ASH SHIROOTH


Oleh: Ustadz Achmad Rofi’i, Lc.

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,

Bahasan kali ini adalah tentang Ash Shirooth (Jembatan, Jalan), yang merupakan satu kata yang tidak ada kata jamak (plural)-nya. Ash Shirooth adalah satu-satunya, atau berarti tidak ada alternatif selainnya. Jadi apabila dikatakan “Ash Shiroothul Mustaqiim”, maka berarti yang dimaksud itu hanya satu-satunya jalan, yaitu Jalan yang lurus”.

Sebelumnya, perlu kita sadari bahwa sesungguhnya hidup di dunia ini merupakan perpindahan dari satu terminal ke terminal yang lain. Jadi kehidupan kita di bumi ini sebetulnya sedang berada dalam salah satu terminal; dimana dalam kajian kita beberapa waktu yang lalu telah kita bahas beberapa terminal yang akan dilalui oleh manusia, yakni antara lain :

1. Aalamul ‘Adam, yaitu alam dimana manusia tidak ada.

2. ‘Aalamul Kitaabah, yaitu alam dimana manusia tercatat dalam Lauhil Mahfudz, bahwa akan terlahir manusia seperti si Fulan dan si Fulan.

3. ‘Aalam Ar Rohim, yaitu alam dimana manusia berada dalam Alam Rahim (kandungan ibunya).

4. ‘Aalamud dun-ya, yaitu alam dimana manusia hidup di dunia ini, dan ia diuji selama berada di alam dunia ini adakah ia tergolong orang-orang beriman ataukah kaafir.

5. Aalam Barzakh, yaitu alam dimana manusia sesudah matinya berada di Alam Kubur, dan masih menunggu untuk tibanya Hari Kiamat.

6. ‘Aalam Qiyaamah (‘Aalam Al Aakhiroh), yaitu Alam Akhirat, suatu alam keabadian dimana tidak ada alam lain setelahnya, dan manusia akan diberi keputusan oleh Allooh سبحانه وتعالى adakah ia tergolong penghuni Surga ataukah penghuni Neraka.

Berarti sekarang kita sedang berada di terminal Alam Dunia, dan janganlah lupa bahwa setiap diri kita akan pergi meninggalkan dunia ini yaitu yang disebut dengan Kematian. Dan setelah mati, maka tempat kita adalah di ‘Aalam Barzakh (Alam Kubur).

Dalam Alam Kubur tersebut kita akan mengalami dua hal, yaitu: yang sementara dan yang abadi. Yang sementara disebut dengan “Fitnatul Qobri” dan yang abadi (lama) disebut dengan “Ni’mat atau ‘Adzabun fil Qobri”. Keduanya belum kita alami karena saat ini kita masih berada di alam dunia, belum mati. Kalau kita sudah mati, maka setiap diri kita tidaklah bisa mengelak. Pasti akan mengalami dua alam tersebut, yaitu Alam Kubur dimana kita diuji oleh Allooh سبحانه وتعالى dan hasilnya akan dirasakan seketika, yaitu berupa Ni’mat Kubur atau‘Adzab Kubur. Mudah-mudahan Allooh سبحانه وتعالى memberikan kepada kita berupa Ni’mat Kubur.

Setelah itu akan terjadi Al Qiyaamah Al Kubro (Kiamat Besar) atau disebut pula sebagai AlQiyaamah Al Wustho, dimana manusia dalam waktu yang bersamaan akan dimatikan oleh Allooh سبحانه وتعالى dalam seketika dan alam semesta akan rusak serta digulung oleh Allooh سبحانه وتعالى. Ketika alam ini sudah rusak dan sudah selesai, maka itulah yang disebut dengan: awal daripada alam Akhirat. Adapun kedahsyatan dan kehancuran dunia pada saat itu disebut:Ahwalul Qiyaamah (Kedahsyatan Hari Kiamat).

Setelah Hari Kiamat selesai maka akan muncul fase berikutnya yaitu terminal-terminal yang lain yang harus dilalui oleh manusia, dimana Alam Akhirat yang abadi itu akan diawali denganYaumul Ba’tsi (Hari Kebangkitan), Yaumul Hasyr (Hari Dikumpulkan), Yaumul Hisaab(Hari Perhitungan) dan Yaumul Miizaan (Hari Penimbangan Amal). Fase-fase tersebut telah kita bahas dalam kajian-kajian kita beberapa waktu yang lalu.

Bahasan kita kali ini adalah berkenaan dengan Ash Shirooth.

Ash Shirooth adalah jembatan atau jalan yang tidak ada duanyaAsh Shirooth adalah hanya satu-satunya jalan atau jembatan, dimana setiap diri kita akan melaluinya. Tidak bisa menghindar, mengelak atau lari dari Ash Shirooth tersebut. Semua diri kita akan diperintahkan oleh Allooh سبحانه وتعالى untuk melewati jembatan ini. Mudah-mudahan Allooh سبحانه وتعالى memberikan keselamatan kepada kita dalam meniti jembatan ini.

Nantinya akan kita bahas pula bahwa di ujung jembatan ini, menjelang memasuki surga  ada tempat yang disebut Al Qonthoroh yang berdasarkan perkataan para ‘Ulama Ahlus Sunnahadalah penghujung antara manusia selesai dari Ash Shirooth namun sebelum dia memasuki surga. Namun Al Qonthoroh ini, insya Allooh akan kita bahas dalam kajian mendatang.

Ash Shirooth, menurut perkataan para ‘Ulama Ahlus Sunnah adalah bermakna Al Jisr(Jembatan). Seperti dikatakan oleh Asy Syaikh Sholih bin Fauzan Ali Fauzan bahwa : “Ash Shirooth adalah jembatan yang terpancang di atas neraka Jahanam. Dan jembatan ini akan dilalui oleh manusia. Dari mulai manusia pertama (Nabi Adam عليه السلام) sampai dengan manusia terakhir (di akhir zaman nanti), akan melalui jembatan inisesuai dengan kadar amalan mereka, dimana dikatakan bahwa jembatan ini lebih halus daripada sehelai rambut.”

Perlu diketahui bahwa Jembatan (Ash Shirooth) ini bukanlah berarti seperti “sehelai rambut dibelah tujuh”, karena anggapan yang seperti ini adalah khurofat yang beredar di masyarakat.

Jadi bukan hanya semata-mata ukuran kecilnya, karena kalau ditinjau dari sisi ukuran maka Ash Shirooth adalah lebih kecil dan lebih halus daripada rambut. Namun yang lebih penting dan lebih berbahaya adalah sebagaimana dijelaskan oleh beliau (Asy Syaikh Sholih bin Fauzan Ali Fauzan) bahwa : “Ash Shirooth adalah lebih tajam dan lebih terhunus daripada pedang. Juga ia lebih panas daripada bara api.”

Sungguh tidak terbayangkan oleh kita, akan seperti apa manusia ketika melalui Ash Shiroothtersebut.

