SIKSA KUBUR SEBUAH AKIDAH YANG ABSOLUT

 Sesungguhnya keyakinan adanya adzab kubur merupakan salah satu di antara akidah Islam yang absolut berdasarkan dalil-dalil yang sangat banyak. Oleh karena itu wajib bagi seorang muslim untuk memahami akidah ini. Terlebih pada saat ini, ketika pemikiran-pemikiran bid’ah bermunculan dengan gencar yang dimotori oleh sebagian gerakan yang menghidupkan kembali kesesatan Khowarij dan sebagian Mu’tazilah yang mengingkari adzab kubur.Tidak perlu jauh-jauh, di hadapan penulis ada dua buku berbahasa Indonesia yang ditulis dengan tanpa malu dalam menyebarkan paham sesat dan menggoyahkan akidah umat. Dua buku yang kami maksud tersebut adalah:

  1. Absahkah Berdalil Dengan Hadits Ahad Dalam Masalah Akidah Dan Siksa Kubur?! Karya Syamsuddin Ramadlan. Pengantar DR. Abdurrahman al-Baghdadi, cet Hanifah Press, Jakarta 2001.
  2. Tak Ada Adzab Kubur? Karya Agus Mustofa, cet. Padma Press, Surabaya, Jatim.

Tulisan berikut merupakan salah satu partisipasi seorang hamba yang lemah dalam menjelaskan masalah ini serta membedah beberapa syubhat seputarnya. Kita berdo’a pada Alloh Ta’ala agar menjadikan tulisan ini ikhlas karena mengharap pahala dari-Nya dan bermanfaat bagi kita semua serta petunjuk bagi saudara kita yang tersesat jalan atau masih bingung mengenai nya.

  1. A.    DALIL-DALIL AL-QUR’AN

Ketahuilah wahai saudaraku seiman, bahwa masalah adzab kubur telah dijelaskan oleh Alloh Ta’ala dalam banyak ayat di kitab-Nya.[2] Berkata imam al-Qostholani: “Sebagian kelompok beranggapan bahwa adzab kubur tidak disebutkan dalam al-Qur’an tetapi hanya disebutkan dalam hadits-hadits Ahad. Oleh karenanya pengarang (Imam Bukhori) menyebutkan beberapa ayat yang menunjukkan siksa kubur untuk membantah mereka.”[3]

Cukuplah firman Alloh q\:

النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ ﴿٤٦

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.” (QS. Ghofir [40]: 46)

            Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata: “Ayat ini merupakan landasan pokok bagi Ahli sunnah untuk menetapkan adanya siksa kubur.”[4]

Imam as-Suyuthi berkata dalam kitab al-Aja’ib oleh al-Kirmani dikatakan bahwa “ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas tentang adanya siksa kubur.”[5]

Dan masih banyak lagi lainnya seperti surat dalam Ibrohim [14]: 27, Thoha [20]: 124, Nuh [71]: 25, at-Taubah [9]: 101 al-An’am [6]: 93, as-Sajdah [32]: 101, al-Mu’minun [23]: 99, ath-Thur [52]: 47, al-Waqi’ah [56]: 83-94, an-Nahl [16]: 32 dan sebagainya. Tentu semuanya dengan bantuan kitab-kitab tafsir dan hadits para ulama Salaf terkemuka. Sungguh benar imam Ibnul Qoyyim tatkala berkata: “Apabila anda menghayati hadits-hadits seputar siksa dan nikmat kubur, niscaya anda akan mendapatinya telah menjelaskan dan memperinci makna ayat al-Qur’an”.[6]

 

  1. B.     DALIL-DALIL HADITS NABI

Ketahuilah wahai saudaraku -semoga Alloh Ta’ala merohmatimu-, bahwa hadits-hadits tentang adanya adzab kubur banyak sekali. Bahkan mencapai derajat mutawatir, diriwayatkan oleh para imam sunnah dan ahli hadits dari sejumlah sahabat di antaranya Anas bin Malik, Abdulloh bin Abbas, Bara’ bin Azib, Umar bin Khoththob, Ummul Mukminin ‘Aisyah, Asma’ binti Abu Bakar, Abu Ayyub al-Anshori, Ummu Kholid, Abu Huroiroh, Abu Said al-Khudri, Samuroh bin Jundub, Utsman, Ali, Zaid bin Tsabit, Jabir bin Abdulloh, Sa’ad bin Abi Waqosh, Zaid bin Arqom, Abu Bakroh, Abdurrohman bin Samuroh, Abdulloh bin Amr bin Ash, Amr bin Ash, Ummu Mubasysyir, Abu Qotadah, Abdulloh bin Mas’ud, Abu Tholhah, Abdur Rohman bin Hasanah, Tamim ad-Daariy, Hudzaifah, Abu Musa, Nu’man bin Basyir, dan Auf bin Malik.[7]

