Surga dan Neraka (Bagian-2)

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,

Bahasan tentang Surga dan Neraka, seperti dikatakan oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah antara lainImaam As Safaariiny رحمه الله, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dalam sebuah Hadits shohiihtentang masalah Sholat Al Khusuf (Sholat Gerhana), menyatakan bahwa beliau صلى الله عليه وسلم melihat Neraka sedangkan beliau صلى الله عليه وسلم dalam keadaan sholat. Padahal beliau صلى الله عليه وسلم berada di bumi. Maka itu adalah salah satu Mu’jizat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, juga bagian dari kekuasaan Allooh سبحانه وتعالى.

Hal itu adalah sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 241, dari Shohabat ‘Abdullooh bin Abbas رضي الله عنه, beliau berkata, “Telah terjadi gerhana matahari, sehingga Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم melakukan Sholat Gerhana (Sholat Khusuf), kemudian beliau صلى الله عليه وسلم bersabda:

رأيت النار فلم أر منظر كاليوم قط أفظع

Artinya:

Aku melihat Neraka dan tidak ada satu pemandangan yang lebih buruk daripada yang kulihat hari ini”.

Memang sebagaimana apa yang disampaikan oleh Syaikh ‘Umar Sulaiman Al Asyqor dalam Kitab beliau yang berjudul “Al Jannatu Wan Naaru”, dimana beliau mengemukakan bahwapara ‘Ulama Ahlus Sunnah berbeda pendapat tentang dimana letak Neraka sekarang:

  1. Maka sebagian berpendapat bahwa Neraka itu berada di bumi paling bawah.
  2. Sedangkan sebagian yang lain berpendapat bahwa Neraka itu berada di langit.
  3. Dan yang lain lagi mengambil sikap tawaquf (tidak berpendapat apa-apa) tentang hal itu.

Sedangkan Syaikh ‘Umar Sulaiman Al Asyqor cenderung pada pendapat yang ke-3 ini, sehubungan dengan tidak adanya nash yang terang dan shohiih yang menerangkan tentang lokasi Neraka; dimana diantara para ‘Ulama yang mendukung pendapat ini adalah Al Imaam Jalaaluddin As Suyuuthi رحمه الله yang mengatakan: “Dan berhenti tentang Neraka, maksudnya tidak mengatakan apa-apa dalam perkara tempat Neraka itu dimana,sebab tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allooh سبحانه وتعالىTidak ada yang shohiih menurut saya. Tidak ada satu Hadits pun menurut saya yang saya dapat bertumpu padanya.” (lihat “Yaqdzoh Ulil I’tibar” tulisan Syaikh Siddiq Hasan Khoon رحمه الله halaman 47)

Juga Syaikh ‘Umar Sulaiman Al Asyqor dalam hal ini dalam Kitab yang sama menambahkan perkataan Syaikh Waliyullooh Addahlawy dalam ‘Aqiidah-nya, dimana beliau mengatakan:

Tidak ada satu nash pun yang menentukan dimana tempatnya Surga dan NerakaYang jelas di tempat yang Allooh سبحانه وتعالى kehendaki. Karena kita tidak memiliki kemampuan untuk memiliki ilmu yang mencakup tentang makhluk Allooh سبحانه وتعالىdan alam-Nya.”

Juga Syaikh ‘Umar Sulaiman Al Asyqor menegaskan apa yang disimpulkan oleh Syaikh Siddiq Hasan Khoon رحمه الله pada saat beliau mengomentari pernyataan Syaikh Waliyullooh Addahlawy tadi:

Inilah pernyataan yang paling kuat dan hati-hati, yang insya Allooh Ta’aalaa.”

Demikianlah seputar pernyataan para ‘Ulama Ahlus Sunnah kepada kita tentang dimana posisi neraka. Tetapi bila kita lihat pernyataan-pernyataan tersebut diatas, baik pernyataan Imaam As Suyuuthi رحمه الله, atau Syaikh Siddiq Hasan Khoon رحمه الله, bahwa tidak ada Hadits yangshohiih yang memberitakan kepada kita tentang dimana Neraka itu berada. Sehingga tidak bisa kita katakan bahwa adanya neraka itu di langit atau di bumi, karena haditsnya tidak shohiih. Yang jelas: Hanya Allooh سبحانه وتعالى yang tahu, dimana tempat neraka itu berada. Yang penting bagi kita bukan mencari tahu tentang tempatnya, melainkan apa yang sudah kita persiapkan agar amalan kita bisa menjauhkan kita dari api neraka.

Berapa luas Neraka dan Surga?