Kemudian Asy Syaikh Sholih bin Fauzan Ali Fauzan melanjutkan: “Bukan hanya sampai disitu, tetapi dibawah jembatan itu ada yang namanya Kalalib, yaitu besi panas yang seperti gunting yang sangat tajam. Dan bila Allooh سبحانه وتعالى memerintahkan Kalalib untuk mengambil orang yang sedang melewati Ash Shirooth, maka diambillah orang itu dan akan terjerumus ke dalam Neraka Jahanam.” (Na’uudzbillaahi min dzaalik)

Orang akan melalui Ash Shirooth (jembatan) itu sesuai dengan kadar amalannya. Diantara manusia ada yang berjalan diatas jembatan itu bagaikan kilat (secepat kilat). Ada manusia yang melewati jembatan itu secepat angin yang berhembus. Ada orang yang melewati jembatan itu seperti kuda yang berlariAda juga orang yang melewati jembatan itu seperti orang yang Harwalah (jalan setengah berlari). Ada juga orang yang melewati jembatan itu secepat orang yang berjalan kaki. Ada juga orang yang jalannya merangkakDan ada juga orang yang ketika berjalan di atas jembatan itu diambil oleh Kalalib lalu dimasukkan ke dalam Neraka Jahanam.”

Ada pula beberapa perkataan para ‘Ulama Alus Sunnah yang memberikan keterangan kepada kita tentang Ash Shirooth tersebut, antara lain adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Imaam As Safaariiny رحمه الله. Kata beliau رحمه الله: “Para ‘Ulama Ahlus Sunnah telah bersepakat tentang pengukuhan adanya Ash Shirooth (jembatan) secara umum. Mereka orang-orang yang selalu berjalan diatas kebenaran itu menetapkan dan mengukuhkan adanya Ash Shirooth (jembatan) tersebut sebagaimana adanya di dalam nash, yakni merupakan jembatan yang terpancang diatas neraka Jahanam. Dia lebih tajam daripada pedang, lebih kecil dari rambut. Dan yang mengingkarinya adalah orang Mu’tazilah. Merekalah orang-orang yang tidak percaya adanya Ash Shirooth. Jembatan ini adalah jembatan menuju Surga seperti Allooh سبحانه وتعالى isyaratkan di dalam Al Qur’an Surat Muhammad (47) ayat 5:

سَيَهْدِيهِمْ وَيُصْلِحُ بَالَهُمْ

(Artinya: “Allooh akan memberi pimpinan kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka”).

Jembatan itu juga merupakan jalan menuju neraka seperti diisyaratkan Allooh سبحانه وتعالى dalamAl Qur’an Surat Ash Shoffaat (37) ayat 23:

فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ

(Artinya: “maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka). Semua itu ditunjukkan oleh dalil-dalil yang jelas dan tentu sesuai dengan amalan yang ada pada manusia itu sendiri.

Kata beliau (Imaam As Safaariiny رحمه الله) selanjutnya: “Bukanlah termasuk aneh jika seseorang melewati jembatan ini seseperti anehnya seseorang berjalan diatas air, atau terbang di udara atau berhenti disana. Karena semua itu merupakan kekuasaan Allooh سبحانه وتعالى.

Banyak sekali Hadits berkenaan dengan hal ini dan kalau kita mengkaji Hadits-Haditsnya, maka kita tidak akan selesai untuk sekedar membacanya, apalagi kalau dengan menerangkannya. Tetapi sekedar untuk menunjukkan kepada kita, dan menjadikan kita semakin yakin bahwa perkara ini (Ash Shirooth) adalah wajib diimani. Tidak boleh kita mengikuti jejak orang-orang Mu’tazilahyang mengingkarinya, dimana mereka berkata: “Tidak mungkin ada adzab sebelum Adzab.” Ketika dikatakan kepada mereka (orang-orang Mu’tazilah) bahwa jembatan itu lebih halus daripada rambut, lebih tajam daripada pedang, lebih panas daripada bara api, lalu kata mereka : “Berarti ada adzab sebelum Adzab.”

Ini adalah seperti halnya mereka (Mu’tazilahmengingkari adanya adzab Kubur. Yang demikian adalah karena mereka hanya menggunakan akal mereka saja.

Bagi kita kaum muslimin yang beriman kepada Al Qur’an dan Sunnah Rosuululloohصلى الله عليه وسلم, maka semua akan kita sandarkan kepada apa yang Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sabdakan.

Demikianlah, semua yang disampaikan diatas ini adalah berasal dari satu Kitab yang ditulis olehImaam Ibnul Jauzi رحمه الله. Kitab tersebut berjudul: “Attakhwiifu minannaar” (Memberikan rasa takut kepada kita terhadap api neraka). Jadi ditulisnya Kitab dengan judul seperti itu adalah agar kita takut kepada Allooh سبحانه وتعالى, agar kita segera bertaubat kepada Allooh سبحانه وتعالى, agar kita segera menghentikan ma’shiyat, agar kita tidak lagi menentang dan melawan Allooh سبحانه وتعالى.

Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Al Imaam Muslim didalam Shohiih-nya no: 183, berasal dari Shohabat Abu Saa’id Al Khudry رضي الله عنه, dimana beliau berkata bahwa suatu saat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم ditanya perihal apakah kita akan melihat Allooh سبحانه وتعالى di hari Kiamat:

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ نَاسًا فِى زَمَنِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « نَعَمْ ». قَالَ « هَلْ تُضَارُّونَ فِى رُؤْيَةِ الشَّمْسِ بِالظَّهِيرَةِ صَحْوًا لَيْسَ مَعَهَا سَحَابٌ وَهَلْ تُضَارُّونَ فِى رُؤْيَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ صَحْوًا لَيْسَ فِيهَا سَحَابٌ ». قَالُوا لاَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « مَا تُضَارُّونَ فِى رُؤْيَةِ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلاَّ كَمَا تُضَارُّونَ فِى رُؤْيَةِ أَحَدِهِمَا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ أَذَّنَ مُؤَذِّنٌ لِيَتَّبِعْ كُلُّ أُمَّةٍ مَا كَانَتْ تَعْبُدُ. فَلاَ يَبْقَى أَحَدٌ كَانَ يَعْبُدُ غَيْرَ اللَّهِ سُبْحَانَهُ مِنَ الأَصْنَامِ وَالأَنْصَابِ إِلاَّ يَتَسَاقَطُونَ فِى النَّارِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَبْقَ إِلاَّ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ مِنْ بَرٍّ وَفَاجِرٍ وَغُبَّرِ أَهْلِ الْكِتَابِ فَيُدْعَى الْيَهُودُ فَيُقَالُ لَهُمْ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ قَالُوا كُنَّا نَعْبُدُ عُزَيْرَ ابْنَ اللَّهِ. فَيُقَالُ كَذَبْتُمْ مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ صَاحِبَةٍ وَلاَ وَلَدٍ فَمَاذَا تَبْغُونَ قَالُوا عَطِشْنَا يَا رَبَّنَا فَاسْقِنَا. فَيُشَارُ إِلَيْهِمْ أَلاَ تَرِدُونَ فَيُحْشَرُونَ إِلَى النَّارِ كَأَنَّهَا سَرَابٌ يَحْطِمُ بَعْضُهَا بَعْضًا فَيَتَسَاقَطُونَ فِى النَّارِ. ثُمَّ يُدْعَى النَّصَارَى فَيُقَالُ لَهُمْ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ قَالُوا كُنَّا نَعْبُدُ الْمَسِيحَ ابْنَ اللَّهِ. فَيُقَالُ لَهُمْ كَذَبْتُمْ. مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ صَاحِبَةٍ وَلاَ وَلَدٍ. فَيُقَالُ لَهُمْ مَاذَا تَبْغُونَ فَيَقُولُونَ عَطِشْنَا يَا رَبَّنَا فَاسْقِنَا. – قَالَ – فَيُشَارُ إِلَيْهِمْ أَلاَ تَرِدُونَ فَيُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ كَأَنَّهَا سَرَابٌ يَحْطِمُ بَعْضُهَا بَعْضًا فَيَتَسَاقَطُونَ فِى النَّارِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَبْقَ إِلاَّ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ تَعَالَى مِنْ بَرٍّ وَفَاجِرٍ أَتَاهُمْ رَبُّ الْعَالَمِينَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فِى أَدْنَى صُورَةٍ مِنَ الَّتِى رَأَوْهُ فِيهَا. قَالَ فَمَا تَنْتَظِرُونَ تَتْبَعُ كُلُّ أُمَّةٍ مَا كَانَتْ تَعْبُدُ. قَالُوا يَا رَبَّنَا فَارَقْنَا النَّاسَ فِى الدُّنْيَا أَفْقَرَ مَا كُنَّا إِلَيْهِمْ وَلَمْ نُصَاحِبْهُمْ. فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ. فَيَقُولُونَ نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ لاَ نُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا – مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا – حَتَّى إِنَّ بَعْضَهُمْ لَيَكَادُ أَنْ يَنْقَلِبَ. فَيَقُولُ هَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ آيَةٌ فَتَعْرِفُونَهُ بِهَا فَيَقُولُونَ نَعَمْ. فَيُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ فَلاَ يَبْقَى مَنْ كَانَ يَسْجُدُ لِلَّهِ مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِهِ إِلاَّ أَذِنَ اللَّهُ لَهُ بِالسُّجُودِ وَلاَ يَبْقَى مَنْ كَانَ يَسْجُدُ اتِّقَاءً وَرِيَاءً إِلاَّ جَعَلَ اللَّهُ ظَهْرَهُ طَبَقَةً وَاحِدَةً كُلَّمَا أَرَادَ أَنْ يَسْجُدَ خَرَّ عَلَى قَفَاهُ. ثُمَّ يَرْفَعُونَ رُءُوسَهُمْ وَقَدْ تَحَوَّلَ فِى صُورَتِهِ الَّتِى رَأَوْهُ فِيهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمْ. فَيَقُولُونَ أَنْتَ رَبُّنَا. ثُمَّ يُضْرَبُ الْجِسْرُ عَلَى جَهَنَّمَ وَتَحِلُّ الشَّفَاعَةُ وَيَقُولُونَ اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْجِسْرُ قَالَ « دَحْضٌ مَزِلَّةٌ. فِيهِ خَطَاطِيفُ وَكَلاَلِيبُ وَحَسَكٌ تَكُونُ بِنَجْدٍ فِيهَا شُوَيْكَةٌ يُقَالُ لَهَا السَّعْدَانُ فَيَمُرُّ الْمُؤْمِنُونَ كَطَرْفِ الْعَيْنِ وَكَالْبَرْقِ وَكَالرِّيحِ وَكَالطَّيْرِ وَكَأَجَاوِيدِ الْخَيْلِ وَالرِّكَابِ فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ وَمَخْدُوشٌ مُرْسَلٌ وَمَكْدُوسٌ فِى نَارِ جَهَنَّمَ. حَتَّى إِذَا خَلَصَ الْمُؤْمِنُونَ مِنَ النَّارِ فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ بِأَشَدَّ مُنَاشَدَةً لِلَّهِ فِى اسْتِقْصَاءِ الْحَقِّ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لِلَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لإِخْوَانِهِمُ الَّذِينَ فِى النَّارِ يَقُولُونَ رَبَّنَا كَانُوا يَصُومُونَ مَعَنَا وَيُصَلُّونَ وَيَحُجُّونَ. فَيُقَالُ لَهُمْ أَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ. فَتُحَرَّمُ صُوَرُهُمْ عَلَى النَّارِ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثيرًا قَدْ أَخَذَتِ النَّارُ إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ وَإِلَى رُكْبَتَيْهِ ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا مَا بَقِىَ فِيهَا أَحَدٌ مِمَّنْ أَمَرْتَنَا بِهِ. فَيَقُولُ ارْجِعُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ دِينَارٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوهُ. فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا لَمْ نَذَرْ فِيهَا أَحَدًا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا. ثُمَّ يَقُولُ ارْجِعُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ نِصْفِ دِينَارٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوهُ. فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا لَمْ نَذَرْ فِيهَا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا أَحَدًا. ثُمَّ يَقُولُ ارْجِعُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوهُ. فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا لَمْ نَذَرْ فِيهَا خَيْرًا ». وَكَانَ أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِىُّ يَقُولُ إِنْ لَمْ تُصَدِّقُونِى بِهَذَا الْحَدِيثِ فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ (إِنَّ اللَّهَ لاَ يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا) « فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَفَعَتِ الْمَلاَئِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ وَلَمْ يَبْقَ إِلاَّ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنَ النَّارِ فَيُخْرِجُ مِنْهَا قَوْمًا لَمْ يَعْمَلُوا خَيْرًا قَطُّ قَدْ عَادُوا حُمَمًا فَيُلْقِيهِمْ فِى نَهْرٍ فِى أَفْوَاهِ الْجَنَّةِ يُقَالُ لَهُ نَهْرُ الْحَيَاةِ فَيَخْرُجُونَ كَمَا تَخْرُجُ الْحِبَّةُ فِى حَمِيلِ السَّيْلِ 

Artinya:

Bahwa orang-orang pada masa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bertanya, “Wahai Rosuulullooh, apakah kita akan melihat Allooh سبحانه وتعالى pada Hari Kiamat?

Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjawab, “Ya.”

Kemudian beliau صلى الله عليه وسلم bersabda, “Apakah kalian menyangsikan dari melihat matahari di tengah hari tanpa awan? Dan apakah kalian menyangsikan dari melihat bulan di malam bulan purnama tanpa awan?

Mereka menjawab, “Tidak, wahai Rosuul.”

Beliau صلى الله عليه وسلم bersabda, “Tidaklah diperselisihkan tentang melihat Allooh سبحانه وتعالى pada Hari Kiamat, kecuali seperti yang kalian perselisihkan ketika memandang matahari atau bulan.Apabila tiba Hari Kiamat maka seorang Mu’adzin akan memanggil agar setiap ummat mengikuti apa yang disembahnya, sehingga tidak tersisa seorang pun yang menyembah selain Allooh سبحانه وتعالى, baik penyembah berhala ataupun sejenisnya, kecuali mereka itu akan berjatuhan kedalam Neraka sehingga tidak tersisa kecuali orang yang beribadah kepada Allooh سبحانه وتعالى baik orang yang shoolih maupun orang yang faasiq. Sedangkan Ahlul Kitab dipanggil, maka dipanggillah Yahudi kemudian ditanyakan kepada mereka, “Apa yang kalian sembah?

Mereka (Yahudi) menjawab, “Kami menyembah ‘Uzair bin Allooh.”

Kemudian dikatakan, “Kalian berdusta; Allooh سبحانه وتعالى tidak pernah memiliki istri dan anak. Maka apa yang kalian minta?”

Mereka (Yahudi) berkata, “Kami kehausan, wahai Robb, maka berilah kami air.”

Maka mereka diisyaratkan untuk digiring kedalam api Neraka sehingga mereka berjatuhan kedalamnya.

Kemudian dipanggillah kaum Nashoro, dan ditanyakan kepada mereka, “Apa yang kalian sembah?

Mereka (Nashoro) menjawab, “Kami menyembah Al Masih bin Allooh.”

Kemudian dikatakan kepada mereka, “Dusta kalian, Allooh سبحانه وتعالى tidak pernah memiliki istri dan anak.”

