TANDA-TANDA HARI KIAMAT (BAGIAN-5)


Oleh:  Ust. Achmad  Rofi’i, Lc.

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,

Pada kesempatan ini akan disampaikan Hadits-Hadits tentang Tanda-tanda Kiamat yang sudah dan sedang terjadi pada saat ini. Insya Allooh pada pertemuan yang akan datang, kita akan membicarakan tentang tanda-tanda Kiamat Besar, termasuk didalamnya akan dibahas tentang Imaam Mahdi.

Dibawah ini kami sampaikan apa yang diriwayatkan oleh Imaam Al Baihaqy رحمها الله dalam kitab beliau yang berjudul “AHwaalul Qiyaamah” (Dahsyatnya Kiamat) dan dari kitab yang ditulis oleh Al ‘Allaamah Siddiiq Hasan Khoon (beliau orang India) tentang Hari Kiamat, judul kitabnya adalah “Al ‘Idzaa’ah Fi Asyrootissaa’ah” dan dari beberapa keterangan yang lain.

Semua yang tersebut diatas, mereka mengambil dalil-dalil dan Hadits-Hadits dari Kitab Al Hadits dan kami bacakan dari Kitab-Kitab ‘Aqiidah, sesuai dengan bahasan pokok kita adalah tentang ‘Aqiidah.

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,

Pada pertemuan sebelumnya sudah kami sampaikan riwayat yang demikian panjang tentang Tanda-tanda Hari Kiamat, mudah-mudahan kita semua sudah bisa mengetahui tentang perkara tersebut walaupun secara global. Untuk kali ini, masih akan disampikan beberapa Hadits lagi, yaitu :

Hadits dari Mu’adz bin Jabal رضي الله عنه, diriwayatkan oleh Imaam Ad Daarimy رحمها الله, beliau Mu’adz bin Jabal رضي الله عنه berkata :

عن معاذ بن جبل قال : سيبلى القرآن في صدور أقوام كما يبلى الثوب فيتهافت يقرؤونه لا يجدون له شهوة ولا لذة يلبسون جلود الضأن على قلوب الذئاب أعمالهم طمع لا يخالطه خوف إن قصروا قالوا سنبلغ وإن أساؤوا قالوا سيغفر لنا إنا لا نشرك بالله شيئا

Artinya:

Berkata Mu’adz bin Jabbal رضي الله عنه, Al Qur’an akan rusak pada dada-dada banyak kaum, sebagaimana rusaknya baju. Mereka membacanya, sedang mereka tidak merasakan keasyikan dan kelezatannya, mereka memakai kulit-kulit domba diatas hati serigala.
Pekerjaan mereka rakus, tidak tercampur rasa takut.

Jika mereka kurang dalam beramal, mereka mengatakan, “Kita akan sampai.

Dan Jika mereka berbuat buruk, mereka mengatakan, “Kita akan diampuni, karena kita tidak menyekutukan Allooh سبحانه وتعالى  dengan apa pun.”

(Sunan Ad Daarimy no: 3346)

Maksudnya, mereka membaca Al Qur’an tetapi tidak punya gairah, tidak punya suatu ketertarikan, dan tidak punya kelezatan. Mereka memakai kulit domba, tetapi hatinya serigala.  Amalan mereka itu tamak (rakus), tidak ada sama sekali perasaan takut.

Itu juga merupakan tanda-tanda dekatnya Hari Kiamat, yaitu bahwasanya Al Qur’an dibaca orang, tetapi bacaannya itu hanya merupakan rutinitas, hanya sekedar melaksanakan kewajiban bahwa Al Qur’an itu harus dibaca, tetapi orang yang membaca itu tidak punya ketertarikan kepada apa yang dimaksud dan apa yang terkandung dalam isi Al Qur’an.

Bila dibandingkan dengan pada masa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, apabila dibacakan Al Qur’an, maka para Shohabat dan umat Islam pada masa itu hatinya bergetar dan bahkan menangis. Misalnya Shohabat Abu Bakar As Siddiq رضي الله عنه, diberi kesempatan untuk meng-Imaami sholat Berjamaa’ah, maka ‘Aa’isyah رضي الله عنها (puteri Abu Bakar As Siddiq رضي الله عنه) mengatakan: “Jangan ya Rosuulullooh, karena ayahku bila membaca Al Qur’an pasti menangis”.

Artinya, bahwa Abu Bakar As Siddiq رضي الله عنه itu orang yang hatinya lembut, halus, peka. Apabila mendengar ayat Al Qur’an apalagi ayat-ayat mengenai neraka, beliau رضي الله عنه tidak tahan, pasti menangis. Bila para Shohabat mendengar dari Al Qur’an tentang surga, maka mereka penuh harap ingin dijadikan penghuni surga oleh Allooh سبحانه وتعالى.

Apa sebab mereka bisa bersikap demikian? Hal itu adalah karena mereka (para Shohabat) beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى, serta beriman kepada Al Qur’an dengan sepenuh hati, membenarkan Al Qur’an bukan saja bacaan-nya, tetapi juga sangat paham dan menghayati isi kandungannya, mereka memerlukan Al Qur’an lebih daripada perkara makan mereka sendiri.

Bandingkan dengan di zaman sekarang, dimana betapa banyak diantara kaum Muslimin yang membaca Al Qur’an saja tidak bisa. Inilah keprihatinan kita yang mendalam, yaitu demikian berhasilnya musuh-musuh Allooh سبحانه وتعالى menjauhkan kaum Muslimin dari Kitabullooh, yang seyogyanya merupakan pedoman hidup dan petunjuk kesehariannya.

Itu baru perkara membaca, belum lagi perkara memahami isinya. Dengan isi Al Qur’an, banyak dari kalangan kaum Muslimin yang sudah lari menjauh, seolah-olah apa yang terdapat dalam Al Qur’an itu tidak patut dan tidak pantas dipraktekkan dalam kehidupan sehari-harinya. Bahkan diantara mereka ada yang menentang dengan menyatakan bahwa Al Qur’an itu isinya ada yang porno, tidak relevan dengan zaman sekarang, atau tuduhan lain seperti tidak adil, karena Al Qur’an telah membuat pembagian waris yang tidak sama antara laki-laki dan perempuan, lalu ada pula yang mengatakan bahwa Al Qur’an bertentangan dengan Hak Azasi Manusia, dsbnya.