Ada beberapa dalil yang nanti akan kita ketahui bahwa ternyata neraka adalah sangat luas, sangat besar, sangat dalam dan sangat panas. Semuanya serba sangat. Tentu tidak bisa dibandingkan dengan dunia dimana sekarang kita berada.

Misalnya dalam Al Qur’an Surat Qoof (50) ayat 30 :

يَوْمَ نَقُولُ لِجَهَنَّمَ هَلِ امْتَلَأْتِ وَتَقُولُ هَلْ مِن مَّزِيدٍ

Artinya:

(Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada Jahannam: “Apakah kamu sudah penuh?” Dia menjawab: “Masih adakah tambahan?

Dari ayat tersebut kita bisa tahu bahwa Jahannam adalah nama dari bagian di neraka.

  1. Jahananam adalah nama salah satu neraka, bukan derajat neraka.
  2. Allooh سبحانه وتعالى berdialog dengan neraka.
  3. Jahannam bisa berbicara.

Itu adalah ayat Al Qur’an dimana kita tidak boleh ragu-ragu atasnya dan tidak boleh mengkufurinya, karena itu adalah firman Allooh سبحانه وتعالى.

Bagaimana bisa dikatakan bahwa neraka itu luas, bila ternyata orang yang akan masuk ke dalam surga lebih sedikit dibandingkan  yang masuk ke neraka, berarti lebih banyak orang yang masuk neraka. Misalkan saja dibuat perbandingan bahwa yang masuk neraka 60% dan yang masuk surga 40%, berarti lebih banyak orang yang masuk neraka. Itu pun Jahanam menunjukkan bahwa belum juga penuh, berarti hal itu menunjukkan bahwa neraka itu luas sekali

Berikutnya, di dalam Hadits Riwayat  Imaam Muslim no: 7256, Imaam Al Bukhoory no: 6661 dan Imaam At Turmudzy no: 3272, dari Shohabat Anas bin Maalik رضي الله عنه, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

لَا تَزَالُ جَهَنَّمُ {تَقُولُ هَلْ مِنْ مَزِيدٍ} حَتَّى يَضَعَ رَبُّ الْعِزَّةِ فِيهَا قَدَمَهُ فَتَقُولُ قَطْ قَطْ

Artinya:

Senantiasa ke dalam Jahannam itu dicampakkan dan dilempari dengan penghuninya (penghuni neraka), tetapi Jahannam itu selalu mengatakan: ‘Apakah masih ada tambahan ya Allooh?’ Dan terus-menerus tidak pernah penuh sampai dengan Allooh meletakkan kaki-Nya, lalu Jahannam mengatakan:  ‘Cukup, cukup’.

Maksudnya, Neraka Jahannam itu tidak pernah akan penuh kecuali jika Allooh سبحانه وتعالىmeletakkan kaki-Nya ke dalamnya. Hadits tersebut berbicara tentang neraka, tetapi di dalamnya terdapat pelajaran (‘Aqidah) yang dapat kita petik sebagai berikut:

  1. Allooh سبحانه وتعالى mencampakkan penghuni neraka setiap saat. Selalu ada tambahan.
  2. Bahwa Jahannam berbicara (baik dinyatakan dalam Hadits maupun dalam ayat Al Qur’an).
  3. Jahnnam akan penuh jika Allooh سبحانه وتعالى meletakkan kaki-Nya.
  4. Allooh سبحانه وتعالى mempunyai kaki, tetapi tidak boleh kita bayangkan bahwa Kaki Allooh سبحانه وتعالى adalah seperti kaki manusia. Oleh karena itu, bila ada ayat atau Hadits yang berkenaan dengan Sifat maupun dengan Dzat Allooh سبحانه وتعالى, maka akal kita harus meng-imaninya kembali pada kaidah keyakinan kita kepada Sifat dan Nama dari Allooh سبحانه وتعالى.

Intinya, bahwa neraka itu tidak pernah penuh, kecuali jika dipenuhi oleh Allooh سبحانه وتعالى,dengan kaki-Nya.

Dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 4850 dan Imaam Muslim no: 7354, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

تَحَاجَّتْ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَقَالَتْ النَّارُ أُوثِرْتُ بِالْمُتَكَبِّرِينَ وَالْمُتَجَبِّرِينَ وَقَالَتْ الْجَنَّةُ مَا لِي لَا يَدْخُلُنِي إِلَّا ضُعَفَاءُ النَّاسِ وَسَقَطُهُمْ قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لِلْجَنَّةِ أَنْتِ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي وَقَالَ لِلنَّارِ إِنَّمَا أَنْتِ عَذَابِي أُعَذِّبُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا مِلْؤُهَا فَأَمَّا النَّارُ فَلَا تَمْتَلِئُ حَتَّى يَضَعَ رِجْلَهُ فَتَقُولُ قَطْ قَطْ فَهُنَالِكَ تَمْتَلِئُ وَيُزْوَى بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ وَلَا يَظْلِمُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ خَلْقِهِ أَحَدًا وَأَمَّا الْجَنَّةُ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُنْشِئُ لَهَا خَلْقًا

Artinya:

Surga dan neraka saling menghujat.

Kata api neraka: Aku diutamakan bagi penghuniku adalah orang-orang yang sombong, kejam, tirani. 

Lalu surga mengatakan: Kenapa yang masuk kepadaku tidak ada lain kecuali orang-orang yang lemah, orang-orang yang tidak terpandang? 

Lalu Allooh سبحانه وتعالى berfirman kepada Surga: Wahai surga, kamu adalah kasih-sayang-Ku, dimana Aku menyayangi kalian siapa yang Aku kehendaki. 

Kemudian Allooh سبحانه وتعالى berfirman kepada Api Neraka (Jahannam): Wahai Neraka, kamu adalah siksa-Ku, Aku siksa melalui kamu siapa saja yang Aku kehendaki.

Dan setiap dari keduanya mempunyai penghuni yang memenuhinya. Adapun Neraka, tidak lah penuh sehingga Allooh سبحانه وتعالى meletakkan kaki-Nya dan Neraka pun berkata, “Cukup, cukup.”

Pada saat itu, maka penuhlah Neraka dan satu dengan yang lainnya sudah sangat padat. Dan Allooh سبحانه وتعالى tidak mendzolimi seorang pun dari makhluk-Nya. Adapun surga, maka Allooh سبحانه وتعالى memperluasnya.

Dari Hadits tersebut, terdapat pelajaran bagi kita bahwa :

  1. Bahwa surga dan neraka adalah dua makhluk yang dengan kekuasaan Allooh سبحانه وتعالى, keduanya bisa berbicara. Padahal keduanya adalah makhluk yang sangat besar dan luas, yang didalamnya menampung penghuni (warga)-nya masing-masing. Disini akal manusia tidak bisa menafsirkan apapun, namun cukuplah kita meng-imaninya.
  2. Calon penghuni neraka adalah orang-orang yang sombong dan yang dzolim (sadis, bengis).  Orang yang akan masuk ke dalam surga adalah orang-orang yang dhu’afa (lemah, miskin).
  3. Surga merupakan kasih-sayang Allooh سبحانه وتعالى dan neraka adalah adzab Allooh سبحانه وتعالى.
  4. Surga akan penuh tetapi neraka tidak akan penuh, kecuali Allooh سبحانه وتعالى yang membuat neraka menjadi penuh.

Hadits lain lagi diriwayatkan oleh Al Imaam Ath Thohaawy رحمها الله dalam Kitab Musykil Al ‘Atsar dan diriwayatkan oleh Al Imaam Al Baihaqy رحمها الله, juga oleh Al Imam Al Bazaar,Imam Al Khothooby, kemudian oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albaany رحمه الله di dalam kitab beliau Silsilah Hadits Ash Shohiihah no: 124, juga dalam Kitab “Misykat Al Mashoobih” no: 5692, dikatakan bahwa Hadits ini shohiih dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :

الشمس والقمر ثوران مكوران في النار يوم القيامة

Artinya:

Matahari dan Bulanberputar dan mengitari di dalam Neraka pada hari Kiamat. 

Dari Hadits tersebut didapat pelajaran bagi kita, yaitu: Neraka akan dikitari oleh Matahari dan Bulan. Namun hendaknya dipahami bahwa Matahari dan Bulan itu adalah bukan Matahari dan Bulan yang kita lihat sekarang di bumi, melainkan Matahari dan Bulan yang insya Allooh ada di Akhirat nanti.

Seperti apa panas api neraka

Dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 3265, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

نَارُكُمْ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ كَانَتْ لَكَافِيَةً قَالَ فُضِّلَتْ عَلَيْهِنَّ بِتِسْعَةٍ وَسِتِّينَ جُزْءًا كُلُّهُنَّ مِثْلُ حَرِّهَا

Artinya:

Api kalian (api dunia) hanyalah sepertujuh-puluh dari api Jahannam.”

Maka para Shohabat berkata:  “Sepertujuh puluh itu sudah cukup, ya Rosuulullooh.”