Para ulama ahli hadits telah menegaskan bahwa hadits-hadits tentang adzab kubur mencapai derajat mutawatir. Di antaranya adalah Imam Ibnu Abi Ashim,[8] Imam Ibnu Abdil Barr, [9] Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah,[10] al-Hafidz Ibnu Rojab,[11] dan lain-lain banyak sekali.

Kita pilih satu hadits saja di antaranya yaitu hadits;

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ a\ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَ مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ وَ مِنْ فِتْنَةِ اْلمَحْيَا وَ اْلمَمَاتِ وَ مِنْ شَرِّ فِتْنَةِ اْلمَسِيْحِ اْلدَّجَّالِ

Dari Abu Huroiroh ,berkata Rosululloh, “Jika salah satu dari kalian duduk tasyahud (akhir) maka hendaknya berlindung kepada Alloh dari empat perkara. Hendaknya berdo’a, “Ya Alloh sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari siksa neraka Jahanam, siksa kubur, fitnah hidup dan mati serta jeleknya fitnah Dajjal.” [12]

Imam Nawawi berkata: “Dalam hadits ini terdapat penetapan adanya adzab kubur dan fitnah kubur. Hal ini merupakan madzhab ahli haq, berbeda halnya dengan pendapat Mu’tazilah.[13]

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Dalam hadits ini terdapat bantahan terhadap orang-orang yang mengingkari adzab kubur.”[14]

 

  1. C.    DALIL IJMA’

Para ulama Salaf telah bersepakat menetapkan adanya adzab kubur. Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Adzab kubur itu haq, tidaklah diingkari kecuali oleh orang yang sesat dan menyesatkan.”[15] Imam Abul Hasan al-Asy’ari berkata: “Mereka (Ahlus Sunnah) telah bersepakat bahwa adzab kubur itu haq.” [16] Imam Ibnu Abdil Barr berkata: “Tidak ada perselisihan antara Ahlu Sunnah tentang Iman adanya adzab kubur.”[17] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Ini merupakan akidah seluruh kaum Salaf, Ahli Sunnah Wal Jama’ah. Pengingkarnya hanyalah segelintir dari kalangan ahli bid’ah.

Demikianlah dalil-dalil al-Qur’an, hadits mutawatir dan ijma’ kaum muslimin yang sangat otentik tentang adanya siksa kubur. Maka akankah seorang yang mengaku beriman kemudian masih meragukan hal ini?!

Setelah membawakan beberapa hadits dan atsar tentang siksa kubur, Imam al-Ajurri berkata: “Alangkah jeleknya keadaan orang-orang yang mengingkari hadits-hadits ini. Sungguh mereka telah tersesat dengan kesesatan yang sangat jauh.”[18]

 

SYUBHAT DAN JAWABANNYA

Ketahuilah wahai saudaraku-semoga Alloh Ta’ala merohmatimu- bahwa memahami akidah yang mulia ini adalah kewajiban bagi setiap muslim. Apalagi dengan adanya gerakan yang menghidupkan kembali kesesatan Khowarij dan sebagian Mu’tazilah yang mengingkari adanya adzab kubur. Syubhat yang mereka lontarkan yaitu:

Pertama: Adzab kubur adalah Irasional

Kedua: Adzab kubur hanyalah masalah khilafiyah.

Ketiga: Dalil-dalil tentang adzab kubur saling bertentangan.

 

Kita memohon pertolongan kepada Alloh Ta’ala untuk memberikan sanggahan terhadap syubhat-syubhat tersebut.

Syubhat pertama:

Adzab kubur itu Irasional, tidak masuk akal, buktinya kalau kita bongkar kuburannya, tidak kita jumpai perubahan keadaan, pertanyaan malaikat, nikmat dan siksa kubur.