Bila kita kembali pada isi Al Qur’an, maka di zaman sekarang banyak kaum Muslimin yang bahkan bersandiwara agar orang-orang menjadi Islamophobia (takut kepada Islam). Phobia terhadap Islam, phobia terhadap Al Qur’an.

Maka bila di zaman dahulu (zaman para Shohabat), sedemikian taatnya mereka kepada Al Qur’an, maka di zaman sekarang sudah begini keadaannya, berarti kita sudah dekat dengan kejadian Hari Kiamat. Banyak di antara kaum Muslimin yang sudah termasuk apa yang diutarakan dalam Hadits diatas yaitu “berbaju domba, tetapi berhati serigala”. Kalau sudah begini, bisa dibayangkan betapa jauhnya umat dari hidayah Allooh سبحانه وتعالى.

Banyak diantara kaum Muslimin menggampangkan Al Qur’an. Kalau mereka meninggalkan syari’at Allooh سبحانه وتعالى, tidak patuh kepada Allooh سبحانه وتعالى, menyalahi syari’at-Nya,  melakukan penyimpangan dan maksiat kepada Allooh سبحانه وتعالى, lalu mereka mengatakan : “Nanti kita juga akan sampai ke surga, karena Allooh سبحانه وتعالى itu kan Maha Pengasih-Penyayang.”

Lalu kalau mereka berbuat kejahatan, maksiat, dsbnya, mereka pun mengatakan: “Ah, Alloohسبحانه وتعالى itu kan Maha Pengampun, Allooh سبحانه وتعالى akan memberikan pengampunan kepada kita. Selama kita tidak berbuat syirik, Allooh سبحانه وتعالى akan mengampuni kita.”

Begitu kata mereka.

Mereka menggampangkan kepada Allooh سبحانه وتعالى, dengan menganggap bahwa dosa itu adalah permainan, dan bahwa Allooh سبحانه وتعالى itu Maha Pengampun sehingga mereka boleh bebas-bebas saja berbuat dosa.

Yang demikian sekarang sudah semakin terlihat dalam kehidupan sehari-hari kaum Muslimin. Mu’jizat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم adalah bahwa satu demi satu apa yang diberitakan melalui Hadits-Hadits Shohiih tentang Tanda-Tanda Hari Kiamat itu sudah mulai terbukti dan itu adalah merupakan peringatan bagi manusia: “Ingatlah, Hari Kiamat sudah semakin dekat!

Al Qur’an akan dijadikan sebagai seruling

Dalam Hadits Riwayat Imaam Ath Thobrony dalam Al Mu’jam Al Kabiir no: 14532, di-shohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany dalam Shohiih Al Jaami’ush Shoghiirno: 216, dari Shohabat ‘Auf bin Maalik رضي الله عنه, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

أَخَافُ عَلَيْكُمْ سِتًّا: إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ، وَسَفْكُ الدِّمَاءِ، وَبَيْعُ الْحُكْمِ، وَقَطِيعَةُ الرَّحِمِ، وَنَشْوٌ يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ، وَكَثْرَةُ الشُّرَطِ

Artinya:

Aku takut 6 perkara menimpa kalian:

  1. Kepemimpinan yang bodoh (dungu)
  2. Tumpah darah
  3. Jual beli hukum
  4. Putus Silaturohim
  5. Anak-anak kecil menjadikan Al Qur’an sebagai seruling
  6. dan Banyaknya Polisi.”

 Dari Hadits tersebut diatas, dapat kita perhatikan bahwa merupakan Tanda-Tanda Hari Kiamat adalah kepemimpinan yang bodoh (dungu), terjadinya tumpah darah, hukum diperjual belikan, terjadinya putus silaturohim, banyaknya polisi dan anak-anak kecil menjadikan Al Qur’an sebagai seruling. Maksudnya: anak-anak kecil, tetapi sudah dapat melantunkan pembacaan Al Qur’an dengan suara yang merdu

Bukankah tanda-tanda yang demikian itu sudah ada?

Bila hal-hal seperti itu sudah terjadi, maka itulah tanda bahwa hari Kiamat semakin dekat.

Wanita berdagang bersama Suaminya

Dalam Hadits Riwayat Imaam Ahmad dalam Musnad-nya no: 3870, dan Syaikh Syuaib Al Arnaa’uth mengatakan bahwa sanad Hadits ini adalah Hasan, dari Shohabat ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه, beliau berkata bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

إنَّ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ تَسْلِيمَ الْخَاصَّةِ وَفُشُوَّ التِّجَارَةِ حَتَّى تُعِينَ الْمَرْأَةُ زَوْجَهَا عَلَى التِّجَارَةِ وَقَطْعَ الْأَرْحَامِ وَشَهَادَةَ الزُّورِ وَكِتْمَانَ شَهَادَةِ الْحَقِّ وَظُهُورَ الْقَلَمِ

Artinya:

Diantara menjelang terjadinya hari Kiamat adalah orang-orang hanya memberikan salam pada orang-orang khusus (– orang-orang yang dikenalnya saja – pent.)Tersebar perdagangan, sehingga wanita menolong suaminya pada urusan perdagangan, dan putusnya silaturahmi, dan persaksian palsu dan disembunyikannya persaksian yang benar dan nampaknya pena (– karya tulis – pent.)”.

Maksudnya wanita sudah diikutkan mencari nafkah, padahal wanita adalah hanya menerima nafkah. Karena suaminya lah yang semestinya wajib mencari nafkah.

Tetapi di zaman sekarang justru laki-laki dengan sengaja menyuruh isterinya untuk bekerja dan bersama-sama memikul beban keluarga. Karena yang demikian ini sesungguhnya tidak sesuai dengan Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, karena wanita tidak punya kewajiban sedikitpun untuk memberi nafkah kepada keluarganya. Yang berkewajiban memberi nafkah adalah suami.  Bahkan jika suami sudah tidak memberikan nafkah kepada isterinya maka si isteri boleh minta cerai (talak).

Tetapi apabila si isteri sangat besar rasa sayang dan cintanya kepada suami, atau karena merasa sangat besar tanggung-jawabnya, sementara suaminya telah bekerja keras tetapi hasilnya masih saja kurang, dan tidak cukup untuk menopang keluarga, sementara tanggungannya semakin hari adalah semakin besar; kemudian isterinya mulai berpikir untuk ikut membantu, maka itu adalah kemauan dari si isteri, dan itu terpulang kepada suaminya. Kalau suami mengizinkan, maka boleh dilakukan. Tetapi kalau suaminya tidak mengizinkan, maka isteri tidak boleh mencari nafkah. Demikian besarnya Islam menjunjung tinggi dan memuliakan wanita.

