Apakah Rosululullah Diciptakan dari Cahaya (NUR) ? : Benarkah Nur Muhammad berpindah-pindah dari seorang yang suci kepada orang suci yang lain..??

Keyakinan Bahwa Nur Muhammad adalah Makhluq Pertama

Penulis : Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman

Pada artikel di blog tersebut dengan judul : Nur Muhammad Menurut Al-qur’an & Hadits

Pada bagian tersebut dinyatakan suatu kalimat yang dianggap sebagai hadits :

Daripada Ka’ab al-Ahbar: ” Tatkala Allah ta’ala berkehendak untuk menciptakan Nabi Muhammad s.a.w., Dia memerintahkan Jibril a.s. untuk membawakan segenggam tanah putih yang merupakan tanah tempat Junjungan Nabi s.a.w. dimakamkan nanti. Maka diulilah tanah tersebut dengan air Tasniim (air syurga) lalu dicelupkan ke dalam sungai-sungai syurga. Setelah itu, dibawakan dia berkeliling ke serata langit dan bumi. Para malaikat pun mengenali Junjungan Nabi s.a.w. dan keutamaan baginda sebelum mereka mengenali Nabi Adam a.s. Ketika nur Junjungan Nabi s.a.w. kelihatan di kening dahi Nabi Adam a.s., dikatakan kepadanya: “Wahai Adam, inilah sayyid (penghulu) keturunanmu daripada para anbiya’ dan mursalin.

Tatkala Siti Hawa mengandungkan Nabi Syits berpindahlah Nur Muhammad tersebut kepada Siti Hawa. Siti Hawa yang biasanya melahirkan anak kembar setiap kali hamil, tetapi pada hamilnya ini dia hanya melahirkan seorang anak sahaja iaitu Nabi Syits kerana kemuliaan Junjungan Nabi s.a.w. Maka sentiasalah berpindah-pindah Nur Muhammad daripada seorang yang suci kepada orang suci yang lain sehinggalah baginda dilahirkan.

Sekilas penulis mengesankan hadits itu adalah shahih, namun tidak dijelaskan diriwayatkan dalam kitab apa dengan sanad yang bagaimana. Setelah kita kaji lagi, sebenarnya hadits itu adalah maudlu” (palsu), tidak ada asalnya.Sebagaimana dijelaskan oleh Imam as-Suyuthy ( seorang ‘alim yang sebenarnya dijadikan panutan oleh mereka juga) dalam kitab al-Haawi fil Fatwa juz 1 hal 325 : ‘ Hadits tersebut tidak memiliki sanad yang bisa dijadikan sandaran’ . Di dalam kitab Kasyful Khofa” hanya diisyaratkan bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh Abdurrozzaq, namun jika ditelusuri, hadits tersebut tidak ditemukan dalam kitab-kitab yang disusun Abdurrozzaq, baik di dalam kitab Mushonnaf-nya, al-Jaami’, atau Tafsir.

Justru hadits tersebut bertentangan dengan hadits shohih yang lainnya yang menunjukkan bahwa yang diciptakan Allah pertama kali adalah al-Qolam (pena) bukan Nur Muhammad, sebagaimana disebutkan dalam hadits :

إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ لَهُ اكْتُبْ قَالَ رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ قَالَ اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ

” Sesungguhnya yang pertama Allah ciptakan adalah pena. Kemudian Allah berfirman padanya : ‘Tulislah!’ Pena bertanya : ‘Apa yang aku tulis wahai Tuhanku?’. Allah menyatakan : Tulislah taqdir segala sesuatu sampai hari kiamat ” (H.R Abu Dawud, atTirmidzi, dan Ahmad dari Ubadah bin As-Shoomit).

Sesungguhnya yang tercipta dari ‘nur’ (cahaya) adalah Malaikat, bukan manusia. Sebagaimana disebutkan dalam hadits :

خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ

” Malaikat diciptakan dari nuur (cahaya) dan Jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan pada kalian “(H.R Muslim dari ‘Aisyah).

Sumber :  http://www.darussalaf.or.id/myprint.php?id=1480

Fatwa Syaikh Muhammad Sholih Al-‘Utsaimin rahimahullah tentang orang yang berkeyakinan bahwa Rasulullah dari nur

Soal: Orang yang berkeyakinan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah cahaya Allah bukan manusia biasa dan beliau mengetahui hal yang ghaib kemudian ia beristighotsa kepada beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan keyakinan bahwa beliau dapat memberi manfaat dan mudhorat (kecelakaan). Apa hukum hal tersebut? Apakah diperbolehkan kita sholat di belakang orang tersebut atau orang yang semacam dia? Semoga Allah membalasi Anda dengan kebaikan.

Jawab:

Barangsiapa yang menyakini bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah cahaya Allah bukan manusia dan beliau mengetahui hal yang ghaib, maka dia adalah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam, dia termasuk musuh Allah dan Rasul-Nya, bukan termasuk wali Allah dan Rasul-Nya, karena perkataannya merupakan pendustaan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya, maka dia kafir. Dalil bahwa perkataan ini merupakan pendustaan terhadap Allah dan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah firman-firman Allah Azza wa Jalla sebagai berikut:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ (110) سورة الكهف

“Katakanlah (Ya Muhammad): Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu…” (QS. Al-Kahfi: 110).

قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ (65) سورة النمل

“Katakanlah (Ya Muhammad): “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah” (QS. An-Naml: 65).

قُل لاَّ أَقُولُ لَكُمْ عِندِي خَزَآئِنُ اللّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلَيَّ … (50) سورة الأنعام

“Katakanlah (Ya Muhammad): Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku…” (QS. Al-An’am: 50).

قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاء اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (188) سورة الأعراف

“Katakanlah (ya Muhammad): “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-A’rof: 188).

Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إنما أنا بشر مثلكم أنسى كما تنسون, فإذا نسيت فذكروني ( رواه البخاري: 401؛ مسلم: 572).

“Sesungguhnya aku adalah manusia biasa seperti kalian, aku lupa seperti kalian lupa, maka jika aku lupa maka ingatkanlah” (HR. Bukhori no. 401; Muslim no. 572).

Dan orang yang beristighotsa (meminta tolong) kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan keyakinan bahwa beliau dapat memberi manfaat dan mudhorat, maka dia kafir dan mendustakan Allah Azza wa Jalla lagi musyrik (menyekutukan Allah, pent) karena Allah Azza wa Jalla berfirman:eee

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (60) سورة غافر

“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Al-Ghofir (Al-Mukmin): 60).

قُلْ إِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا رَشَدًا (21) سورة الجن

“Katakanlah(ya Muhammad): “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan” (QS. Al-Jin: 21).

Dan berdasar sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada kerabatnya (artinya):”Aku tidak dapat membantu kalian sedikitpun dari siksa Allah” (HR. Bukhori: 2753; Muslim: 351).

Dan tidak boleh sholat di belakang orang itu dan orang-orang yang seperti dia, sholat di belakangnya tidak sah, dan tidak halal menjadikan dia sebagai imam/ pemimpin bagi kaum muslimin.

Sumber: Majmu’ Fatawa Arkanil Islam, soal: no. 47. Syaikh Muhammad Sholih Al-‘Utsaimin rahimahullah Ta’ala.

Tinggalkan komentar