Maka dikatakan kepada mereka, “Apa yang kalian minta?

Mereka (Nashoro) menjawab, “Kami kehausan, wahai Robb, maka berilah kami air.”

Maka mereka diisyaratkan untuk digiring kedalam api Neraka sehingga mereka berjatuhan kedalamnya.

Sehingga tidak tersisa kecuali orang yang beribadah kepada Allooh سبحانه وتعالى, baik dari kalangan orang shoolih maupun faasiq.

Allooh Robbul ‘Aalamin سبحانه وتعالى mendatangi mereka dalam bentuk yang lebih dekat dari apa yang mereka lihat, kemudian berfirman, “Apa yang kalian tunggu, setiap ummat mengikuti apa yang disembahnya.”

Mereka menjawab, “Wahai Robb kami, kami memisahkan diri dari manusia di dunia, betapa pun kami butuh mereka, dan kami tidak bersahabat dengan mereka.”

Allooh سبحانه وتعالى berfirman, “Aku Robb kalian.”

Mereka berkata, “Kami berlindung kepada Allooh سبحانه وتعالى dari Engkau. Kami tidak menyekutukan Allooh سبحانه وتعالى dengan apa pun (2X atau 3X).”

Sampai sebagian mereka hampir terjungkal.

Allooh سبحانه وتعالى bertanya, “Apakah ada bukti diantara kalian yang kalian tahu?

Mereka menjawab, “Ya.”

Maka disingkaplah betis, maka tidak ada yang tersisa dari orang yang bersujud kepada Allooh سبحانه وتعالى, kecuali Allooh سبحانه وتعالى izinkan padanya untuk bersujud. Dan tidak ada yang tersisa dari orang yang bersujud karena Riyaa’ kecuali Allooh سبحانه وتعالى akan jadikan punggungnya satu tingkatan ketika akan sujud dan tersungkurlah tengkuk mereka, kemudian mereka mengangkat kepala mereka, kemudian Allooh سبحانه وتعالى telah berubah pada bentuk-Nya yang pernah mereka lihat pertama kali, dan berfirman, “Aku Robb kalian.”

Mereka berkata, “Engkau Robb kami.”

Kemudian dihamparkanlah Jembatan diatas Jahannam dan diperbolehkan Syafaa’at. Dan mereka pun berkata, “Ya Allooh, selamatkanlah, selamatkanlah.”

Ditanyakan kepada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, “Ya Rosuulullooh, apakah Al Jisru (Jembatan) itu?

Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, Al Jisru adalah jalan yang sangat licin dan orang mudah terpeleset. Dibawahnya ada besi-besi yang siap untuk menjepit orang,yang kemudian dimasukkan ke dalam api neraka. Maka Mu’minuun menyeberanginya dalam sekejap mata, secepat kilat, secepat angin, secepat burung, secepat kuda berlari, secepat orang berkendaraan. Maka diantara Muslim ada yang selamat dan ada yang terjerumus kedalam Jahannam, sehingga Mu’minuun terbebas dari api neraka. Demi Yang jiwaku ditangan-Nya, tidak seorang pun dari kalian yang sangat bersungguh-sungguh mencari kebenaran karena Allooh سبحانه وتعالى pada Hari Kiamat bermohon untuk saudara-saudara mereka yang terjerumus kedalam Neraka.” Mereka mengatakan, “Ya Allooh, mereka itu dulu shoum, sholat, Haji bersama kami.”

Kemudian dikatakan kepada mereka, “Keluarkanlah orang yang kalian kenal sehingga mereka dihalangi dari api neraka.”

Maka dikeluarkanlah banyak manusia yang telah dibakar api sampai dengan setengah betisnya,  dua lututnya, kemudian mereka berkata, “Ya Allooh, tidak tersisa didalamnya seorang pun, orang yang Engkau perintahkan kami.”

Kemudian Allooh سبحانه وتعالى berfirman, “Kembalilah, siapa yang kalian temui didalam hatinya seberat setengah dinar kebaikan, maka keluarkanlah.”

Maka dikeluarkanlah banyak orang, kemudian mereka mengatakan, “Ya Allooh, kami tidak tinggalkan seorangpun yang Engkau perintahkan kami.”

Kemudian Allooh سبحانه وتعالى berfirman, “Kembalilah, siapa yang kalian temui didalam hatinya seberat biji sawit kebaikan, maka keluarkanlah.”

Maka dikeluarkanlah banyak orang, kemudian mereka mengatakan, “Ya Allooh, kami tidak tinggalkan seorangpun yang Engkau perintahkan kami.”

Abu Saa’id Al Khudry رضي الله عنه berkata, “Jika kalian tidak membenarkan aku tentang Hadits ini, maka bacalah firman Allooh سبحانه وتعالى (Al Qur’an Surat An Nisaa’ ayat 40):

إِنَّ اللّهَ لاَ يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِن تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِن لَّدُنْهُ أَجْراً عَظِيماً

(Artinya: “Sesungguhnya Allooh tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allooh akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.”)

Allooh سبحانه وتعالى berfirman, “Malaikat telah memberi Syafaa’at, para Nabi telah memberi Syafaa’at, Mu’minuun telah memberi Syafaa’at. Tidak ada tersisa kecuali Yang Maha Penyayang.”

Maka Allooh سبحانه وتعالى menggenggam satu genggam dari Neraka dan mengeluarkan satu kaum yang belum pernah berbuat kebaikan sama sekali, sedang mereka telah menjadi arang, kemudian Allooh سبحانه وتعالى melempar mereka kedalam sungai di mulut surga, yang disebut Sungai Kehidupan, sehingga mereka pun keluar sebagaimana kecambah tumbuh…”

Jadi dari Hadits diatas sebagaimana digambarkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bahwa orang-orang beriman akan melalui jembatan (Ash Shirooth) itu ada yang dalam sekejap mata, ada yang seolah-olah seperti angin, atau kilat, atau angin, atau laksana burung, atau kuda berlari atau seperti orang-orang yang mengendarai kendaraan. Orang-orang yang menyeberangi ada yang selamat, tetapi ada pula yang jatuh ke dalam Jahanam. Sehingga orang-orang mu’min yang faasiqitu selesai di dalam api neraka, tetapi karena didalam dirinya terdapat iman, maka lama-kelamaan mereka akan keluar dari api neraka tersebut.

Hal ini pun juga adalah sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 44 dan Al Imaam Muslim no: 193, dari Shohabat Anas bin Maalik رضي الله عنه bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ : لاََ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ شَعِيرَةٍ مِنْ خَيْرٍ ، وَيَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ : لاََ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ بُرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ ، وَيَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ : لاََ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ

Artinya:

Akan keluar dari api neraka barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallooh dan dalam hatinya terdapat sebiji sawit kebajikan, dan akan keluar dari api neraka barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallooh dan dalam hatinya terdapat sebesar butir padi kebajikan, dan akan keluar dari api neraka barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallooh dan dalam hatinya terdapat sebesar biji jagung kebajikan. 

Masih banyak lagi Hadits-Hadits yang menjelaskan perkara yang berkenaan dengan Al Jisru atauAsh Shirooth ini, yang artinya adalah bahwa keberadaan Ash Shirooth tidak perlu diragukan lagi. Allooh سبحانه وتعالى pun telah memberikan penjelasan kepada kita dalam banyak ayat Al Qur’an, antara lain adalah sebagai berikut :

Perhatikan Al Qur’an Surat Al Hadiid (57) ayat 12 – 15 :

Ayat 12 :

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُم بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِم بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Artinya:

(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mu’min laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): “Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak.