Namun, di zaman sekarang justru lapangan kerja lebih banyak dimasuki oleh para wanita. Misalnya di daerah Cikarang, Bekasi ada sebuah pabrik boneka yang buruh-buruhnya terdiri dari ribuan orang wanita. Kalau sudah demikian, apakah para Wali mereka bisa mengontrol?

Intinya adalah bahwa keluarnya wanita dari rumahnya itu menurut Hadits yang diriwayat oleh Al Imaam At Turmudzy no: 1773, dari Shohabat bernama ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :

المرأة عورة فإذا خرجت استشرفها الشيطان

Artinya:

Wanita itu aurot. Apabila sudah keluar dari rumahnya maka ia dibuatnya cantik, mulia, dihiasi dan dibarengi oleh syaithoon”.

Jadi wajar jika lalu banyak terjadi perselingkuhan, perzinahan, bahkan ada orang yang suaminya tidak tahu isterinya bergaul atau berzina dengan siapa. Di kantor-kantor sekarang tidak mustahil  wanita dan laki-laki yang bukan mahromnya saling berkomunikasi, lalu yang terjadi selanjutnya adalah perbuatan-perbuatan yang lebih jauh daripada itu. Bagaimana Walinya bisa mengontrol, jika wanita sudah keluar rumah. Sedangkan di rumah saja sekarang banyak fitnah semacam itu, apalagi kalau wanita itu sudah dilepaskan keluar rumahnya.

Itulah apa yang digambarkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bahwa wanita ikut bekerja membantu bisnis suaminya, dan apabila itu terjadi maka itu bagian dari tanda dekatnya dengan Hari Kiamat.

Tanda-tanda lainnya menurut Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم adalah :

Putus silaturahim

Dan ini sudah banyak terjadi, mungkin karena  perkara pembagian warisan, bisa juga karena pertikaian berkenaan dengan masalah harta, berkenaan dengan masalah bisnis, hubungan keluarga pun lalu menjadi terputus dan hal itu sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi. Itulah tanda-tanda dari dekatnya dengan Hari Kiamat.

Tersebarnya ‘ilmu, kitabnya banyak

Di zaman sekarang sangat mudah mendapatkan kitab. Kalau di zaman dahulu, orang menulis kitab itu dengan alat seadanya, misalnya pena dicelupkan ke tinta lalu dibuat menulis di atas kertas atau sejenisnya, kering penanya lalu dicelupkan lagi, untuk menulis lagi, demikian seterusnya. Sehingga apa yang ditulisnya itu tidak mustahil kalau si penulis hafal. Karena dengan jerih-payahnya yang sangat susah. Lalu orang yang ber-‘ilmu itu (si penulis) harus pergi dari Madinah ke negeri Syam (Irak, Syiria) kadang hanya untuk mendapatkan satu atau dua Hadits saja. Maka ia akan hafal dengan Hadits-Hadits yang didapatkannya itu.

Sementara di zaman sekarang, ‘ilmu (dien) didapatkan dengan mudah, tinggal beli Kitabnya, atau di-fotocopy, atau di-scanning, dan programnya juga sudah ada di komputer. Tetapi bersamaan dengan mudahnya kitab-kitab itu didapat, maka justru tidak ada lagi di zaman sekarang ini orang-orang yang se-‘aalim orang-orang di zaman dahulu. Sekarang himmah-nya sudah tidak ada, karena dunia sudah dekat dengan kehancuran dan itu adalah tanda-tanda dekatnya Hari Kiamat.

Syahadat Azzur (bersaksi palsu)

Orang yang salah dikatakan benar, orang yang benar dikatakan salah dengan bukti yang direkayasa, sehingga semua orang terkecoh. Itupun juga merupakan tanda-tanda Kiamat, sebagaimana telah dijelaskan dalam Hadits diatas.

Wa kitmanu sahadatil haq (Menyembunyikan  kebenaran)

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Hadits diatas, yaitu antara lain menyembunyikan kesaksian yang benar (haq). Yang benar tidak dimunculkan, tetapi malah disembunyikan. Karena kalau diperlihatkan dan dimunculkan, maka resikonya akan semakin besar.

Sekarang tidak sedikit orang yang mempunyai bukti kebenaran, lalu merasa dirinya tidak aman.  Maka tidak sedikit orang yang terlibat kasus, daripada ia melapor, lalu menjadi lebih banyak masalah, maka lebih baik ia diam saja. Itupun juga merupakan tanda-tanda bahwa Kiamat sudah dekat.

Padahal diatas sebelumnya disampaikan bahwa kitab yang identik dengan ‘ilmu itu semakin banyak, semakin mudah didapat. Jumlah Kitab di zaman sekarang sudah tidak terhitung banyaknya, bisa kita lihat di toko-toko buku.

Padahal di zaman para Shohabat tidak ada kitab sebanyak seperti sekarang. Para Shohabat dan kaum Muslimin ketika itu tidak punya kitab-kitab sebanyak ini.  Tetapi justru Al Qur’an dan Hadits itu ada dalam hati mereka masing-masing. Slogan mereka adalah : Al ‘ilmu fissuduur laa fissutuur (Ilmu itu ada dalam dada, bukan dalam catatan).

Hal itu menunjukkan bahwa yang disebut dengan ‘Ilmu (dien) adalah yang dihafal, bukan yang ada dalam kitab. Tetapi sekarang kitabnya semakin banyak, tetapi ‘ilmunya semakin tidak ada.  Karena sekarang barokatul ‘ilmi (keberkahan ‘ilmu dien) yang sudah tidak ada. Orang yang hafal sudah semakin sedikit, dan seterusnya.

Maka yang demikian itu merupakan hal yang harus kita sadari, tetapi bukan harus diikuti, melainkan sedapat mungkin kita menegakkan apa yang menjadi keharusan bagi kita sebagaiAhlus Sunnah wal Jamaa’ah, yaitu mencintai,  mempelajari, menghidupkan Sunnah-sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.