Beliau صلى الله عليه وسلم bersabda, “Neraka Jahannam itu dilipatkan darinya 69 kali, semuanya seperti panasnya (api dunia).”

Artinya, api di neraka Jahannam adalah 70 kali panas api di dunia yang biasa kita kenal.  Misalnya api di industri (pabrik) paling tinggi 1600 derat Celsius, dan panas api tersebut bila terkena badan manusia maka badan manusia akan tembus (bolong), bagaimana dengan api neraka yang 70 kali panasnya dengan api kita (70 X 1600 derajat Celsius), tentu kita tidak bisa membayangkan betapa panas api Jahannam itu.  Belum lagi jika panasnya itu didekatkan dengan panas matahari kita yang katanya bisa mencapai 5000 derajat Celsius, bila dikalikan 70 maka panas api neraka Jahannam adalah 70 X 5000 derajat Celsius = 350.000 derajat Celsius.

Tidak terbayangkan oleh manusia betapa panasnya Jahannam itu.  Hanya orang yang tidak punya hati sajalah yang mengingkari perkara tersebut. Bagi kita yang beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم harus menyadari bahwa api yang ada di dunia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan api neraka. Maka orang yang tidak ada takutnya dengan api tersebut, berarti dalam jiwanya ada penyakit.

Tentang kedalaman Api Neraka

Dalam Hadits riwayat Imaam Muslim no: 2844, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa suatu hari kami bersama Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, lalu kami mendengar suara sesuatu seperti benda jatuh. Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bertanya kepada kami:

تدرون ما هذا ؟ قال قلنا الله ورسوله أعلم قال هذا حجر رمي به في النار منذ سبعين خريفا فهو يهوي في النار الآن حتى انتهى إلى قعرها

Artinya:

Tahukah kalian suara apa itu ?”

Kami (para Shohabat) menjawab: “Yang tahu hanya Allooh dan Rosuul-Nya”.

Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: Itu adalah suara batu yang dilemparkan oleh Allooh Ta’ala ke dalam neraka sejak tujuhpuluh tahun lalu sampai sekarang belum sampai ke dasar neraka”.

Bayangkan, 70 tahun lalu sebuah batu dilemparkan oleh Allooh سبحانه وتعالى ke dalam neraka sampai hari itu (Masa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم) belum sampai ke dasar neraka. Betapa dalamnya neraka itu.

Kita Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah meyakini tentang keshohiihan Hadits yang datang dari Al Imaam Muslim dan kita hendaknya takut kepada Allooh سبحانه وتعالى, betapa dalamnya neraka Jahannam itu.

Malaikat Penjaga Neraka

Siapa dan seperti apa Malaikat Penjaga neraka? Seperti disebutkan dalam Al Qur’an Surat At Tahrim (66) ayat 6 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allooh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Bahwa Neraka itu diberi penjaga yaitu para Malaikat yang kasar, bengis, tidak punya peri kemanusiaan. Allooh سبحانه وتعالى menciptakan malaikat-malaikat yang seperti itu, dengan tidak memberikan sedikitpun sifat kasih-sayang kepada mereka. Sehingga malaikat itu demikian kejamnya menyiksa para penghuni neraka. Para malaikat itu tidak pernah berma’shiyat kepada Allooh سبحانه وتعالى, mereka mengerjakan apa saja yang diinstruksikan Allooh سبحانه وتعالى.

Dalam Surat Al Mudatstsiir (74) ayat 26 – 31 Allooh سبحانه وتعالى berfirman :

سَأُصْلِيهِ سَقَرَ ﴿٢٦﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا سَقَرُ ﴿٢٧﴾ لَا تُبْقِي وَلَا تَذَرُ ﴿٢٨﴾ لَوَّاحَةٌ لِّلْبَشَرِ ﴿٢٩﴾ عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ ﴿٣٠﴾ وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَاناً وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلاً كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ ﴿٣١﴾

Artinya:

(26) Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqor.

(27) Tahukah kamu apa (neraka) Saqor itu?

(28) Saqor itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan.

(29) (Neraka Saqor) adalah pembakar kulit manusia.

(30) Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).

(31) Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mu’min itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan):”Apakah yang dikehendaki Allooh dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allooh menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Robbmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqor itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.

Dari ayat tersebut dapat banyak pelajaran, intinya adalah :

Bilangan malaikat itu adalah sangat banyak, tidak ada yang tahu berapa bilangannya kecuali Allooh سبحانه وتعالى, tetapi komandannya seperti disebutkan dalam ayat diatas adalah sembilan belas. Semuanya mempunyai hikmah. Hanya saja orang kafir meragukannya.