Jawaban:

Syubhat ini berasal dari kaum ateis dan zindiq yang telah dibantah secara panjang lebar oleh imam Ibnu Qoyyim dalam kitabnya ar-Ruuh hlm.112-131 dari sepuluh segi. Cukuplah bagi kita untuk menjawab dengan tiga segi berikut:

  1. Sesungguhnya adzab kubur telah tetap berdasarkan dalil yang qoth’i (pasti), yaitu al-Qur’an, hadits mutawatir dan ijma’ ulama Salaf.

Maka pantaskah kita mengingkarinya hanya karena akal kita belum menjangkaunya?! Apakah akal dapat menjangkau segala sesuatu? Bukankah Alloh Ta’ala telah berfirman:

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥

“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan kecuali sedikit.” (QS. al-Isro’ [17]: 85)

 

  1. Adzab kubur termasuk perkara ghoib, sedangkan kewajiban kita adalah beriman terhadap perkara ghoib.

Alloh Ta’ala berfirman ketika menyifati para hamba-Nya yang bertakwa:

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ﴿٣

“Yaitu orang-orang yang beriman dengan perkara ghoib.” (QS. al-Baqoroh [2]: 3)

Makna al-ghoib adalah setiap perkara yang diinformasikan oleh Rosululloh di luar kapasitas akal manusia, seperti tanda-tanda dekatnya hari kiamat, siksa kubur, kebangkitan dari kubur, perkumpulan manusia di alam mahsyar, jembatan, timbangan, surga dan neraka. Semoga Alloh q\ menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang beriman.[19]

  1. Sesungguhnya adzab dan nikmat kubur hanya dapat dirasakan oleh mayit dan tidak dirasakan oleh orang selainnya. Hal ini tidak aneh. Tidakkah engkau perhatikan seorang yang bermimpi, apabila dia bermimpi indah, maka dia akan merasakan kegembiraan tersendiri yang tidak dirasakan selainnya sekalipun ada orang yang berada di dekatnya!!. Demikian pula sebaliknya. Apabila ini bisa terjadi di dunia, maka apa yang memustahilkan untuk terjadi di alam barzakh?!.

 

Syubhat kedua:

Adzab kubur hanyalah masalah khilafiyah

Jawaban:

Benar, ini adalah masalah khilafiyah (perselisihan) tetapi antara siapa? Apakah antara para sahabat Nabi , tabi’in, tabi’ut tabi’in dan para ulama salaf!? Demi Alloh, engkau tidak akan jumpai sekalipun kalian bersatu padu mencarinya. Karena perselisihan ini tidak dikenal kecuali setelah generasi utama yang diprovokasi oleh kelompok Khowarij dan Mu’tazilah.

Imam Abul Hasan al-Asy’ari berkata: “Mereka berselisih tentang adzab kubur. Di antara mereka ada yang meniadakannya yaitu Mu’tazilah dan Khowarij, sebagian lagi menetapkannya yaitu mayoritas ahli Islam.”[20]

Beliau juga berkata: “Kaum Mu’tazilah mengingkari adzab kubur, padahal telah diriwayatkan dari Nabi dari jalan yang banyak, demikian pula dari sahabatnya. Tidak pernah dinukil dari seorangpun dari mereka, bahwa mereka ada yang mengingkarinya, meniadakan dan menolaknya. Dengan demikian, maka hal itu harus menjadi ijma’ (konsensus) para sahabat nabi.”[21]

Adapun ulama salaf, maka mereka telah bersepakat menetapkan adanya adzab kubur, sebagaimana penjelasan di atas.

Dengan demikian kita dapat memahami bahwa paham ingkar adzab kubur bukanlah paham para sahabat, tabi’in dan para ulama Salaf, namun merupakan paham Khowarij dan Mu’tazilah.[22]

Jelaslah kiranya bagi kita semua sekarang bahwa masalah ini bukanlah masalah khilafiyah yang bisa ditoleransi seperti dalam masalah hukum fiqih, tetapi ini adalah permasalahan akidah dan ijma’ salaf. Kalaulah disebut masalah khilafiyah, maka ini adalah khilaf (perselisihan) antara ahli haq dan ahli batil, ahli sunnah dan ahli bid’ah.[23]

وَ لَيْسَ كُلُّ خِلاَفٍ جَاءَ مُعْتَبَرًا

                              إِلاَّ خِلاَفًا لَهُ حَظٌّ مِنَ اْلنَّظَرِ

Tidak seluruh perselisihan itu dianggap

Kecuali perselisihan yang memang memiliki dalil yang kuat.[24]

 

SYUBHAT KETIGA:

Dalil-dalil tentang adzab kubur saling bertentangan.