Zina sudah nampak

Zina kelihatan, nampak, terang-terangan. Di zaman sekarang, perzinahan menjadi soal biasa, dan pergeseran nilai-nilai moral itu sangat cepat. Bila di zaman dahulu merupakan hal yang memalukan, maka di zaman sekarang bahkan menjadi suatu kebanggaan. Misalnya: Pacaran.  Padahal pacaran itu tidak ada dalam ajaran Islam. Bahkan sebenarnya berbicara saja antara dua orang laki-laki dan perempuan yang bukan mahromnya itu sangat dibatasi didalam ajaran Islam.

Hadits Shohiih Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 5231, dari Anas bin Maalik رضي الله عنه, ia berkata, “Sungguh aku akan meriwayatkan pada kalian satu Hadits yang aku dengar dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dimana tidak akan ada yang meriwayatkan Hadits ini selainku. Aku mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

لَأُحَدِّثَنَّكُمْ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُحَدِّثُكُمْ بِهِ أَحَدٌ غَيْرِي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَكْثُرَ الْجَهْلُ وَيَكْثُرَ الزِّنَا وَيَكْثُرَ شُرْبُ الْخَمْرِ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ وَيَكْثُرَ النِّسَاءُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ

Artinya:

Sesungguhnya diantara tanda Hari Kiamat ialah ‘ilmu (dien) diangkat, jaahil (kebodohan) semakin banyakzina semakin merebak, minum khomr semakin marak, jumlah laki-laki semakin sedikit, sedangkan jumlah wanita semakin banyak sehingga 50 wanita hanya diasuh oleh satu orang laki-laki”.

Syeikh Abu Bakar Al Jazaa’iry, seorang ‘Ulama di Madinah mengatakan bahwa apabila wanita mendengar telephone (mengangkat telephone) di rumahnya, dan yang berbicara dalamtelephone itu adalah laki-laki, maka suara wanita itu tidak boleh dilenggak-lenggokkan atau dilembut-lembutkan dan dimerdu-merdukan, sehingga menawan dan menarik. Karena yang demikian itu sudah menyalahi Syar’i. Dan beliau juga mengatakan bahwa wanita bila menggunakan sandal (selop) tidak boleh yang hak-nya tinggi. Karena itu juga adalah bagian dari fitnah, dimana bunyi ketukan sepatu hak tinggi-nya itu dapat mengundang perhatian laki-laki dan menjadi sumber fitnah bagi diri wanita tersebut.

Wanita semakin banyak jumlahnya, sementara jumlah laki-laki semakin sedikit

Dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 5577, dari Shohabat Anas bin Maalik رضي الله عنه, beliau رضي الله عنه berkata, “Sungguh akan aku ceritakan kepada kalian suatu Hadits yang tidak seorangpun dari kalian mendengarnya kecuali dariku. Aku mendengar Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda,

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَقِلَّ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا وَتُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ وَيَكْثُرَ النِّسَاءُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً قَيِّمُهُنَّ رَجُلٌ وَاحِدٌ

 ‘Diantara tanda hari kiamat, yaitu:

1)  Akan nampak kebodohan

2) Ilmu diangkat

3)  Zina Nampak

4) Khamr diminum

5) Akan semakin sedikit bilangan laki-laki dan semakin banyak bilangan wanita, sehingga 50 wanita dipimpin (ditanggung) oleh seorang laki-laki.”

Sehingga satu orang laki-laki berbanding 50 orang wanita (1:50).  Berdasarkan survey, maka sekarang saja perbandingan antara jumlah laki-laki dan wanita adalah satu berbanding tujuh (1:7). Kalau sudah seperti itu, berarti sudah mulai berjalan apa yang digambarkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tentang apa yang akan terjadi dalam kehidupan kaum Muslimin.

Karena itu hendaknya sebagai Muslim justru kita harus semakin berhati-hati, karena apabila wanita yang jelas-jelas diciptakan oleh Allooh سبحانه وتعالى sebagai suatu fitnah bagi kaum laki-laki itu akan semakin banyak jumlahnya, dimana wanita itu adalah kesenangan bagi laki-laki (dan orang yang tidak suka dengan wanita maka berarti ia tidak normal), maka berarti fitnah (ujian dalam perkara) wanita pun akan semakin besar.

Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 14:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Artinya:

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di duniadan di sisi Allooh-lah tempat kembali yang baik (surga).

Berarti laki-laki itu kesukaannya adalah pada wanita, dan laki-laki itu kemauannya lebih besar. Oleh karenanya, Allooh سبحانه وتعالى menyediakan stok (jumlah) wanita lebih banyak. Itu sudahSunnatullooh, sesuai dengan yang Allooh سبحانه وتعالى berikan jauh sebelum manusia itu lahir. Maka apabila hal seperti tabarruj (berhias) itu dibiarkan merebak, maka wanita akan semakin menjadi banyak fitnah bagi laki-laki. Bicaranya, jalan lenggak-lenggoknya, penampilannya, berhiasnya, semua itu adalah fitnah. Semuanya itu juga bisa menyebabkan bagi si wanita itu menjadi calon penghuni neraka.

Dari Abu Hurairoh رضي الله عنه berkata, “Telah bersabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم,

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

Artinya:

“Dua golongan termasuk dari penghuni neraka yang belum pernah aku melihatnya:

  1. Kaum, bersama mereka cemeti bagaikan ekor sapi. Dengannya mereka pukuli orang-orang.
  2. Wanita, mereka berpakaian tetapi mereka telanjang. Mereka melenggak-lenggok dan diatas kepala mereka bagaikan punuk unta.

Mereka itu tidak akan masuk kedalam surga, bahkan tidak akan mencium baunya surga. Padahal baunya surga bisa menembus jarak sekian dan sekian (70 tahun).” (Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 5704)

Maksud dari Hadits diatas adalah bahwa ada dua kelompok manusia yang akan menjadi Ahlun Naar (penghuni neraka), yaitu pertama adalah para Penguasa yang mendzolimi, menganiaya orang, dan kelompok kedua adalah wanita yang berpakaian tetapi mereka itu pada dasarnya adalah telanjang (karena pakaiannya yang ketat, membentuk tubuh, atau dari bahan yang menerawang ke kulitnya dsbnya sehingga meskipun ia berpakaian tetapi sebenarnya pakaian itu tidak menutupi aurotnya), berjalannya melenggak-lenggok sehingga menawan lawan jenisnya dan ada sanggul di kepalanya seperti punuk onta.

