, diriwayatkan

dari Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam ,

beliau bersabda :

“Pandangan itu adalah panah beracun dari panah

panah iblis. Maka barang siapa yang memalingkan

pandangannya dari kecantikan seorang wanita,

ihlas karena Allah semata, maka Allah akan

memberikan di hatinya kelezatan sampai pada

hari kiamat.” ( HR. Ahmad )..

Beliau juga bersabda :

“Palingkanlah pandangan kalian, dan jagalah

kemaluan kalian.” (HR. At Thobrani dalam Al

mu’jam al kabir ).

Dalam hadits lain beliau bersabda :

“Janganlah kalian duduk duduk di ( tepi ) jalan”,

mereka berkata : “ya Rasulallah, tempat tempat

duduk kami pasti di tepi jalan”, beliau bersabda :

“Jika kalian memang harus melakukannya, maka

hendaklah memberikan hak jalan itu”, mereka

bertanya : “Apa hak jalan itu ?”, beliau menjawab

: “Memalingkan pandangan ( dari hal hal yang

dilarang Allah, pent.), menyingkirkan gangguan,

dan menjawab salam.” ( HR. Muslim ).

Pandangan adalah asal muasal seluruh musibah

yang menimpa manusia. Sebab, pandangan itu

akan melahirkan lintasan dalam benak, kemudian

lintasan itu akan melahirkan pikiran, dan pikiran

itulah yang melahirkan syahwat, dan dari syahwat

itu timbullah keinginan, kemudian keinginan itu

menjadi kuat, dan berubah menjadi niat yang

bulat. Akhirnya apa yang tadinya melintas dalam

pikiran menjadi kenyataan, dan itu pasti akan

terjadi selama tidak ada yang menghalanginya.

Oleh karena itu, dikatakan oleh sebagian ahli

hikmah bahwa “bersabar dalam menahan

pandangan mata ( bebannya ) adalah lebih ringan

dibanding harus menanggung beban penderitaan

yang ditimbulkannya.”

Seorang penyair mengatakan :

– Setiap kejadian musibah itu bermula dari

pandangan, seperti kobaran api berasal dari

percikan api yang kecil.

– Betapa banyak pandangan yang berhasil

menembus kedalam hati pemiliknya, seperti

tembusnya anak panah yang dilepaskan dari busur

dan talinya.

– Seorang hamba, selama dia masih mempunyai

kelopak mata yang digunakan untuk memandang

orang lain, maka dia berada pada posisi yang

membahayakan.

– ( Dia memandang hal hal yang ) menyenangkan

matanya tapi membahayakan jiwanya, maka

janganlah kamu sambut kesenangan yang akan

membawa malapetaka.

Diantara bahaya pandangan

Pandangan yang dilepaskan begitu saja itu akan

menimbulkan perasaan gundah, tidak tenang dan

hati yang terasa dipanas panasi. Seseorang bisa

saja melihat sesuatu, yang sebenarnya dia tidak

mampu untuk melihatnya secara keseluruhan,

karena dia tidak sabar untuk melihatnya. Tentu

merupakan siksaan yang berat pada batin anda,

bila ternyata anda melihat sesuatu yang anda

sendiri tidak bisa sabar untuk tidak melihatnya,

walaupun sebagian dari sesuatu tersebut, namun

anda juga tidak mampu untuk melihatnya.

Seorang penyair berkata :

– Bila – suatu hari – engkau lepaskan pandangan

matamu mencari ( mangsa ) untuk hatimu,

niscaya apa apa yang dipandangnya akan

melelahkan ( menyiksa ) diri kamu sendiri.

– Engkau melihat sesuatu yang engkau tidak

mampu untuk melihatnya secara keseluruhan dan

engkau juga tidak bisa bersabar untuk tidak

melihat ( walau hanya ) sebagian dari sesuatu itu.

Lebih jelasnya, bait syair di atas maksudnya :

engkau akan melihat sesuatu yang engkau tidak

sabar untuk tidak melihatnya walaupun sedikit,

namun saat itu juga engkau tidak mampu untuk

melihatnya sama sekali walaupun hanya sedikit.

Betapa banyak orang yang melepaskan

pandangannya tanpa kendali, akhirnya dia binasa

dengan pandangan pandangan itu sendiri. Seperti

yang diungkapkan oleh seorang penyair :

Wahai orang yang memandang, tidaklah dia

sampai tuntas menyelesaikan pandangannya,

sehingga dia sendiri akan menjauh dan jatuh

binasa karena pandangan pandangannya sendiri.

Ada untaian bait lain yang mengatakan :

– (Mungkin) dia sudah bosan selamat, sehingga

dia biarkan pandangannya menyaksikan apa yang

menurutnya indah.

– Begitulah ; dia terus melanjutkan satu

pandangan dengan pandangan yang lain, sehingga

ahirnya dia menjauh dan jatuh binasa karena

pandangan pandangannya sendiri.

Suatu hal yang lebih mengherankan, yaitu bahwa

pandangan yang dilakukan oleh seseorang itu

merupakan anak panah yang tidak pernah

mengena pada sasaran yang dipandang,

sementara anak panah itu benar benar mengena

di hati orang yang memandang.

Adauntaian bait syair yang mengatakan :

– wahai orang yang dengan sungguh sungguh

melempar anak panah pandangannya, engkaulah

sebenarnya yang menjadi korban dari apa yang

kamu lempar itu dan engkau tidak berhasil

membidik orang yang engkau pandang.

– Dan orang yang melepas pandangannya dia akan

kehilangan kesehatannya. ( oleh karena itu )

tahanlah pandanganmu, agar tidak mendatangkan

musibah kepadamu.

Suatu hal yang lebih mengherankan lagi, yaitu

bahwa satu pandangan (padahal yang dilarang )

itu dapat melukai hati dan (dengan pandangan

yang baru ) berarti dia menoreh luka baru di atas

luka lama ; namun ternyata derita yang di

timbulkan oleh luka luka itu tak mencegahnya

untuk kembali terus menerus melukainya.

– Kau senantiasa mengikutkan satu pandangan

dengan pandanganlainnya untuk menyaksikan (

wanita ) cantik dan ( pria ) tampan.

– Dan kau mengira bahwa itu dapat mengobati

luka ( syahwat )mu, padahal dengan itu berarti

kau menoreh luka di atas luka.

– Kau korbankan matamu dengan pandangan

dan tangisan, sementara hatimu juga ( menjerit

seperti ) disembelih habis habisan.

Oleh karena itu dikatakan : “sesungguhnya

menahan pandangan hatimu itu lebih mudah dari

pada menahan langgengnya penyesalan.”

Sumber : Jangan Dekati Zina karya Al Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyah, penerjemah tim Darul HaqJakarta

Tinggalkan komentar