Jawaban:

  1. Kita harus yakin bahwa selamanya tidak mungkin terjadi kontradiksi antara al-Qur’an dengan al-Qur’an atau al-Qur’an dengan hadits yang shohih. Karena semuanya adalah haq dari Alloh Ta’ala, sedangkan al-haq tidak mungkin kontradiktif. Alloh Ta’ala berfirman:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللَّـهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا ﴿٨٢

 “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Alloh, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. an-Nisa [4] : 82)

 

  1. Kita juga harus yakin bahwa para sahabat Rosululloh adalah generasi yang paling unggul dalam memahami al-Qur’an.[25] Maka tanyakanlah kepada mereka: “Apakah ada sahabat nabi -walaupun hanya seorang- yang menafsirkan ayat-ayat di atas seperti penafsiran kalian yakni meniadakan siksa kubur?! Apakah para sahabat nabi jahil dengan tafsir ayat tersebut, sedang kalian mendapat petunjuk?! Lantas, kenapa tidak ada seorang pun dari mereka yang meniadakan siksa kubur?! Kaliankah yang benar atau mereka?!

Semoga Alloh merohmati Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tatkala mengatakan: “Apabila para sahabat, tabi’in dan para imam memiliki penafsiran ayat, kemudian datang suatu kaum yang menafsirkan ayat tersebut dengan penafsiran baru untuk menguatkan pemikiran yang dianutnya, dan pemikiran tersebut bukanlah termasuk madzhab sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka sesungguhnya mereka telah menyerupai kaum Mu’tazilah dan selainnya dari kalangan ahli bid’ah dalam masalah seperti ini. Singkat kata, siapa saja yang menyimpang dari madzhab dan penafsiran para sahabat dan tabi’in, maka dia salah bahkan terjatuh kebid’ahan.” [26]

 

FAKTOR PENYEBAB SIKSA KUBUR

            Siksa kubur memiliki beberapa faktor penyebab, di antaranya sebagaimana yang disebut dalam hadits berikut:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِىُّ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ : إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيرٍ, أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِى بِالنَّمِيمَةِ. ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً ، فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ ، فَغَرَزَ فِى كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ ، لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ : لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا

“Dari Ibnu Abbas, beliau berkata: Nabi pernah melewati dua kuburan, kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya penghuni kubur sedang disiksa, keduanya tidak disiksa dalam masalah yang berat, salah satunya karena tidak menjaga dari air kencing, adapun yang kedua dia suka mengadu domba. Lalu beliau mengambil pelepah kurma yang masih basah dan membelahnya menjadi dua dan menancap kan pada masing-masing kubur satu buah. Mereka bertanya: “Ya Rosululloh, kenapa kamu lakukan hal ini? Beliau menjawab: Agar diringankan siksa keduanya selama belum kering.”[27]

Hadits ini menjelaskan kepada kita tentang sebagian faktor penyebab adzab kubur, yaitu meremehkan najisnya air kencing dan namimah. Al-Hafizh Ibnu Rojab berkata: “Sebagian ulama menyebutkan rahasia dibalik pengkhususan “kencing dan namimah” sebagai faktor siksa kubur, yaitu karena alam kubur adalah rumah utama menuju kampung akhirat.

Kemaksiatan yang akan diberi balasan besok pada hari kiamat ada dua macam: Hak Alloh Ta’ala dan hak hamba. Hak Alloh Ta’ala pertama kali yang diadili adalah sholat, sedang hak hamba adalah darah. Adapun barzakh adalah tempat untuk mengadili perantara dua hak tersebut. Perantara sholat adalah suci dari hadats dan najis, sedangkan perantara pertumpahan darah adalah namimah dan mencela kehormatan. Jadi dalam alam barzakh dimulai untuk membalas kedua perantara tersebut.”[28]

 

WAKTU SIKSA KUBUR

Hadits di atas juga menjelaskan tentang waktu siksa kubur, apakah seterusnya hingga hari kiamat ataukah hanya sementara?! Jawabannya diperinci: Bagi orang kafir, maka siksaannya kekal sampai hari kiamat, seperti kaum Nuh dan pengikut Fir’aun, mereka akan tetap disiksa hingga kiamat tiba. Adapun bagi orang mukmin yang bermaksiat, maka siksaan mereka tidak kekal, bisa lama atau bisa juga sebentar sesuai dengan dosa dan ampunan Alloh Ta’ala.[29]

 

MENGAPA SIKSA KUBUR TIDAK DINAMPAKKAN?