Jadi wanita yang suka berjalan melenggak-lenggok itu adalah wanita calon Ahlun Naar(penghuni neraka). Oleh karena itu, bila sekarang banyak wanita dijadikan bahan pameran, misalnya dipamerkan atau dijadikan ratu kecantikan sejagad, maka hendaknya anda berhati-hati karena itu identik dengan zina. Mereka berdalih bahwa itu sebagai seni. Tertapi ingat, bahwa dalam Islam seni itu diperbolehkan asal tidak bertentangan dengan Syar’i.  Kalau bertentangan dengan Syar’i, apalagi merusak moral, dan sejenisnya, maka kita sebagai orang beriman hendaknya ingat bahwa hati dan hawa ini harus dibimbing dengan Wahyu yang berasal dari Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلمJangan kita mengatur segala sesuatu itu sekehendak diri kita sendiri, karena manusia itu tidak akan dapat dan tidak akan bisa melakukan dengan benar tanpa tuntunan Wahyu.

Melimpah ruahnya harta, sehingga shodaqoh pun ditolak

Lalu dalam Hadits Shohiih Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 1414 dan Imaam Muslim no: 2385, dari Abu Musa Al Asy’ary رضي الله عنه, beliau berkata bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَطُوفُ الرَّجُلُ فِيهِ بِالصَّدَقَةِ مِنَ الذَّهَبِ ثُمَّ لاَ يَجِدُ أَحَدًا يَأْخُذُهَا مِنْهُ وَيُرَى الرَّجُلُ الْوَاحِدُ يَتْبَعُهُ أَرْبَعُونَ امْرَأَةً يَلُذْنَ بِهِ مِنْ قِلَّةِ الرِّجَالِ وَكَثْرَةِ النِّسَاءِ

Artinya:

Akan datang kepada manusia suatu zaman dimana seorang laki-laki berkeliling untuk men-shodaqohkan emasnya, akan tetapi tidak ada yang mau menerima.Dan seorang laki-laki diikuti oleh 40 wanita dan itu disebabkan karena laki-laki hanya sedikit dan banyaknya wanita”.

Maksudnya bukan saja wanita yang melimpah, tetapi juga harta akan melimpah. Bayangkan seorang laki-laki membagi-bagikan emas, ia ingin bershodaqoh tetapi tidak ada yang mau menerimanya, karena samua orang sudah kaya-raya. Yang ini belum terjadi dan kelak akan terjadi. Tetapi bahwa laki-laki sudah lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan wanita, maka sekarang sudah mulai terbukti.

Itulah yang dapat disampaikan dari Kitab AHwaalul Qiyaamah” yang disampaikan oleh Al Imaam Al Baihaqy Asy Syaafi’iy رحمه الله.

Berikutnya kita masuk kepada kitab lain yang bernama Kitab Al ‘Idzaa’ah Fi Asyrootissaa’ah” yang ditulis oleh Al ‘Allaamah Siddiiq Hasan Khoon.

Ada satu Hadits diriwayatkan oleh Imaam Ahmad no: 23303, dan menurut Syaikh Syuaib Al Arnaa’uth sanad Hadits ini Hasan, para perowinya terpercaya, dari Hudzaifah Ibnul Yaman رضي الله عنه, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكُونَ أَسْعَدَ النَّاسِ بِالدُّنْيَا لُكَعُ بْنُ لُكَعٍ

Artinya:

“Tidak akan terjadi hari Kiamat sehingga orang yang paling bahagia di dunia pada saat itu adalah Luka’ bin Luka”.

Yang dimaksudkan adalah apabila orang yang paling hina yakni budak yang dungu ataupun orang yang tercela malah justru menjadi manusia yang paling senang (bahagia) di dunia, maka berarti Hari Kiamat sudah dekat. Luka’ bin Luka’ adalah nama seorang budak yang paling rendah, dungu, tercela ketika itu.

Jadi, apabila seorang budak sudah menjadi orang yang paling bahagia di dunia. Apakah itu sekarang sudah terjadi atau belum, ataupun masih jarang terjadi. Tetapi apa yang digambarkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم satu demi satu sudah mulai terjadi.

Orang yang sabar, dirundung fitnah

Lalu dalam Hadits Riwayat Imaam At Turmudzy no: 2260, yang dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat Anas bin Maalik رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda,

يأتي على الناس زمان الصابر فيهم على دينه كالقابض على الجمر

Artinya:

Akan datang pada manusia suatu zaman, (dimana) orang yang sabar diantara mereka dalam berpegang diatas dien-nya, bagaikan orang yang menggenggam bara api.”

Maksudnya, orang yang berpegang teguh pada As Sunnah itu justru disebut sebagai orang gila.

Itu disebutkan dalam Kitab Al I’tishoom, ditulis oleh Imaam Asy Sya’tiby رحمه الله yang hidup pada abad ke-7 Hijriyah.

Bagaimana pula dengan orang-orang yang ingin menegakkan Sunnah pada abad ke-15 Hijriyah seperti sekarang ini? Berbagai ujian dirasakan oleh kaum Muslimin di zaman ini, dimana ada orang berjenggot karena menjalankan Sunnah Rosuul justru dikatakan “Seperti kambing”, atau orang yang celananya agak tinggi (tidak isbal yakni tidak menutupi matakaki-nya) maka dikatakan “Kebanjiran”, dsbnya. Sedangkan wanita yang memakai cadar dikatakan “Seperti Ninja”, lalu orang yang taat kepada Sunnah Rosuul malah dikatakan “Kembali ke zaman onta”. Ini sebetulnya sudah sama dengan apa yang dirasakan oleh Imam Asy Syatiby رحمه الله.

Bahkan orang yang memegang teguh Sunnah Rosuul, sekarang dikatakan sebagai Ahlul Bid’ah, Al Mujassimah, bahkan dituduh sebagai pengikut paham tertentu. Misalnya ada orang kembali kepada Sunnah Rosuul, dikatakan sebagai pengikut paham Wahabi. Kalau seseorang itu ta’ashubkepada pendapat orang, maka boleh dikatakan ia sebagai pengikut paham tertentu. Tetapi bila seseorang itu mengemukakan dalil Al Qur’an dan Hadits, maka ia hanya semata-mata mengikuti Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Maka hendaknyalah obyektif dalam menilai.

Itulah yang digambarkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم yang sudah mulai terjadi, walaupun belum sedahsyat seperti yang digambarkan.