Ayat 13 :

يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آمَنُوا انظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِن نُّورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءكُمْ فَالْتَمِسُوا نُوراً فَضُرِبَ بَيْنَهُم بِسُورٍ لَّهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِن قِبَلِهِ الْعَذَابُ

Artinya:

Pada hari ketika orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: “Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu”. Dikatakan (kepada mereka): “Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”. Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.

Maksudnya, orang-orang munafiq tidak akan diberi cahaya (sinar) sebagai penerang sehingga mereka berada dalam kegelapan,  lalu mereka meminta sinar kepada orang yang beriman yang memiliki cahaya dan sinar : “Bagilah kami cahaya, wahai orang yang beriman, sehingga kami bisa berjalan seperti kalian.” Tetapi oleh Allooh سبحانه وتعالى tidak diizinkan, sehingga pada akhirnya mereka disuruh mundur ke belakang dan tetap berada dalam keadaan kegelapan.

Ayat 14 :

يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُن مَّعَكُمْ قَالُوا بَلَى وَلَكِنَّكُمْ فَتَنتُمْ أَنفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ حَتَّى جَاء أَمْرُ اللَّهِ وَغَرَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ

Artinya:

Orang-orang munafiq itu memanggil mereka (orang-orang mu’min) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab: “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allooh; dan kamu telah ditipu terhadap Allooh oleh (syaithoon) yang amat penipu.

Ayat 15 :

فَالْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنكُمْ فِدْيَةٌ وَلَا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مَأْوَاكُمُ النَّارُ هِيَ مَوْلَاكُمْ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Artinya:

Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat berlindungmu. Dan dia adalah sejahat-jahat tempat kembali.

Itulah bukti dari sekian banyak ayat Al Qur’an yang menunjukkan bahwa kita akan melewati suatu masa, dimana disitu adalah merupakan jembatan atau Ash Shirooth.

Dalam Al Qur’an Surat At Tahriim (66) ayat 8, diterangkan bahwa orang-orang beriman yang menyeberangi jembatan (Ash Shirooth) itu akan Allooh سبحانه وتعالى berikan cahaya (sinar) :  

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allooh dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Robb-mu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allooh tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Robb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Para Ahli Tafsir seperti Mujaahid, Abdul Haq, Hasan Al Bashry رحمهم الله dalam Tafsiir Imaam Ibnul Katsiir mengatakan bahwa pada hari itu orang-orang yang beriman melihat dan mendapatkan lampu (cahaya) pada hari Kiamat, sedangkan orang-orang munafiq dipadamkan lampunya. Mudah-mudahan kita tergolong orang yang beriman agar mendapatkan cahaya dari Allooh سبحانه وتعالى. Adapun bila kita termasuk orang yang munafiq maka akan digelapkan jalannya menuju jembatan Ash ShiroothNa’uudzu billaahi min dzaalik.

Tentang Ash Shirooth ini akan kami nukilkan ringkasan penjelasan dari Imaam Ibnul Jauziرحمه الله, sebagai berikut :

– “Ketahuilah olehmu bahwa manusia akan terbagi menjadi orang yang mu’min, bertauhiid, dan tidak menyekutukan Allooh سبحانه وتعالى dengan sesuatupunataukah menjadi manusia yang musyrik, dan berhamba kepada selain Allooh سبحانه وتعالى.”

– “Adapun orang-orang yang musyrik maka mereka itu tidak akan melewati jembatan (Ash Shirooth), dan mereka akan dimasukkan ke dalam Jahanam bahkan sebelum dipasangnya Ash Shirooth tersebut.

Hal ini adalah sebagaimana Hadits Shohiih diriwayatkan oleh Imaam Al Bukhoory no: 6573 dan Imaam Muslim no: 182, dari Abu Hurairoh رضي الله عنه , dimana beliau berkata bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

… يَجْمَعُ اللَّهُ النَّاسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ شَيْئًا فَلْيَتَّبِعْهُ. فَيَتَّبِعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الشَّمْسَ الشَّمْسَ وَيَتَّبِعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الْقَمَرَ الْقَمَرَ وَيَتَّبِعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الطَّوَاغِيتَ الطَّوَاغِيتَ وَتَبْقَى هَذِهِ الأُمَّةُ فِيهَا مُنَافِقُوهَا فَيَأْتِيهِمُ اللَّهُ – تَبَارَكَ وَتَعَالَى – فِى صُورَةٍ غَيْرِ صُورَتِهِ الَّتِى يَعْرِفُونَ فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ. فَيَقُولُونَ نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْكَ هَذَا مَكَانُنَا حَتَّى يَأْتِيَنَا رَبُّنَا فَإِذَا جَاءَ رَبُّنَا عَرَفْنَاهُ. فَيَأْتِيهِمُ اللَّهُ تَعَالَى فِى صُورَتِهِ الَّتِى يَعْرِفُونَ فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ. فَيَقُولُونَ أَنْتَ رَبُّنَا. فَيَتَّبِعُونَهُ وَيُضْرَبُ الصِّرَاطُ بَيْنَ ظَهْرَىْ جَهَنَّمَ فَأَكُونُ أَنَا وَأُمَّتِى أَوَّلَ مَنْ يُجِيزُ 

Artinya:

“Allooh سبحانه وتعالى akan mengumpulkan manusia pada Hari Kiamat dan berfirman, “Barangsiapa yang menyembah sesuatu, maka ikutilah dia.”

Maka orang yang menyembah matahari akan mengikuti matahari. Siapa yang menyembah bulan maka ia akan mengikuti bulan. Siapa yang menyembah Thoghut (– apa-apa yang disembah selain Allooh سبحانه وتعالى –), maka ia pun akan mengikuti Thoghut. Dan ummat ini tersisa didalamnya terdapat orang-orang munaafiq, lalu Allooh سبحانه وتعالى mendatangi mereka dalam bentuk selain bentuk yang mereka ketahui lalu berfirman, “Aku adalah Robb kalian.”

Mereka berkata, “Kami berlindung kepada Allooh سبحانه وتعالى dari Engkau. Ini adalah tempat kita sehingga Robb kami mendatangi kami. Jika Robb kami datang maka kami akan mengenal-Nya.

Maka Allooh سبحانه وتعالى datang kepada mereka dalam bentuk yang mereka kenal dan berfirman, “Aku adalah Robb kalian.”

Dan mereka pun menjawab, “Engkau adalah Robb kami.”

Maka dihamparkanlah Ash Shirooth diatas Jahannam, maka aku (Rosuululloohصلى الله عليه وسلم) dan ummatku adalah orang yang pertama kali menyeberanginya.”

Dalam Hadits diatas dijelaskan bahwa kaum muslimin akan melewati Ash Shirooth (jembatan), setelah orang-orang musyrikin masuk terlebih dahulu ke dalam Jahanam. Adapun kaum munaafiqun akan bersama kaum muslimin ketika menyeberangi  jembatan itu. Hanya saja, ketika menyeberanginya, mereka kemudian jatuh ke dalam Jahanam terlebih dahulu daripada kaum muslimin.