Merupakan hikmah mengapa Alloh Ta’ala tidak menampakkan siksa kubur bagi manusia adalah:

  1. Untuk menutupi aib mayit.
  2. Untuk menenangkan keluarga mayit.
  3. Sebagai kasih sayang kepada manusia.

Karena Alloh Ta’ala mengetahui bahwa manusia tidak akan kuat melihatnya. Mungkin kita akan selalu dibayangi dengan ketakutan manakala adzab itu ditampakkan.

  1. Untuk menguji keimanan seorang terhadap masalah ghoib.

Seandainya dinampakkan berarti apa faedahnya ujian, sebab manusia akan beriman kepada sesuatu yang mereka saksikan dengan mata kepala mereka. Berbeda halnya bila tidak nampak maka hanya akan diimani oleh orang yang beriman saja.[30]

 

JENIS-JENIS SIKSA KUBUR

Siksa Kubur memiliki beberapa jenis siksaan:

  1. Dipukul dengan palu besi sehingga berteriak keras.

عَنْ أََنََسٍ عَنِ النَّبِىِّ  قَالَ « الْعَبْدُ إِذَا وُضِعَ فِى قَبْرِهِ ، وَتُوُلِّىَ وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ حَتَّى إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ ، أَتَاهُ مَلَكَانِ فَأَقْعَدَاهُ فَيَقُولاَنِ لَهُ : مَا كُنْتَ تَقُولُ فِى هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ ؟ فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ. فَيُقَالُ : انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ ، أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ الْجَنَّةِ. قَالَ النَّبِىُّ : فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا. وَأَمَّا الْكَافِرُ أَوِ الْمُنَافِقُ فَيَقُولُ : لاَ أَدْرِى، كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ. فَيُقَالُ : لاَ دَرَيْتَ وَلاَ تَلَيْتَ. ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ ، فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ.

“Dari Anas dari Nabi, beliau bersabda: “Seorang hamba apabila dipendam di kuburnya, dan orang-orang yang mengantarnya telah berpaling meninggalkannya, maka dia mendengar suara sandal mereka. Lalu datanglah dua malaikat kemudian menyuruhnya duduk seraya bertanya padanya: Apa yang kamu katakan tentang Muhammad? Dia menjawab: Saya bersaksi bahwa dia adalah hamba Alloh dan Rosul-Nya, maka dikatakan padanya: Lihatlah calon tempat mu di neraka telah diganti oleh Alloh tempat di surga. Nabi bersabda: Maka dia melihat keduanya. Adapun orang kafir atau munafiq maka dia menjawab: Saya tidak tahu, aku mengatakan apa yang diucapkan manusia. Lalu dikatakan padanya: “Kamu tidak tahu, kemudian dia dipukul dengan palu dari besi satu pukulan di antara dua telinganya, sehingga dia berteriak dengan teriakan yang bisa didengar oleh sekitarnya kecuali jin dan manusia.”[31]

 

  1. Dihimpitkan kuburnya

عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ : قَالَ رسول الله :… « وَإِنَّ الْكَافِرَ ». فَذَكَرَ مَوْتَهُ قَالَ : « وَتُعَادُ رُوحُهُ فِى جَسَدِهِ وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولاَنِ : مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ : هَاهْ هَاهْ هَاهْ لاَ أَدْرِى. فَيَقُولاَنِ لَهُ : مَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ : هَاهْ هَاهْ لاَ أَدْرِى. فَيَقُولاَنِ : مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِى بُعِثَ فِيكُمْ؟ فَيَقُولُ : هَاهْ هَاهْ لاَ أَدْرِى. فَيُنَادِى مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ : أَنْ كَذَبَ فَأَفْرِشُوهُ مِنَ النَّارِ وَأَلْبِسُوهُ مِنَ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ ». قَالَ : « فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا ». قَالَ : « وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلاَعُهُ ». زَادَ فِى حَدِيثِ جَرِيرٍ قَالَ : « ثُمَّ يُقَيَّضُ لَهُ أَعْمَى أَبْكَمُ مَعَهُ مِرْزَبَّةٌ مِنْ حَدِيدٍ لَوْ ضُرِبَ بِهَا جَبَلٌ لَصَارَ تُرَابًا ». قَالَ : « فَيَضْرِبُهُ بِهَا ضَرْبَةً يَسْمَعُهَا مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ فَيَصِيرُ تُرَابًا