Berbangga-bangga dengan bangunan Masjid

Lalu dalam Hadits berikut ini, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda  :

من أشراط الساعة أن يتباهى الناس في المساجد

Artinya:

Salah satu tanda hari Kiamat adalah manusia berbangga-bangga dengan bangunan masjid.” (Hadits shohiih riwayat Imaam An Nasaa’i رحمه الله no: 689 dari Anas bin Maalik رضي الله عنه)

Maksudnya, kalau masjidnya bagus maka orang menjadi bangga. Kalau orang bisa membangun masjid dengan bentuk yang bagus, indah, megah dan unik, bahkan sampai ada yang membuatnya dari bahan emas, maka ia pun akan merasa bangga. Jadi kalau orang sudah bangga dengan fisik masjidnya, maka itu lah tanda dekatnya dengan Hari Kiamat. Padahal orang di zaman dahulu bangganya adalah dengan memakmurkan aktivitas di dalam masjid, bukan bangga dengan fisiknya masjid. Memakmurkan masjid itu misalnya dengan halaqotul ‘ilmi, nashihah, sholat berjamaa’ah, dll.

Sebagaimana terdapat dalam Hadits Palsu Riwayat Imaam Al Hakim no: 7883, Syaikh Nashiruddin Al Albaany dalam Silsilah Hadits Dho’iif dan Maudhuu’ no: 447 bahwa Hadits ini adalah Palsu, dari Shohabat Anas bin Maalik, berkata bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

يكون في آخر الزمان عباد جهال و قراء فسقة

Artinya:

Akan terjadi menjelang Hari Kiamat, ‘Ubbad (Ahli ‘Ibadah) yang Juhaal (Jaahil atau bodoh)wa Quro’ (pembaca Al Qur’an)”.

Hadits ini adalah Palsu sebagaimana telah terdahulu penjelasannya. Walau demikian, realitasnya di masyarakat terjadi. Maksudya ia rajin ber-ibadah tetapi ia bodoh (dalam perkara dien), “wa Quro’” artinya ia biasa membaca Al Qur’an atau Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, tetapi ia melaksanakan wirid-wirid yang tidak diajarkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, karena ia jaahil(bodoh) didalam perkara dien, ia menganggap bahwa amalan-amalan yang ia kerjakan itu adalah bagian dari ajaran Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, padahal bukan.

Perhatikanlah, bukankah di saat menjelang bulan Robbi’ul Awwal banyak orang melaksanakan peringatan Maulid Nabi? Mereka menganggap bahwa perayaan Maulid (Mauludan) adalah bagian dari dien, sehingga mereka menganggapnya sebagai ibadah. Padahal perayaan Maulid itu tidak ada landasan atau dalil tentangnya. Bahkan perayaan Maulid tersebut menyerupai orang Nasrani yang merayakan Natal, sehingga dengan demikian merupakan suatu kejaahilan dimana kaum Muslimin malah menyerupai orang kaafir.

Ubbaad yang Juhaal, artinya Ahli Ibadah, tetapi bodoh

Quroo’ artinya pembaca Al Qur’an, tetapi ia bodoh dan Fasaaqoh, maksudnya adalah Faasiq, atau orang yang berma’shiyat kepada Allooh سبحانه وتعالى. Maksudnya, pembaca Al Qur’an atau Hadits-nya bukan lah orang-orang yang shoolih melainkan orang-orang yang faasiq, karena ibadahnya didasarkan atas hawa-nafsu, bukan berdasarkan ‘ilmu dien.

Bulan terlihat lebih besar

Dalam Hadits berikut ini, dijelaskan bahwa bulan (pada awal bulan) pada suatu saat nanti akan terbit, dianggapnya bulan itu sudah tanggal dua, padahal baru saja terbit. Maksudnya, ketika tanggal satu awal bulan, tetapi dikatakan tanggal dua, karena bulan sudah kelihatan besar. Itupun merupakan tanda dari dekatnya Hari Kiamat.

عَنْ أَنَس رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ :«إِنَّ مِنْ اقْتِرَاب السَّاعَة أَنْ يُرَى الْهِلاَل لِلَيْلَة فَيُقَالُ : لِلَيلَتَينِ ، وَأَنْ يَظْهَر مَوتُ الْفَجْأة ، وَأَنْ تُتَّخَذ الْمَسَاجِد طُرُقاً

Artinya:

Dari Anas رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Sesungguhnya bagian daritanda dekatnya Hari Kiamat adalah bahwa Bulan terlihat dalam satu malam seperti untuk dua malam (– maksudnya: Lebih besar dari biasanya, pen–), dan banyak terjadi mati mendadak, dan masjid dijadikan tempat lewat.”

(Hadits Riwayat Imaam Adhdhiyaa’ Al Maqdisy dalam Al Ahadiits Al Mukhtaaroh no: 2325, dan menurut Syaikh Abdul Maalik bin Dhuhaisy, sanadnya Hasan, demikian juga di-Hasankan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany dalam Shohiih Jaami’ush Shoghiir no: 10841 danSilsilah Hadiits Shohiih no: 2292)

Irak, Syam dan Mesir menolak mata uangnya

Dalam Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 7459 dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَنَعَتِ الْعِرَاقُ دِرْهَمَهَا وَقَفِيزَهَا وَمَنَعَتِ الشَّأْمُ مُدْيَهَا وَدِينَارَهَا وَمَنَعَتْ مِصْرُ إِرْدَبَّهَا وَدِينَارَهَا وَعُدْتُمْ مِنْ حَيْثُ بَدَأْتُمْ وَعُدْتُمْ مِنْ حَيْثُ بَدَأْتُمْ وَعُدْتُمْ مِنْ حَيْثُ بَدَأْتُمْ

Artinya:

Irak menolak mata uang (dirham) dan takarannya (– takarannya kurang lebih seberat 40 Kg – pen.). Syam (– sekarang Palestina, Syria, Lebanon, Yordania — pen.) akan menolak takaran (– takarannya kurang lebih seberat 75 Kg — pen.) dan dinarnya. Mesir akan menolak takaran (– takarannya kurang lebih seberat 80 Kg – pen.) dan mata uang dinarnya. Kemudian kalian akan kembali lagi dari awal. Kemudian kalian akan kembali lagi dari awal. Kemudian kalian akan kembali lagi dari awal.