Sebagaimana dalam Hadits riwayat Imam Muslim no: 2842, dari Shohabat Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :

يؤتى بجهنم يومئذ لها سبعون ألف زمام مع كل زمام سبعون ألف ملك يجرونها

Artinya:

Jahannam didatangi pada hari itu (Hari Kiamat) oleh sebanyak 70 ribu tali kekang. Setiap tali kekang dijaga oleh 70 ribu malaikat yang menariknya.

Maka sebagai orang yang beriman, kita seharusnya yakin dan berbangga, harus percaya  penuh kepada Allooh سبحانه وتعالى, dan jangan takut kepada orang kafir, karena Allooh سبحانه وتعالى mempunyai tentara malaikat dan tentara tersebut siap untuk diterjunkan (diinstruksikan) oleh-Nya. Dan malaikat tidak pernah membantah perintah Allooh سبحانه وتعالى. Maka misalnya kita memohon (berdo’a): “Ya Allooh menangkanlah dan muliakan Islam dan kaum muslimin”, lalu Allooh سبحانه وتعالى mengabulkan do’a itu, maka semua orang kafir di dunia ini tidaklah ada artinya.

Yang menjadi masalah adalah : Mengapa do’a kita itu belum terkabul-terkabul juga? Jangan-jangan do’a kita yang mandul. Ternyata do’a kita menjadi mandul adalah karena kita tidak melakukan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Selama ini kita masa-bodoh terhadap kemungkaran. Kita tidak perduli dengan kemungkaran yang terjadi di sekeliling kita. Sikap ini lah yang menjadikan Allooh سبحانه وتعالى tidak menanggapi do’a kita. Fayad’uuna falaa yustajaabu lakum (Kalian berdoa kepada Allooh سبحانه وتعالى, tetapi Allooh سبحانه وتعالى tidak mengabulkan do’a kalian).

Kalau kita ingin do’a kita di-ijabah, kuncinya antara lain : Setiap kita harus peka untuk ber-Amar Ma’ruf Nahi Munkar.

Adapun berita tentang malaikat dan banyaknya, maka tidaklah perlu kita ragu. Semua itu dengan mudah Allooh سبحانه وتعالى akan instruksikan, karena segala sesuatu di dunia ini akan bisa menjadi tentara Allooh سبحانه وتعالى, yang tidak bisa dicegah oleh siapapun. Sehebat apapun yang diperbuat manusia, tidak akan bisa mengalahkan kehendak Allooh سبحانه وتعالى.

Ada beberapa perkara yang bisa menjadi uraian dari semuanya itu, kami nukilkan apa yang ditulis oleh Al Imaam Al Haafidz Ibnu Rojab Al Hanbali  رحمه الله dalam Kitab At Takhwiif Minannaar Wat Ta’riif bi Hali daaril Bawaar (Memberi Rasa Takut dengan Api Neraka dan Memperkenalkan penghuni neraka ).

Dalam kitab tersebut ada satu judul yakni: “Penyebutan tentang para penjaga Neraka Jahannam dan siksa-siksanya. Seperti disebutkan diatas Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam Surat Al Muddatstsiir ayat 31, dalam perkara ini para ‘Ulama dari kalangan Shohabat dan Tabi’iinmengemukakan berbagai ungkapan, intinya diantaranya seperti diriwayatkan oleh Aadam bin Abii Iyyaas tentang “19 malaikat” itu adalah 19.000 malaikat, dan setiap malaikat dari mereka membawa pemukul (martil) dari besi yang memiliki 2 cabang. Jika memukul sekali saja maka akan jatuhlah 70.000 orang kedalam neraka. Sedangkan 1 malaikat, dari bahu ke bahunya bisa melingkupi antara Mekkah dan negeri Syam, (yang jaraknya ribuan kilometer).

Sebagaimana penjelasan tersebut dapat dibaca dalam Tafsir Mujaahid Jilid 1 halaman: 467. Itu menunjukkan betapa Allooh سبحانه وتعالى menciptakan makhluk yang sedemikan besarnya, sedemikian kejamnya, dan yang sangat menakutkan.