“Dari Baro’ bin Azib berkata: Rosululloh  bersabda: “…Adapun orang kafir, maka dia dikembalikan ruhnya dan didatangi dua malaikat dan menyuruhnya duduk seraya mengatakan: Siapa Robbmu? Dia menjawab: Ha, ha, ha, saya tidak tahu. Malaikat bertanya: Apa agamamu? Dia menjawab: Ha, ha saya tidak tahu. Malaikat bertanya lagi: Siapakah lelaki yang diutus kepadamu? Dia menjawab: Ha, ha saya tidak tahu. Maka ada seruan dari langit: Hamba ini berdusta, maka bentangkan tempat untuknya dari neraka dan pakaikan untuknya ……………dari neraka dan bukakan untuknya pintu ke neraka. Akhirnya datanglah kepadanya udara panas lagi beracun dan dihimpit kan baginya kuburannya hingga bengkok semua tulangnya. Dalam hadits Jarir ada tambahan: “Kemudian diutus kepadanya seorang yang buta dan tuli dengan membawa alat pukul dari besi yang seandainya dipukul kan ke gunung maka dia menjadi tanah. Setelah itu dia dipukul sehingga dia berteriak dengan teriakan yang didengar oleh Jin dan manusia sehingga dia menjadi tanah.”[32]

 

  1. Digigit ular berbisa

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ a\ ، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ  قَالَ : « إِنَّ المُؤْمِنَ فِيْ قَبْرِهِ لَفِيْ رَوْضَةٍ خَضْرَاءَ ، وَيُرْحَبُ لَهُ قَبْرُهُ سَبْعُوْنَ ذِرَاعًا ، وَيُنَوَّرُ لَهُ كَالقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ, أَتَدْرُوْنَ فِيْمَا أُنْزِلَتْ هَذِهِ الآيَةُ : قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ ﴿١٢٣﴾ وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ ﴿١٢٤﴾ أَتَدْرُوْنَ مَا المَعِيْشَةُ الضَّنْكَةُ ؟ » قَالُوْا : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : « عَذَابُ الكَافِرِ فِيْ قَبْرِهِ ، وَالذِّيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ ، إِنَّهُ يُسَلَّطُ عَلَيْهِ تِسْعَةٌ وَتِسْعُوْنَ تِنِّيْنٍا ، أَتَدْرُوْنَ مَا التِّنِّيْنُ ؟ سَبْعُوْنَ حَيَّةٍ ، لِكُلِّ حَيَّةٍ سَبْعُ رُءُوْسٍ يَلْسَعُوْنَهُ ، وَيَخْدِشُوْنَهُ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ))

“Dari Abu Huroiroh dari Rosululloh, beliau bersabda: Sesungguhnya seorang mukmin di kuburnya dalam taman yang hijau dan di luaskan kuburnya tujuh puluh hasta, dan diberi penerang seperti malam bulan purnama. Tahukah kalian tentang apakah ayat ini turun? “Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thoha [20]: 123-124) Mereka menjawab: “Alloh dan Rosul-Nya lebih tahu.” Beliau n\ bersabda: “Adzab orang kafir di kuburnya. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, dia akan serang oleh sembilan puluh sembilan tinnin, tahukah kalian apa itu tinnin? Tujuh puluh ular, setiap ular memiliki tujuh kepala yang menghisapnya hingga hari kiamat.”[33]

 

Penulis: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi

Artikel: http://abiubaidah.com/

 


Footnote:

[1] Diringkas dari buku kami dengan judul Adakah Siksa Kubur? Cet. Pustaka Darul Ilmi,Bogor. Bagi yang ingin memperluas pembahasan, silahkan lihat kitab aslinya.

