Kurang berarti tidak cukup, di bawah harapan, under standar. Namanya saja kurang, tak ada orang yang mau, karena ia tidak sesuai dengan harapan yang biasanya melahirkan masalah. Kurang adalah pahit dan terbatas, karenanya semua orang mau melepehnya. Namun celakanya sesuatu yang pahit dan getir ini justru ada pada setiap orang, termasuk suami atau istri Anda, bahkan Anda pun tak terkecualikan darinya.
Arsip
Wal Kazhiminal Ghaizha
Hubungan di antara keluarga adalah hubungan paling dekat dan paling kuat, hubungan yang tak terjembatani oleh seseorang, ikatan suami dengan istri bersifat langsung tanpa penghalang, hal ini memberi nilai positif tersendiri, namun di saat yang sama ada negatifnya, yakni bila terjadi ketidaksepahaman, maka emosi yang terpancing cenderung lebih kuat, karena di sana ada perasaan memiliki dan harapan pada pasangan yang dimilikinya tak terwujud, akibatnya dongkolnya lebih banyak dan kesalnya lebih berat, kalau kepada orang lain, Anda bisa cuek, apa bukan, siapa bukan, peduli amat. Maka di sinilah perlunya wal kazhiminal ghaizha, menahan amarah.
Rasulullah dan Keluarga
Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, adalah sebaik-baik manusia, manusia terbaik bagi umatnya, terbaik bagi keluarganya, bagaimana beliau tidak demikian sementara beliau adalah orang yang bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi keluarganya dan aku adalah yang terbaik untuk keluargaku.” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 3895 dari hadits Aisyah, dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 285.
Sifat-sifat Mulia Istri (2)
Rumah adalah tempat kembali bagi anggotanya, markas bagi mereka, seorang suami, setelah seharian lelah bekerja atau telah menunaikan tugas dinas luar kotanya, dia pulang ke markasnya, anak-anak, setelah menyelesaikan tugas belajarnya atau hobi mainnya, mereka akan pulang kandang. Bila rumah memiliki peran demikian strategis bagi anggotanya, maka hal itu bukan karena ia sebagai rumah, sebuah bangunan dengan segala perlengkapannya, karena kalau karena ini, maka semua bangunan akan sama saja, tetapi kenyataannya tidak demikian, hal itu tidak lain karena di rumah ada satu orang, yaitu istri atau ibu, coba saja bila orang ini tak ada di rumah, bila Anda adalah suami, di rumah tak ada istri, maka Anda malas pulang, karena ada sesuatu yang hilang di sana, bila Anda sebagai anak, hal yang sama terjadi pada Anda.
Sifat-sifat Mulia Istri
Dari anggota rumah tangga, faktor yang paling berperan besar dalam perkara rumah adalah istri, karena dia adalah ratu, anchor (jangkar) dan ikon utama sebuah rumah tangga, ia adalah rujukan suami dan tempat kembali anak-anak, maka dalam bahasa Arab dia disebut dengan ’Um’ yang berarti ibu, induk tempat kembali.
Kebersamaan
Kebersamaan di antara suami istri tak bisa dipungkiri memegang peran penting dalam melanggengkan hubungan keduanya, setelah kebersamaan hati dengan kesepakatan untuk menjalin akad pernikahan dan diteruskan dengan kebersamaan jasmani sebagai sebuah nikmat dari Allah, karena itu kebersamaan ini patut untuk dijaga dan dipelihara.
Tak Usah Memaksa
Kebahagiaan adalah terwujudnya harapan dan tertepisnya kekhawatiran. Jika dua perkara ini terealisasikan pada diri seseorang atau pada sebuah rumah tangga maka dia akan merasakan kebahagiaan. Satu dari keduanya tidak cukup menciptakan, jika harapan terwujud akan tetapi apa yang dikhawatirkan terjadi, atau sebaliknya apa yang dikhawatirkan tidak terjadi namun harapannya tidak terwujud, dalam kondisi ini kebahagiaan tidak terwujud sempurna.
Menanam Kejujuran dalam Keluarga
Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah kata-kata yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amal perbuatanmu bagimu dan mengampuni dosa-dosamu bagimu…” Al-Ahzab: 70-71.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa kejujuran adalah pengantar menuju surga, beliau bersabda, “Jujurlah karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke surga.” Muttafaq alaihi.
Terjebak Dalam Masalah Sepele..?
Pernahkan Anda terjebak dalam perselisihan dengan suami atau istri? Jawabnya tentu pernah. Karena perselisihan adalah hal yang lumrah terjadi ketika dua manusia yang berbeda karakter dan kepribadian, latar belakang berbeda, cara dibesarkan berbeda, kultur dan pendidikan yang berbeda bersatu dalam satu pernikahan. Apesnya, seringkali suami istri terjebak dalam masalah sepele yang berujung pada pertengkaran sengit. Hal ini biasanya terjadi karena harapan mereka terhadap pasangan tidak tercapai, “Si istri ingin suaminya melakukan A, tetapi ternyata suami malah melakukan B.” Hal-hal sepele seperti; suami tidak pernah menutup laci kembali setelah membukanya. Atau istri lebih suka memasak untuk satu hari penuh dengan alasan menghemat waktu, sementara suami lebih suka istri memasak untuk sekali makan saja.
Wahai Pasutri, Jangan Saling Menghina.
Menghina adalah menyebut aib, cacat, keburukan dan kejelakan orang lain di depannya, di belakangnya mengghibah, bila aib tersebut tidak ada padanya maka itu memfitnah.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.