Maksud dari Hadits ini adalah bahwa orang-orang kaafir pada akhir zaman akan menguasai kawasan Irak, Syam dan Mesir (dimana sekarang sudah terjadi), sehingga mereka enggan untuk membayar jizyah dan upeti mereka. Kemudian kaum Muslimin akan mengalami keadaan dimana Islam kembali kepada keterasingan (dianggap aneh), sebagaimana dikemukakan oleh Al Imaam An Nawawy رحمه الله dalam mensyarah Hadits ini.

Manusia tidak peduli apakah hartanya berasal dari halal atau harom

Dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 2083 dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ

Artinya:

Sungguh benar-benar akan datang pada manusia suatu zaman, dimana seseorang tidak lagi memperdulikan asal pengambilan hartanya, dari halal kah atau dari harom kah.”

Manusia ambisius terhadap dunia, dan menjauh terhadap Allooh

Dalam Hadits Riwayat Imaam Al Hakim no: 7917, beliau berkata sanad Hadits ini Shohiih akan tetapi Imaam Al Bukhoory dan Imaam Muslim tidak meriwayatkannya, dan Hadits ini dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany dalam Silsilah Hadits Shohiih no: 1510. Dari Shohabat ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم telah bersabda:

اقتربت الساعة و لا يزداد الناس على الدنيا إلا حرصا و لا يزدادون من الله إلا بعدا

Artinya:

Hari Kiamat semakin dekat dan manusia tidak bertambah terhadap dunia kecuali kegigihan (ambisius), dan tidak bertambah terhadap Allooh kecuali menjauh.”

Itu adalah tanda-tanda diantara banyak sekali tanda yang sudah diberitakan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم kepada kita semua, dan mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang melanggar apa yang dikatakan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tersebut.

Masih banyak lagi yang belum disampaikan, insya Allooh dalam kajian berikutnya mudah-mudahan kita masuk kepada pembahasan yang menurut para ‘Ulama adalah Tanda-tanda Kiamat Besar dan setelah yang besar ada lagi yang lebih besar, namanya Sepuluh Tanda. Dan bila Sepuluh Tanda itu terjadi maka Hari Kiamat di ambang pintu.

Yang tersebut diatas adalah tanda-tanda Kiamat yang mudah-mudahan menjadi kewaspadaan kita dalam meng-efektifkan sisa hidup kita. Dan kita bermohon kepada Allooh سبحانه وتعالى, mudah-mudahan Allooh سبحانه وتعالى selalu melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya sehingga kita tidak pernah meleset sesaat pun dari Firman Allooh سبحانه وتعالى dan sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.Karena kita sangat butuh akan hidayah Allooh سبحانه وتعالى, sangat miskin dengan kasih sayang Allooh سبحانه وتعالى dan berharap mudah-mudahan sebagaimana berkumpulnya kita di masjid ini, Allooh سبحانه وتعالى kumpulkan kelak di dalam surga-Nya.

TANYA JAWAB

Pertanyaan:

Bagaimanakah solusinya bagi seseorang yang putus silaturohimnya dengan saudara-saudaranya, hanya karena ia menjalankan Sunnah (kembali kepada Sunnah) Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Karena ia menjalankan syari’at yang benar sesuai Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم lalu ia dipisahkan (dibenci) oleh sudara-saudaranya yang tidak menjalankan Sunnah?

Jawaban:

Pertama, bila seseorang hendak berdakwah, ingin menasihati, meluruskan orang lain maka ia harus ber-‘ilmu. Yaitu ‘ilmu tentang apa yang akan disampaikan, ‘ilmu tentang apa yang akan dinasihatkan, termasuk diantaranya adalah cara yang baik dan efektif menyampaikan kepada orang. Bila hanya menguasai ‘ilmunya tetapi tidak tahu cara dan metodenya, bisa “salah resep”. Mungkin orang lain itu sebetulnya bisa menerima, tetapi karena cara menyampaikan kurang tepat, maka orang bahkan akan menjadi antipati.

Kedua, hendaknya disadari oleh kita semua bahwa Hidayah itu ada di tangan Allooh سبحانه وتعالى. Orang hanya bisa memberi jalan saja, firman Allooh سبحانه وتعالى begini, sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم begini. Perkara orang yang diberitahu itu tidak mau menerima, hendaknya jangan gusar atau bersedih. Jangankan kita, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم saja hanyalah penyampai. Beliau hanya ditugasi menyampaikan. Tidak untuk memvonis atau meng-eksekusi.

Ketiga, kalau anda menjalankan Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم berusaha diatas Al Qur’an dan Sunnah, benar dalilnya dan benar pemahamannya, lalu orang tidak suka kepada anda, bahkan lalu putus silaturahim dengan anda, maka yang salah bukan pada anda.  Maka hendaknya anda yang berusaha menyambung silaturohim yang putus itu. Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Sambunglah olehmu silaturohim yang putus”.   

Jangan anda lalu menjauh dengan saudara-saudara anda. Apalagi mereka masih kerabat atau orang tua anda sendiri, hendaknya dekati dan jangan sampai putus silaturohim.

Ingat, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم ketika menghadapi pamannya (Abi Tholib) yang tidak mau ditawari masuk surga, tetapi Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم selalu berusaha mendekati. Sabda beliau صلى الله عليه وسلم: “Wahai pamanku, aku akan bela engkau pada Hari Kiamat, asalkanl engkau mengucapkan Laa illaaha illlallooh”.  Berarti Abi Tholib ditawari surga oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, tetapi ia tidak mau. Tetapi tetap saja Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم berusaha mendekati pamannya itu sampai akhir hayatnya, dengan harapan mudah-mudahan pamannya mendapat hidayah.

Pertanyaan:

  1. Benarkah kita dilarang mendo’akan orang kaafir?
  2. Apakah yang dimaksud dengan kafir? Apakah orang yang melakukan praktek dukun bisa dikatakan kaafir?
  3. Jika seandainya ada keluarga kami yang berpraktek sebagai dukun lalu ia meninggal, apakah kami sebagai anggota keluarga wajib mendo’akannya ?

Jawaban:

1. Orang kafir dido’akan atau tidak? Kita pahami dulu apa yang dimaksud dengan do’a.

Do’a artinya “menyeru”. Kalau do’a dengan makna diseru, maka benar. Serulah orang-orang kaafir itu, ajaklah mereka masuk ke dalam Islam, supaya mereka bersama kita.