[2] Demikian dikatakan Imam Suyuthi v\ dalam Syarh ash-Shudur hlm. 222

[3] Irsyad Saari 3/468, lihat pula Fathul Bari 3/233

[4] Tafsirul Qur’anil Azhim 4/81

[5] Al-Iklil fi Istinbathi Tanzil 3/1159

[6] Ar-Ruuh hlm.134

[7] Ma’arij al-Qobul 2/881, Hafidz al-Hakami, cet. Dar Ibnu Jauzi

[8] As-Sunnah 1/608, tahqiq Dr. Basim al-Jawabirah

[9] At-Tamhid 9/230

[10] Majmu Fatawa 4/257

[11] Ahwaal Qubur hlm. 81

[12] HR. Bukhori 1377 Muslim 588 dan ini lafadznya

[13] Syarh Shohih Muslim 4/237

[14] Fathul Bari 2/318

[15] Thobaqot al-Hanabilah 1/62

[16] Ar-Risalah Ila Ahli Saghor hlm.159

[17] At-Tamhid 9/230

[18] Asy-Syari’ah, 364.!

[19] Fathul Qodir 1/36 oleh Imam asy-Syaukani.

[20] Maqolat Islamiyyin 2/116.

[21] Al-Ibanah ‘an Ushul Diyanah hlm.125.

[22] Dr. Nashir bin Abdul Karim al-‘Aql berkata: “Perlu saya tegaskan di sini bahwa pemikiran Jahmiyyah dan Mu’tazilah masih berkeliaran hingga saat ini. Baik melalui sumber firqoh seperti Rofidhoh dan Khowarij, atau melalui gerakan dakwah seperti Hizbut Tahrir dan gerakan modern dari kalangan rasionalis, atau melalui pribadi seperti mayoritas pemikir, aktivis, dan cendekiawan kontemporer.” (al-Jahmiyyah Wal Mu’tazilah hlm.9)

[23] Oleh karena itu, Imam Abdul Wahid asy-Syirazi menjadikan masalah ini termasuk batas pemisah antara Ahli Sunnah dengan Ahli bid’ah. Artinya, seorang yang percaya akan adanya siksa kubur maka dia adalah Ahli Sunnah dan seorang yang mengingkarinya adalah Mu’tazilah. (Juz’ Fiihi Imtihani Sunni Minal Bid’i hlm. 275)

[24] Ucapan Abul Hasan al-Hashshar dalam qoshidahnya tentang surat Makkiyyah dan Madaniyyah dalam kitabnya an-Nasikh wal Mansukh. Lihat al-Itqon fi Ulum Qur’an 1/24 oleh al-Hafizh as-Suyuthi.

[25] Dinukil dari ucapan Dr. Abdurrohman al-Baghdadi dalam pengantar buku Absahkah…, XVII, Syamsudin Ramadhan.

[26] Majmu’ Fatawa 13/361, Muqoddimah Tafsir hal.124-125 -Syarh Ibnu ‘Utsaimin-.

[27] HR. Bukhori 216 dan Muslim 292.

[28] Ahwal Qobr hlm..89.

[29] Lihat Syarh al-Akidah al-Wasithiyyah Ibnu Utsaimin 2/123.

[30] Syarh Akidah Wasithiyyah, Ibnu Utsaimin 2/118.

[31] HR. Bukhori 1273, 1308 dan Muslim 2870.

[32] HR. Abu Dawud 2/281, al-Hakim 1/37-40, ath-Thoyyalisi: 753, Ahmad 4/287, 288, 295, 296, al-Ajurri dalamasy-Syari’ah 367-370, Nasai’ 1/282, Ibnu Majah 1/469-470, Abu Dawud 2/70, Ahmad 4/297, dishohihkan al-hakim, adz-Dzahabi, Ibnul Qoyyim v\ dalam I’lamul Muwaqqi’in 1/214 dan Tahdzibus Sunan 4/337 dan dia menukil penshohihan Abu Nu’aim dan selainnya. (Dinukil dari Ahkamu Janaiz, al-Albani hlm. 159, cet al-Maktab Islam). Imam Ibnu Qoyyim v\ dalam kitabnya Ar-Ruuh hlm. 91 menyebutkan bahwa Imam Daruqutni telah mengumpulkan jalan-jalan riwayat hadits Baro’ bin Azib tentang nikmat dan siksa kubur dalam sebuah buku khusus.

[33] HR. Ibnu Hibban: 3112 dan dihasankan al-Albani dalam Shohih Targhib: 3552 dan At-Ta’liqot al-Hisan 5/102-103.

Tinggalkan komentar