Imaam Ibnul Jauzi رحمه الله selanjutnya menjelaskan bahwa: “Hadits tersebut dengan jelas menerangkan bahwa siapa saja yang pernah menampakkan penghambaan diri kepada selain Allooh سبحانه وتعالى, misalnya dari kalangan Ahlul Kitab, orang Nashoro yang menyembah Al Masih, dan orang Yahudi yang menyembah ‘Uzair, maka mereka semua akan mengikuti di belakang kaum musyrikin untuk jatuh ke dalam neraka sebelum dihamparkannya Ash Shirooth; kecuali orang yang semula menyembah berhala, matahari, bulan dan lain-lain maka mereka akan menghikuti tuhan-tuhan yang mereka sembah ketika di dunia itu, dan semuanya akan masuk ke dalam Jahannam.”

Menurut ‘Aqiidah Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah, berdasarkan Hadits tersebut diatas maka jelaslah bahwa kaum Yahudi atau Nashroni (sebaik apapun mereka ketika hidup di dunia), maka mereka akan memasuki Jahannam setelah orang-orang musyrikin (para penyembah berhala).

Sebagaimana telah dijelaskan dalam QS. Al Hadiid (57) ayat 12 – 15 diatas, kata ImaamIbnul Jauzi رحمه الله bahwa: “Orang musyrik dan munaafiq tidak akan mendapatkan cahaya seperti orang mu’min mendapatkan cahaya.

Selanjutnya menurut Imaam Ibnul Jauzi رحمه الله bahwa para ‘Ulama Salafus Shoolih telah berselisih pendapat dalam perkara diberi atau tidak diberikannya cahaya bagi orang munaafiq.

Ada 2 pendapat sebagai berikut:

–          Pendapat pertama: orang munaafiq memang tidak diberi bagian cahaya, dan ini adalah pendapat dari Sofwan bin ‘Amr رضي الله عنه.

Kata beliau : “Mereka kemudian mencari dan kembali ke tempat mereka dibagi cahaya itu, tetapi mereka tidak mendapatkan apapun dan akhirnya mereka menyesali. Semua orang munaafiq itu mengharapkan terus untuk mendapatkan cahaya dari Allooh سبحانه وتعالى, tetapi Allooh سبحانه وتعالى tetap tidak akan membagi cahaya bagi mereka.

–          Pendapat kedua: orang munaafiq akan diberi cahaya bersama orang-orang yang beriman, namun kemudian cahaya tersebut akan padam.

Jadi berdasarkan pendapat kedua ini maka orang-orang munaafiq akan mendapatkan cahaya juga sebagaimana mereka di dunia bersama orang-orang mu’minin. Tetapi bedanya adalah bahwa bagi orang-orang munafiq tersebut, cahayanya kemudian akan dipadamkan oleh Allooh سبحانه وتعالى ketika mereka hampir sampai kepada bibir Ash Shirooth.

Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Shohabat Ibnu ‘Abbas رضي الله عنه yang merupakan seorang yang ahli dalam tafsiir Al Qur’an, bahwa: “Tidak seorang pun dari kalangan ahli Tauhiid kecuali orang itu akan diberi cahaya pada hari Kiamat. Adapun orang-orang munafiq akan dipadamkan cahayanya.”

Kata beliau رضي الله عنه: “Mereka orang-orang mu’min ada rasa belas-kasihan terhadap orang-orang munaafiq yang dipadamkan cahayanya itu. Lalu mereka pun mengatakan: “Ya Robb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami.” (Sebagaimana disebutkan dalam QS. At Tahriim (66) ayat 8 diatas.

Itulah sekelumit yang bisa kita dapatkan dari para ‘Ulama ataupun Hadits-Hadits yang menjelaskan kepada kita bahwa Ash Shirooth akan dialami dan dilalui oleh kaum Muslimin.

Perhatikan pula firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Al Qur’an Surat Maryam (19) ayat 71 – 72 :

وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْماً مَّقْضِيّاً ﴿٧١﴾ ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوا وَّنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيّاً ﴿٧٢﴾

Artinya:

(71) “Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Robb-mu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.”

(72) “Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang yang dzolim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.”

Yang dimaksud وَارِدُهَا (Waariduhaa) atau Mendatangi” adalah: “Melalui, menyeberangi jembatan Ash Shirooth”. Dan itu merupakan ketetapan Allooh سبحانه وتعالى yang pasti untuk seluruh manusia.

Dapat pula diambil pelajaran dari Hadits diatas bahwa ada beberapa golongan manusia yang akan melewati Ash Shirooth, yaitu sebagaimana dijelaskan dalam Hadits tersebut bahwa ada golongan orang yang akan melewati Ash Shirooth dengan cepat sekali, karena mereka adalah orang-orang yang beriman yang benar-benar mendapatkan karunia kemudahan dari Allooh سبحانه وتعالى. Kemudian ada juga segolongan manusia yang ketika melewati jembatan tersebut, maka ia mengalami berbagai rintangan. Bahkan ada pula segolongan manusia yang langsung jatuh kedalam neraka Jahannam. Na’uudzu billaahi min dzaalik. 

Adapun hikmah yang dapat dipetik dari kita mengetahui, meyakini, dan mengimani adanyaAsh Shirooth adalah :

  1. Dengan mempelajari, dan meyakininya melalui berbagai nash baik Al Qur’an maupun Hadits-Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tentang Ash Shirooth, maka yang paling penting adalah bahwa: kita sebagai kaum Muslimin haruslah mengimani adanya Ash Shiroothtersebut dengan seyakin-yakinnya, dan tidak boleh ragu.
  2. Harus mempersiapkan diri agar kita lulus melewati jembatan (Ash Shirooth) itu dengan jalan beramal shoolih, dan ber-Tauhiid. Jangan sampai seperti orang-orang musyrikin, sebagaimana dijelaskan diatas. Adapun orang-orang yang beriman adalah sesuai dengan amalannya, apakah kita akan memilih meniti jembatan itu secepat kilat atau seperti orang yang merangkak-rangkak. Semuanya perlu dengan kesungguhan, dengan mujahadah. Jangan sampai hanya mengimani tetapi tidak ada dampaknya dalam peri-kehidupan kita di dunia ini.
  3. Allooh سبحانه وتعالى tidak bisa diprotes atau didebat dengan bertanya mengapa Allooh سبحانه وتعالى serumit itu dalam memproses perjalanan kehidupan manusia. Itu semua adalahkehendak Allooh سبحانه وتعالى, yang tidak sepatutnya dipertanyakan / diperdebatkan oleh makhluk ciptaan-Nya. Bahkan orang yang memprotes kepada Allooh سبحانه وتعالى dengan melalui banyak bertanya “mengapa Allooh سبحانه وتعالى berbuat begini dan begitu” sesungguhnya adalah tidak beradab dan tidak memiliki sopan santun terhadap Penciptanya.

Ingatlah firman-Nya dalam QS. Al Anbiyaa’ (21) ayat 23 berikut ini:

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ

Artinya:

Dia (Allooh) tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai.”

Yang justru harus kita persiapkan adalah bahwa setiap diri kita ini akan ditanya oleh Allooh سبحانه وتعالى, apakah kita termasuk kategori pantas dan lulus dalam berbagai ujian keimanan yang Allooh سبحانه وتعالى berikan untuk kemudian berhak masuk kedalam Al Jannah (Surga), ataukah termasuk orang yang gagal yang akhirnya masuk kedalam JahannamNa’uudzu billaahi min dzaalik.

