JANGAN TERBURU-BURU DAN JANGAN MENUNDA-NUNDA

Allâh Azza wa Jalla memerintahkan agar (kita) memastikan kebenaran sesuatu dan tidak terburu-buru pada segala hal yang dikhawatirkan dampaknya. Dan Allâh Azza wa Jalla memerintahkan (kita) untuk bergegas melakukan segala kebaikan yang dikhawatirkan akan luput

Kaedah ini banyak ditemukan dalam al-Qur’an. Diantara contoh terapan untuk penggalan kaedah yang pertama yaitu :

1. Firman Allâh Azza wa Jalla :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَبَيَّنُوا

Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allâh, maka telitilah ! [an-Nisâ’/4:94]

Maksudnya, ketika berjibaku dalam peperangan, jika ada orang yang mengucapkan salam, maka harus dicek kebenarannya, tidak terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa itu hanya tipu muslihat untuk melindungi diri, lalu orang yang mengucapkans alam itu tetap dibunuh. ini sebuah kekeliruan.

2. Firman Allâh Azza wa Jalla.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. [al-Hujurât/49:6]

Dalam ayat lain, Allâh Azza wa Jalla mencela orang-orang yang bergegas menyebarkan berita-berita besar yang justru dikhawatir akan tersebar. Allâh Azza wa Jalla berfirman.

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Seandainya mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amridi antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil Amri). [an-Nisâ’/4:83]

Allâh juga berfirman,

بَلْ كَذَّبُوا بِمَا لَمْ يُحِيطُوا بِعِلْمِهِ

“Bahkan yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan Sempurna [ Yûnus/10:39]

Termasuk dalam kaidah ini yaitu perintah agar memusyarawahkan segala sesuatu, senantiasa waspada serta tidak mengucapkan sesuatu yang tidak diketahui dengan pasti. Tentang hal ini, banyak ditemukan ayat-ayat yang menjelaskannya.

sedangkan diantara contoh terapan untuk potongan kedua dari kaidah diatas yaitu firman Allâh Azza wa Jalla , yang artinya, “Dan bergegaslah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imrân/3:133), juga firman Allâh Azza wa Jalla , yang artinya, “Maka berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan.” (al-Baqarah/2:148), dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang senada.

Apa yang Allâh Azza wa Jalla perintahkan kepada para hamba-Nya ini merupakan kesempurnaan, agar para hamba senantiasa tegar, tidak kehilangan kesempatan untuk melakukan kebaikan dan senantiasa memastikan sesuatu karena khawatir akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan atau membahayakan. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allâh bagi orang-orang yang yakin ?[al-Maidah/5:50]

(Dikutip dari kitab Al-Qawâidul Hisân, Syaikh Abdurrahmân bin Nâshir as-Sa`di, kaidah ke 43)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun XIV/1431H/2010. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

Tinggalkan komentar