Namun demikian dalam Tafsir Al Kabiir tulisan Fakhrurrozi, makna 19 itu adalah bahwa penguasa Neraka adalah 19 malaikat. Ada yang mengatakan 19 golongan malaikat. Ada pula yang mengatakan 19 barisan malaikat. Menurut Al Waahidy dari para Ahli Tafsiir bahwa pemimpin dari 19 malaikat itu adalah Malaikat Maalik. Bersamanya 18 malaikat lainnya. Mata mereka bagaikan Kilat. Taring mereka bagaikan tanduk. Rambut mereka menyentuh kaki mereka. Mulut mereka mengeluarkan api. Jarak antara dua bahu mereka sejarak 1 tahun. Luas telapak tangan dari satu malaikat tersebut adalah antara (negeri) Robii’ah dan Mudhor  (– kira-kira antara Mekkah dan Syam – pen.). Dicabut dari mereka rasa sayang dan belas kasihan. Satu malaikat mengambil 70.000 orang dan melemparkannya semaunya kedalam Jahannam.

Itulah yang dijelaskan oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah, intinya adalah bahwa malaikat itu tubuhnya besar-besar sekali, tidak bisa dibayangkan oleh manusia.

Menurut Al Imaam Al Haafidz Ibnu Rojab Al Hanbali  رحمه الله, bahwa para Salaf dan Kholaf (orang-orang dahulu dan orang-orang zaman kemudian), mengatakan bahwa fitnah(ujian) itu terdapat dalam bilangan malaikat itu sendiri, dimana orang-orang kafir tertipu dengan jumlah bilangannya dan kemudian mereka menyangka bahwa mereka bisa menangkis, bisa menghindar, lari dan mengelak dari apa yang Allooh سبحانه وتعالى timpakan kepada mereka berupa siksa neraka. Itu merupakan ancaman bahwa orang kafir tidak mungkin bisa melawan malaikat Allooh سبحانه وتعالى. Selanjutnya dijelaskan dalam ayat tersebut (Surat Al Muddatstsiir ayat 31) bahwa Allooh سبحانه وتعالى menggambarkan betapa mengerikannya neraka Saqor itu.

Ada pula Tafsiir yang menjelaskan tentang Az Zabaaniyyah. Kata Az Zujjaaj رحمه الله, Az Zabaaniyyah adalah malaikat. Dan kata Atho’ bin Maalik رضي الله عنه, Az Zabaaniyyah adalah malaikat yang sangat kejam dan bengis yang menjaga Jahannam.

Semua itu menjelaskan bahwa malaikat penjaga Neraka itu sedemikian banyak, sedemikian kejam, yang tidak diberi rasa kasihan dalam hatinya, semua itu merupakan ancaman bagi manusia, agar manusia takut kepada Allooh سبحانه وتعالى. Karena Neraka memang merupakan adzab Allooh سبحانه وتعالى dan surga adalah kasih-sayang Allooh سبحانه وتعالى.

Demikian itu beberapa uraian tentang Neraka. Mudah-mudahan Allooh سبحانه وتعالى menunjukkan kepada kita hidayah dan taufiq  agar kita tidak mau untuk berbuat ma’shiyat, karena Allooh سبحانه وتعالى mengancam demikian dahsyatnya.

Mudah-mudahan bermanfaat.

TANYA JAWAB

Pertanyaan:

  1. Diatas dijelaskan tentang Neraka yang demikian luasnya. Lalu ada keterangan bahwa Surga itu luasnya seluas langit dan bumi. Benarkah keterangan itu ?
  2. Bahwa bahan bakar Neraka adalah manusia dan batu. Ada yang menafsirkan bahwa batu yang dimaksudkan adalah batu berhala (patung) yang dahulunya mereka sembah. Maka dalam neraka para penyembah berhala dan berhala yang dibuat dari batu itu menjadi bahan bakar neraka. Benarkah demikian ?
  3. Tentang Istighotsah. Baru-baru ini ada beberapa anak sekolah karena hendak ujian lalu mereka dipimpin oleh seseorang untuk mengadakan Istighotsah, agar mereka lulus ujian.  Bagaimanakah tuntunan yang benar mengenai Istighotsah ?

Jawaban :

1. Tentang luasnya Surga dan Neraka, bahwa luas Surga adalah seluas langit dan bumi, keterangan itu benar, tetapi bahasan kita belum sampai Bab tersebut, yang insya Allooh akan dibahas pada pertemuan yang akan datang. Bahwa Surga itu seluas langit dan bumi adalah jelas firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Al Qur’an.

2. Bahan bakar neraka, akan kita temukan dalam bahasan yang akan datang, bahwa orang-orang kafir  dan orang-orang musyrik serta apa yang mereka sembah ketika di dunia, semuanya itu akan diadzab oleh Allooh سبحانه وتعالى. Jadi berhala-berhala itu termasuk obyek yang akan dibakar oleh api neraka, bukan yang membakar. Tentang batu yang menjadi bahan bakar, akan kita bahas, yaitu apa yang disebut Hijarotun min Kibriit (batu dari bara Kibriit) yang punya empat karakter, diantaranya cepat sekali membakar, sangat panas, sangat busuk baunya, dan sangat cepat menyantap kulit-kulit manusia.