Berbagai urusan duniawi yang mungkin sebagian besar manusia banyak terlarut didalamnya, sehingga bahkan melupakan akhiratnya, maka sebenarnya hanya kecil sekali dibandingkan dengan Akhirat. Kalau saja dihitung bahwa sehari di Akhirat adalah sama dengan seribu tahun di dunia, maka apabila kita (misalnya) hidup di dunia ini hingga usia 50 tahun; maka 50 tahun itu dibandingkan dengan 1000 tahun  (sehari Akhirat) hanyalah 0,5 %-nya saja. Berarti tidak ada apa-apanya.

Sekalipun kita selama 50 tahun itu beramal shoolih semaksimal mungkin untuk bekal di Akhirat,  maka secara perhitungan akal, amal shoolih yang 50 tahun itu tidaklah akan mungkin membeli surga Allooh سبحانه وتعالى yang sehari hitungan Akhiratnya adalah 1000 tahun.

Sangatlah benar apa yang disabdakan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 2816, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ. قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِىَ اللَّهُ مِنْهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ

Artinya:

Tidak akan seorang pun dari kalian dimasukkan kedalam surga oleh amalannya.”

Mereka bertanya, “Demikian pula anda, wahai Rosuul?”

Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjawab, “Ya. Hanya saja Allooh سبحانه وتعالى memberi jaminan padaku dengan keutamaan dan kasih sayang.”

Oleh karena itu, sedemikian tipis modal kita, mengapa kita masih juga membuang-buang waktu kita di dunia ini untuk melakukan hal-hal yang justru mengundang murka Allooh سبحانه وتعالى?

Hendaknya kita beramal shoolih semaksimal mungkin, serta banyak bertaubat agar tergolong orang yang mendapat Kasih Sayang Allooh سبحانه وتعالى sehingga dapat lulus menyeberangi Jembatan (Ash Shirooth) yang mengerikan tersebut.

TANYA JAWAB

Pertanyaan:

  1. Mohon penjelasan tentang batasan orang musyrik, karena di dalam Al Qur’an dikatakan bahwa orang yang berlaku musyrik, maka seluruh amalannya akan terhapus dan sia-sia.
  2. Demikian pula mohon penjelasan tentang Tahayul, Bid’ah dan Khurofat yang selama ini ummat Islam di tanah air kita banyak yang belum memahaminya.

Jawaban:

  1. Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam Al Qur’an Surat Az Zumar (39) ayat 65 berikut ini:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Artinya:

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan (Allooh), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.

Syirik adalah mengerikan, karena ternyata membuat semua amalan manusia menjadi kandas dan ia akan tergolong orang-orang yang merugi bahkan bangkrut di Hari Akhirat.

Syirik artinya adalah menyekutukan Allooh سبحانه وتعالى.

Asyroka (أشرك– Yusyriku (يشرك)  – Isyrookan  (إشراكا), artinya adalah secara sengaja, dan dengan sadar melakukan kesyirikan, menyekutukan Allooh سبحانه وتعالى.

Maka siapa saja yang secara sengaja menyekutukan Allooh سبحانه وتعالى maka ia disebut Musyrik.

Kata para ‘Ulama Ahlus Sunnah, Syirik ada dua:  Asy Syirkul Akbar (Syirik Besar) danAsy Syirkul Asghor (Syirik Kecil). Dan ada pula yang menggolongkannya kedalam tiga bagian, yakni dengan menambahkan Asy Syirkul Khofiy (Syirik yang Halus).

Orang yang melakukan Syirik Akbar dan ia meninggal dalam keadaan belum bertaubat, maka ia pasti akan tergolong orang-orang yang merugi, karena seluruh amalannya tidak ada gunanya lagi, karena dianggap gugur oleh Allooh سبحانه وتعالى.

Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 48 sebagai berikut:

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظِيماً

Artinya:

Sesungguhnya Allooh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allooh, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

Jadi seseorang yang meninggal dalam keadaan Asy Syirkul Akbar (Syirik Besar), maka orang yang demikian tidak boleh dido’akan, tidak boleh dimohonkan ampun kepada Allooh سبحانه وتعالى, karena Allooh سبحانه وتعالى sudah memastikan bahwa di Akhirat orang tersebut akan menjadi bahan bakar di Neraka Jahannam. Na’uudzu billaahi min dzaalik.

Kedua adalah Syirkul Khofiy (Syirik yang Halus) yang oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم  diumpamakan seperti semut hitam yang berjalan di waktu malam yang gelap, diatas batu hitam. Jadi sangat halus, tidak terasa, sehingga sulit untuk mendeteksinya.

Ketiga adalah Asy Syirkul Asghor (Syirik Kecil). Syirik ini pun berbahaya, karena SyirikKecil bisa menggugurkan amalan kita dikala itu, maka janganlah dianggap ringan. Syirik ini pun tidak boleh ada dalam diri kita, dan harus dihindari dengan sungguh-sungguh. Contoh Syirik Keciladalah : Riya’ (pamer, ingin amalannya dipuji orang) atau Sum’ah (bangga diri), beramal bukan karena Allooh سبحانه وتعالى tetapi karena manusia, dan sejenisnya. Semua itu akan menggugurkan amalan kita. Kalau kita meninggal belum sempat bertaubat atasnya,  maka di Akhirat pun kita akan merugi, tidak ada amalannya.

2.      Tahayul (yang benar pengucapannya adalah Takhoyyul). Kalau dibaca “Tahayul maka artinya didalam Bahasa Arab adalah “Berkilah”.

Takhoyyul (ini pengucapannya yang benar didalam Bahasa Arab) adalah: “Orang menggunakan imajinasinya untuk menggambarkan sesuatu yang tidak ada sama sekali kebenaran Syar’ie-nya.” Disebut juga: berhayal, yang tidak ada kenyataannya.

Khurofat, adalah sama dengan Takhoyyul, yakni: “Tidak ada kebenaran ilmiahnya sama sekali.” Sebagai contohnya: di kalangan masyarakat Indonesia terdapat suatu Khurofat yakni ibu-ibu yang sedang hamil diperintahkan untuk membawa gunting kecil atau pisau kecil, (katanya) agar si janin didalam kandungannya tidak diganggu oleh syaithoon. Yang demikian itu disebutTakhoyyul atau Khurofat.

Sesuatu yang tidak ada kebenarannya, baik secara ilmiah atau secara Syar’ie maka ia disebutKhurofat.

Bid’ah adalah perkara baru (dalam urusan dien), yang tidak ada sebelumnya. Para ‘Ulama Ahlus Sunnah menyebutnya: Al Ikhtiroo’ Bid’atun, yakni: “Sesuatu yang baru (dalam perkara dien) yang tidak ada pendahulunya”.

Maka Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم telah jauh-jauh memberikan peringatan keras bahwa:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

(Man ‘amila ‘amalan laisa ‘alaihi amrunaa fahuwa roddun)

Artinya:

Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintah kami atasnya, maka amalan tersebut tertolak.” (Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 4590, dari ‘Aaisyah رضي الله عنها)

Sebagai contohnya adalah “Peringatan Maulid Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم”, dimana perayaan itu adalah perbuatan Bid’ah, karena tidak ada tuntunannya sama sekali dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Kalau memang Peringatan Maulid Nabi itu baik, dan termasuk amal yang shoolih, tentulah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم pasti akan perbuatan itu terlebih dahulu serta mencontohkannya pada ummatnya. Para Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم pasti akan mencontohkan dan mewariskannya pada kita semua.

Tetapi pada kenyataannya (silakan pelajari seluruh siroh / sejarah kehidupan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم) maka dapatlah kita ketahui bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sendiri, manusia yang paling Taqwa, serta para Shohabatnya yang tahu benar dengan ajaran Rosuulnya, tidak pernah mereka itu melakukan Peringatan Maulid Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Bahkan sampai kepada para Imaam yang Empat, mereka pun tidak pernah melaksanakan Peringatan Maulid Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.