Tetapi kalau dengan do’a memohonkan ampun kepada Allooh سبحانه وتعالى untuknya, maka tidak boleh. Misalnya: Alloohumaghfirlahu, warhamhu, wa’afihi wa’fu’anhu, maka tidak boleh. Tidak boleh mendo’akan demikian karena mereka masih kaafir (tidak Islam).

Nabi Nuh عليه السلام saja dilarang oleh Allooh سبحانه وتعالى untuk mendo’akan anaknya yang bernama Kan’an. Karena anaknya tidak mau beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى.  Firman-Nya : “Innahu laisa min ahlik (Sesungguhnya ia bukan anakmu).

Bahkan secara nasab-pun dinyatakan bukan keluarga Nabi Nuh عليه السلام. Jadi tidak boleh mendo’akan kepada orang kafir.

Nabi Ibrahim عليه السلام juga dilarang oleh Allooh سبحانه وتعالى ketika beliau mendo’akan untuk orangtuanya, karena orangtua Nabi Ibrahim عليه السلام sampai meninggalnya masih tetap kaafir.

2. Orang yang praktek perdukunan, menurut Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم adalah telah kaafir. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Imaam Ibnu Maajah no: 639, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

من أتى كاهنا فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على محمد

Artinya:

Barangsiapa yang mendatangi dukun (tukang ramal), dan ia membenarkan apa yang diucapkannya, maka ia kafir dengan ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.”

Maksudnya orang yang datang ke dukun, maka ia kaafir terhadap ajaran Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم). Jadi orang yang mendatangi saja dan percaya, sudah dianggap kaafir; apalagi yang melakukan perdukunan.

Oleh karena itu, orang yang mengaku bahwa ia mengetahui Ilmu Ghoib, berarti ia kaafir. Dan menurut Syari’at Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, orang yang disebut dukun atau tukang sihir atau paranormal atau apapun namanya, harus dibunuh. Itu menurut Syari’at Islam.

Tetapi kalau menurut ajaran Hak Azasi Manusia, bahkan syaithoon-pun bukan dianggap musuh, ia harus diberi hak azasi.

3. Bila dukun atau tukang sihir mati, dan ia mati dalam keadaan syirik, maka tidak boleh dido’akan. Karena Allooh سبحانه وتعالى tidak akan mengampuni orang-orang yang mati dalam keadaan syirik, meskipun ia sholat dan membayar zakat.

Pertanyaan:

Apakah yang dimaksud Shiroothol Mustaqiim?

Jawaban:

Shiroothol Mustaqiim artinya “Jalan yang lurus”.

Menurut Ahlussunnah wal Jamaa’ah, jalan yang dimaksud adalah disebut Jisrun (Jembatan), kelak di Akhirat semua umat Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم akan melewati jalan tersebut, sesuai dengan amalannya. Ada yang jalannya cepat seperti kilat, ada yang jalannya merangkak, dstnya, sesuai dengan amalannya di dunia.

Pertanyaan:

Mohon penjelasan tentang Ruqyah. Bagaimana dengan air di-mantra (di-ruqyah). Bagaimana dengan orang yang bisa memindahkan penyakit dari manusia lalu dipindahkan ke hewan (kambing, dsbnya)?

Jawaban:

Ruqyah artinya jampi, mantra, bacaan-bacaan.

Kalau bacaan-bacaan itu bukan dari Al Qur’an atau Hadits, sesuai petunjuk Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, yang riwayatnya shoohih, maka itu bukan Ruqyah, melainkan namanya Sya’wadzun atau Sya’wadzatun atau mantra.

Kalau ada air yang diberi mantra, atau diberi kertas bertuliskan huruf Arab atau lainnya,  kemudian diminum, maka itu bukan Ruqyah. Tidak ada ajarannya di dalam Syari’at Islam.

Kalau ada orang mengatakan bisa memindahkan penyakit manusia kepada hewan, itupun bukanRuqyah, bahkan itu perbuatan aniaya terhadap hewan yang sehat. Itu termasuk praktek perdukunan, maka tidak boleh. Hendaknya kaum Muslimin berhati-hati, sekalipun yang mengerjakannya berkedok (mengaku dirinya) sebagai Ustadz atau Kyai sekalipun, maka hindarilah. Tidak mustahil dalam melaksanakannya, si dukun bekerjasama dengan Jin.

Ruqyah tidak mengajarkan demikian. Ruqyah itu sangat murah, bahkan gratis, tanpa modal.   Anda bisa memproteksi diri anda sendiri. Seperti diajarkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, setiap selesai sholat Shubuh, dalam dzikir diantaranya disunnahkan untuk membaca Surat Al IkhlashSurat Al Falaq dan Surat An Naas masing-masing 3 kali. Demikian pula selesai sholat Maghrib. Itu pun Ruqyah.  Ada pun tajam dan tumpulnya Ruqyah itu tergantung iman dan taqwa orang yang melakukan Ruqyah.

Kalau ada orang kesurupan, bisa di-Ruqyah, boleh dibacakan Surat Al Baqoroh atau ayat Kursi. Tetapi kalau orang yang kesurupan itu kemasukan jin atau syaithoon, lalu ia meminta sesuatu, maka jangan lah dituruti, usir saja. Kalau jin atau syaithoon tersebut tetap tidak mau pergi, maka bacakan Ruqyah terus berulang-ulang sampai ia keluar dari tubuh orang yang kesurupan itu. Bisa memakan waktu lama. Tergantung jin atau syaithoon yang masuk ke orang itu dan juga tergantung tingkat keshoolihan dan ketaqwaan orang yang me-Ruqyah.

Pertanyaan:

Mohon penjelasan tentang Dajjal.

Jawaban;

Hal tersebut insya Allooh akan dibahas pada pertemuan yang akan datang. Nanti bahasan akan sampai ke masalah Dajjal. Dajjal adalah makhluk Allooh سبحانه وتعالى, berbentuk fisik, jasadnya seperti manusia, bermata satu, rambutnya kribo, dsbnya, kelak akan kita bahas pada pertemuan yang akan datang. Dan Dajjal itu akan muncul.

Dajjal juga bisa berarti perilaku (kata kiasan). Misalnya: Orang yang dusta keterlaluan, memalsukan Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم juga bisa disebut Dajjal. Orang yang mengaku Nabi (Nabi Palsu) juga disebut Dajjal.

Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

artikel : http://ustadzrofii.wordpress.com

Tinggalkan komentar