Sebagaimana firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Surat At Tahriim (66) ayat 6:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Imaam Ibnu Katsiir رحمه الله dalam Tafsirnya menafsirkan bahwa:

Manusia yang dimaksud dalam ayat ini adalah bangkai anak Adam, sedangkan batu maksudnya adalah batu dari bara Kibriit sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Mas’uud, Mujaahid, Abu Ja’far Al Baaqir dan As Suddy رحمهم الله.”

3. Tentang Istighotsah. Indonesia memang negeri yang subur. Apapun yang dilemparkan ke negeri itu akan tumbuh subur. Termasuk ide Istighotsah. Istilah Istighotsah memang dikenal dalam kitab-kitab dan itu merupakan istilah para ‘Ulama dan Fuqoha (Ahi Fiqih).   Istighotsahbermakna do’a, tetapi berbeda  antara do’a dan Istighotsah.

Do’a adalah meminta kepada Allooh سبحانه وتعالى dalam keadaaan aman-damai. SedangkanIstighotsah adalah do’a dalam keadaan sangat tidak aman, tidak ada yang bisa menolong kecuali Allooh سبحانه وتعالى, misalnya sedang berlayar di lautan lalu diterjang badai, ombak yang sangat besar, dan orang-orang yang ada dalam kapal itu berkeyakinan bahwa tidak ada yang bisa menolong keselamatan mereka, kecuali Allooh سبحانه وتعالى, lalu mereka berdo’a : “Ya Allooh selamatkan kami”. Pada keadaan seperti itu, lalu orang itu berdo’a, maka do’a itu disebutIstighotsah.

Lalu bila do’a anak-anak yang hendak menghadapi ujian di-makna-kan apa? Apakah kalau mereka tidak ber-Istighosah mereka akan hancur binasa ? Tidak. Seharusnya kalau mereka yang hendak melakukan ujian akhir, katakan saja dengan: Do’a. Jangan menggunakan kata Istighotsah.Karena berbeda antara Do’a dan Istighotsah. Motivasi dalam beribadah kepada Allooh سبحانه وتعالى harus semata-mata berdasarkan Syar’i. Kalau motivasi ibadahnya bersifat duniawi, maka itu menyebabkan sesuatu menjadi Bid’ah. Apalagi bila ditentukan caranya, misalnya dengan cara berjamaah, dengan menangis dan sebagainya. Lalu ditentukan pula waktunya, misalnya di waktu malam. Semuanya itu tidak pernah dicontohkan dan tidak pernah diajarkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.

Maka dipastikan bahwa Istighotsah seperti itu tidak pernah dicontohkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan baru muncul sekarang. Maka jelas Bid’ahnya. Oleh karena itu, bagaimana do’a mereka akan diterima oleh Allooh سبحانه وتعالىpadahal ibadah yang mereka lakukan adalah Bid’ah? Padahal dalam Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 4590, sebagaimana diriwayatkan oleh ‘Aa’isyah رضي الله عنها bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda sebagai berikut:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Artinya:

Barangsiapa mengada-adakan perkara baru dalam urusan dien kami ini yang bukan termasuk darinya, maka ia (‘amalan itu) tertolak.”

Kalau Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengatakan “tertolak” berarti tertolak di sisi Allooh سبحانه وتعالى dan tidak menjadi ibadah. Maka sia-sialah perbuatan itu. Bahwa Istighotsah yang seperti itu adalah ide yang dimunculkan orang-orang di zaman sekarang, sesuatu yang muhdats (baru), yang keluar dari jalur Sunnah Muhammad Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Dan jangan biarkan anak-anak dan adik-adik kita mengikuti amalan tersebut, karena tidak akan Allooh سبحانه وتعالى berkahi, karena tidak sesuai dan keluar dari Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.

Pertanyaan:

Apa sajakah nama-nama lain dari Neraka dan bagaimana tingkat-tingkatannya ?

Jawaban:

Nanti akan kita bahas pada pertemuan yang akan datang. Ada nama Jahannam, Darokat, dll.  Ada tujuh nama dari Neraka, tetapi itu bukan merupakan tingkatan (derajat) neraka, melainkan nama lain dari Jahannam.