Lalu tiba-tiba di akhir zaman ini, ada sekelompok orang yang mengatakan bahwa Maulid Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah amalan yang shoolih. Siapakah yang berwenang mengatakan bahwa “Peringatan Maulid Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم” itu adalah amalan yang shoolih? Padahal jelas-jelas perbuatan itu tidak ada ajarannya dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Oleh karena itu, “Peringatan Maulid Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم” adalah digolongkan oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah sebagai Bid’ah, karena ia adalah sesuatu yang baru dalam perkara dien, yang sesungguhnya tidak ada dalam ajaran Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.

Pertanyaan:

  1. Tentang Yahudi.  Dalam Al Qur’an, orang Yahudi memang diberikan kelebihan oleh Allooh سبحانه وتعالى dibandingkan bangsa lain. Sehingga ada yang mengatakan: Percuma saja melawan Yahudi, karena Allooh سبحانه وتعالى sudah memberikan kelebihan (keistimewaan) kepada Yahudi, tentu kita tidak akan bisa melawan mereka. Perkara urusannya dengan Hamas itu adalah urusan kemanusiaan. Maka kita tidak usah repot-repot menentang Yahudi. Demikian kata-kata (pendapat) sebagian orang. Benarkah demikian? Mohon penjelasannya.
  2. Dalam Al Qur’an Surat Al Baqoroh (2) ayat 284, Allooh سبحانه وتعالى berfirman:

لِّلَّهِ ما فِي السَّمَاواتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَإِن تُبْدُواْ مَا فِي أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ اللّهُ فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَاءُ وَاللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿٢٨٤﴾

Artinya:

“Kepunyaan Allooh-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allooh akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allooh mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allooh Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Bisakah orang musyrik dikenakan ayat tersebut? Bukankah Allooh سبحانه وتعالى Maha Pengampun? Apa saja yang Allooh سبحانه وتعالى Kehendaki, pasti bisa karena Dia Maha Kuasa. Bisakah orang yangmusyrik yang percaya bahwa sebutir batu bisa mengobati segala macam penyakit, bisa mendapatkan ampunan dari Allooh سبحانه وتعالى atas dosa-dosa kemusyrikannya itu?

Jawaban :

1. Tentang Yahudi:

Kata sebagian orang bahwa hubungan antara Yahudi dan Hamas adalah masalah kemanusiaan. Maka kita tidak usah repot-repot menentang Yahudi. Dan bahwa Yahudi memang sudah diberi kelebihan dari bangsa-bangsa lain, sehingga percuma saja melawan Yahudi karena tentu kita tidak akan bisa melawan mereka.

Maka ketahuilah bahwa orang yang mengatakan demikian itu berarti ‘Aqiidah-nya sudahsangat berbahaya, dan pandangan yang demikian itu adalah sangat tidak sesuai dengan‘Aqiidah Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah. Pandangan yang demikian itu termasuk pandanganAqiidah Jabriyyah.  

Yang benar adalah dalam Al Qur’an banyak ayat yang mengatakan bahwa: Allooh سبحانه وتعالىmemerintahkan kepada kita kaum Muslimin untuk berperang kepada orang yang memerangi.

Perhatikanlah firman-Nya dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 190:

وَقَاتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلاَ تَعْتَدُواْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبِّ الْمُعْتَدِينَ

Artinya:

Dan perangilah di jalan Allooh orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allooh tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

Apa sebab Allooh سبحانه وتعالى memerintahkan untuk memerangi? Berarti itu karena adanya suatu usaha dari musuh-musuh Allooh سبحانه وتعالى untuk memerangi dien-Nya, dimana orang-orang Yahudi memang adalah orang yang pakar dalam bermakar kepada Allooh سبحانه وتعالىKalau sudah tahu bahwa mereka (Yahudi) itu suka bermakar, mengapa kita hanya berpangku tangan? Pantaskah kita seperti itu? Orang yang bodoh saja tidak akan berpikir semacam itu. Minimal, kalau ada orang nakal yang mengganggu kita saja, maka kita akan menghindar. Itupun sikap sekecil-kecilnya dari iman seseorang.

Apalagi bila kita punya keyakinan bahwa menurut firman Allooh سبحانه وتعالى sebagaimana termaktub dalam QS. Muhammad (47) ayat 7 bahwa :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (dien) Allooh, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

Mengapa kita tidak yakin kepada ayat tersebut, mengapa kita tidak yakin kepada firman Allooh سبحانه وتعالى? Mengapa kita memble? Yang demikian bukanlah sikap Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah.

2.  Allooh سبحانه وتعالى Maha Pengampun

Benar memang Allooh سبحانه وتعالى Maha Pengampun. Tetapi itu bagi orang yang bertaubat, dan meminta ampun kepada-Nya. Adapun bagi orang yang sudah tahu bahwa itu Syirik dan ia tetapngeyel (keras kepala), bahkan mengambil keuntungan materi dari perkara tersebut, tentu orang yang sedemikian itu tidak akan diampuni. Maka siapa saja yang nyawanya belum sampai pada kerongkongan, lalu ia memohon ampun dan bertaubat kepada Allooh سبحانه وتعالى, maka ia akan diampuni dosa-dosanya. Tetapi jangan lalu menganggap enteng, nanti saja lah minta ampun (bertaubat), kalau sudah menjelang meninggal saja. Karena manusia tidak tahu kapan kematian akan datang menjemputnya. Maka bila Allooh سبحانه وتعالى sudah melarang Syirik, maka hentikanlah kesyirikan tersebut, dan segeralah bertaubat kepada Allooh سبحانه وتعالى.

Pertanyaan:

Bagaimana dengan orang yang suka menjalani Tarekat?

Jawaban:

Asal kata “Tarekat”  adalah Thoriiqot artinya: “Jalan”. Dalam menjalani Thoriiqot itu menurut mereka ada yang tingkatannya: Syari’at, Hakikat dan Ma’rifat. Membagi manusia dalam tingkatan-tingkatan seperti itu adalah Bid’ah yang sesat. Itu adalah ajaran Sufi, bukan dari‘Aqiidah Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah.

Orang Sufi tidak mementingkan Ilmu, karena mereka mengatakan : “Ilmu kita langsung didapat dari Allooh سبحانه وتعالى (melalui mimpi, melalui ilham, melalui rasa, dan melalui kecenderunganlainnya).” Itulah keyakinan orang-orang Sufi.

Oleh karena itu orang Sufi tidak belajar. Mereka mengabaikan Ilmu. Kata mereka: “Untuk apa menghafal Al Qur’an, Hadits, bikin capek  saja. Lebih baik tirakat, nanti langsung mendapatkan Thoriqot. Menurut mereka itu adalah cara pintas untuk mendapatkan “kebenaran” dari Allooh سبحانه وتعالى. Dan mereka menyebut hal itu sebagai sanad, padahal sanad  mereka itu berasal dari mimpi yang gelap dan sesat. Yang seperti ini jelas bukanlah sanad menurut Ahli Hadits sebagaimana yang dipahami oleh Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah.

Hendaknya kaum Muslimin waspada, karena Thoriiqot adalah suatu Bid’ah yang tidak sesuai dengan ajaran Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.

Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Senin malam, 20 Rabi’ul Awwal 1430 H  –  16 Maret 2009 M.

Artikel : http://ustadzrofii.wordpress.com

Tinggalkan komentar