Pertanyaan:

  1. Tentang neraka, ada yang mengatakan bahwa adanya  neraka itu di lapisan ke tujuh bumi. Kami tidak bisa memikirkan apa yang dimaksudkan lapisan bumi. Tetapi ada berita, bahwa ada seorang ahli yang mengebor bumi sampai kedalaman tertentu, ternyata dari situ terdengar suara jeritan manusia yang tersiksa, katanya itu jeritan manusia yang disiksa dalam neraka. Meskipun Neraka dan Surga adalah ghoib, tetapi ada orang Barat yang melakukan penyelidikan seperti tersebut diatas.
  2. Ada seorang pejabat (Camat), yang mengatakan bahwa jangankan ke surga, ke neraka-pun ia juga sanggup, tidak takut. Pertanyaannya, apakah ucapan yang demikian itu tidak dicatat oleh malaikat? Padahal kita ini pada umumnya sangat takut kepada siksa neraka. Mohon penjelasan.

 

Jawaban:

1. Mengenai tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi, Doktor Harun Yahya mengatakan bahwa yang dimaksud “Tujuh lapis langit”  adalah tujuh lapis atmosfir. Keterangan seperti itu tidak benar. Walaupun Doktor Harun Yahya seorang peneliti yang mungkin bisa memberikan pembuktian-pembuktian dalam perkara Rububiyyah (Allooh سبحانه وتعالى), tetapi dari tinjauan‘Aqiidah Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah, pendapat beliau itu tidak tepat karena ia berbicara bukan berdasarkan firman Allooh سبحانه وتعالى dengan bukan dengan pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah yang benar. Sekali lagi, bahwa “tujuh lapis langit” adalah tujuh atmosfir, maka itu adalah pendapat beliau yang salah.  Itu adalah ta’wil ro’yu madzmumRosuulullooh صلى الله عليه وسلم ketika Isro’ – Mi’roj, di langit pertama bertemu dengan Nabi Adam عليه السلام, dan seterusnya sampai langit ke tujuh, sampai di Sidratul Muntaha. Tetapi tidak ada penjelasan mana yang dimaksud langit lapis pertama, berapa jarak antara lapis-lapis langit itu, dan seterusnya. Maka ro’yu (akal manusia) tidak bisa dibuat landasan. Segala sesuatu tentang dien ini harus berdasarkan Wahyu, bukan dengan akal manusia. Hebatnya Islam adalah bahwa perkara yang disebut dengan nisbi tidak bisa dibuat dalil. Perkara yang didalamnya mengandung kemungkinan maka ia tidak bisa dibuat sebagai suatu argumentasi.

Tentang lapisan ke tujuh bumi juga jangan dijadikan suatu keyakinan, karena bumi ini dalam susunan tata-surya hanyalah kecil saja. Dan pusat bumi ini bisa diukur oleh para ahli geologi.  Dan pendapat tentang tujuh lapis bumi itu adalah versi dunia. Sementara bumi yang disebutkan pada hari Akhirat bukanlah bumi yang kita tempati sekarang ini. Oleh karena itu tujuh lapis bumi yang dimaksudkan, tidaklah bisa dibuat sebagai dasar pemahaman dan keyakinan. Yang harus kita imani adalah bahwa neraka adalah di alam Akhirat, sangat luas, sangat dalam dan sangat panas. Dasarkanlah segala sesuatu selalu kepada dalil. Kalau tidak ada dalilnya, maka hendaknya kita diam, janganlah kita mengatakan begini dan begitu.

2. Adanya berita orang yang mengebor bumi, lalu terdengar suara jeritan orang yang disiksa di neraka, apakah berita itu sampai atau tidak kepada kita, anggap saja adanya itu sama dengan tidak adanya. Karena yang membawa berita itu siapa, adakah sanad-nya yang jelas ? Apalagi teknologi sekarang suara itu bisa direkayasa. Dan siksa neraka terjadi kelak di hari sesudah Kiamat, sedangkan sekarang belum Kiamat.

3. Tentang orang yang mengatakan siap masuk neraka, silakan saja berkata demikian. Tetapi silakan mencoba tangannya dimasukkan ke dalam api dari kompor gas, sanggup atau tidak. Begitu saja. Kalau ternyata ia tidak lulus, tidak tahan dengan api kompor gas, janganlah sombong. Apalagi sombong kepada Allooh سبحانه وتعالى, sekali-kali jangan. Kita tidak boleh menyepelekan adzab Allooh سبحانه وتعالى. Maka orang tersebut harus diingatkan, disadarkan, berikan dalil-dalil, jangan sombong (takabur).

Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Senin malam, 2 Jumadil Awwal 1430 H – 27  April 2009 M

 

Artikel : http://ustadzrofii.wordpress.com

Tinggalkan komentar