HARI KEBANGKITAN (YAUMUL BA’TSI)


Oleh:  Ustadz Achmad  Rofi’i, Lc.

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,

Bahasan untuk kali ini adalah berkenaan dengan setelah terjadinya Hari Kiamat, yaitu Hari Kebangkitan. Hari dimana kita akan dibangkitkan oleh Allooh سبحانه وتعالى dari kuburan. Atau setelah dunia ini hancur dan kemudian setahap demi setahap manusia diproses oleh Allooh سبحانه وتعالى untuk kemudian akan menjadi ahli neraka atau ahli surga. Mudah-mudahan kita digolongkan menjadi ahli surga. Aamiiin.

Pengertian

Hari Kebangkitan, dalam bahasa Arab dikenal dengan tiga nama :

  1. Yaumul Ba’tsi, Hari Kebangkitan,
  2. Yaumul Maa’ad,  Hari Kembali,
  3. Yaumun Nusyuur, Hari Bangkit.

Yaumul Ba’tsi adalah hari dimana manusia oleh Allooh سبحانه وتعالى dibangkitkan dari kuburannya, lalu ruh dikembalikan kepada jasadnya.

Setelah dibangkitkan, maka manusia akan digiring dan diproses, apakah menuju adzab ataukahjannah (surga).

Yaumul Ba’tsi, adalah proses pengembalian manusia menjadi manusia, tetapi alamnya sudah bukan berupa alam dunia lagi, melainkan alam setelah terjadinya Hari Kiamat. Lalu apakah buminya dan mataharinya seperti ketika di dunia, Walloohu a’lam.

Hari Kebangkitan maknanya seperti telah dijelaskan diatas, bahwa manusia diproses oleh Allooh سبحانه وتعالى, untuk menuju suatu alam abadi, yang tidak ada ujungnya. Bila manusia sudah di surga maka selamanya disurga. Apabila orang itu di neraka namun  di dalam hatinya ada iman, maka akan Allooh سبحانه وتعالى keluarkan dia dari neraka dan pada akhirnya dimasukkan ke dalam surga.

Hari Kebangkitan (Al Ba’tsi) menurut ajaran  Islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, adalah tidak bisa dipungkiri, pasti akan terjadi dan pasti adanya.

Dalilnya sangat kuat, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, Ijma’ para ‘Ulama dan semua itu tidak bisa dipungkiri, karena bila dipungkiri maka orang yang memungkirinya tersebut berarti adalah kaafir kepada Allooh سبحانه وتعالى.

Ada beberapa dalil tentang Hari Kebangkitan, yaitu :

1. Al Qur’an Surat Al Haj(22) ayat 5 – 7 :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاء إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلاً ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّى وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِن بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئاً وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاء اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ ﴿٥﴾ ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَى وَأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿٦﴾ وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ ﴿٧﴾

Artinya:

Ayat 5 :

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

Ayat 6 :

Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allooh, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allooh Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Ayat 7 :

dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allooh membangkitkan semua orang di dalam kubur.

Ayat tersebut menunjukkan sistematika, bahwa manusia itu awalnya tidak ada, lalu Allooh سبحانه وتعالى lah yang menjadikannya ada, dan keberadaannya itu pun berfase (bertahap) dari mulai proses antara sperma dengan ovum, kemudian menjadi janin sampai kemudian  sebagai bayi yang lahir ke dunia, lalu sampai menjadi dewasa, menjadi orangtua. Ada yang mati dalam perjalanan hidupnya, dan ada yang sampai tua kemudian baru mati.

Ada yang tahu dan ada yang tidak tahu akan terjadinya Hari Kiamat, maka Allooh سبحانه وتعالى beritakan bahwa akan terjadi Hari Kiamat dan setelah itu akan Allooh سبحانه وتعالى bangkitkan.

Demikian itu adalah firman Allooh سبحانه وتعالى yang menunjukkan kepada kita bahwa manusia akan diproses oleh Allooh سبحانه وتعالى dengan perjalanan yang sedemikian panjang dan ujung-ujungnya adalah akan dihisab. Allooh سبحانه وتعالى akan bangkitkan kita semua dan akan dikumpulkan pada waktu Yaumul Mahsyar 

2.  Surat At Taghobun (64) ayat 7 :

زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَن لَّن يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Artinya:

Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “Tidak demikian, demi Robb-ku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allooh.  

Dalam ayat tersebut jelaslah bahwa Allooh سبحانه وتعالى akan melakukan proses yang disebutKebangkitan dimana manusia yang tadinya kaafir terhadap Hari Kebangkitan tersebut, maka tetap akan Allooh سبحانه وتعالى bangkitkan, dan akan Allooh سبحانه وتعالى hisab, serta kemudian manusia akan diberitahu atas apa yang telah mereka perbuat selama hidup di dunia ini.

Yang demikian itu adalah berita yang harus kita pegang teguh sebagai suatu keyakinan bahwaorang yang beriman kepada Al Qur’an akan meyakini akan adanya Hari Kebangkitan.

Orang yang tidak meyakini akan Hari Kebangkitan, maka dalam ‘AqiidahAhlussunnah wal Jamaa’ah disebut: Ad Dahriyyuun (orang yang tidak mengakui adanya kehidupan setelah mati).

Banyak sekali ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang Hari Kebangkitan, antara lain adalah : Surat Ash Shooffaat ayat 50 – 61Surat Al A’rof ayat 50 – 51, dan masih banyak lagi.

Semuanya itu merupakan dalil bahwa Hari Kebangkitan pasti datang.

Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Surat Ash Shooffaat (37) ayat 50 – 61:

فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءلُونَ ﴿٥٠﴾ قَالَ قَائِلٌ مِّنْهُمْ إِنِّي كَانَ لِي قَرِينٌ ﴿٥١﴾ يَقُولُ أَئِنَّكَ لَمِنْ الْمُصَدِّقِينَ ﴿٥٢﴾ أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَاباً وَعِظَاماً أَئِنَّا لَمَدِينُونَ ﴿٥٣﴾ قَالَ هَلْ أَنتُم مُّطَّلِعُونَ ﴿٥٤﴾ فَاطَّلَعَ فَرَآهُ فِي سَوَاء الْجَحِيمِ ﴿٥٥﴾ قَالَ تَاللَّهِ إِنْ كِدتَّ لَتُرْدِينِ ﴿٥٦﴾ وَلَوْلَا نِعْمَةُ رَبِّي لَكُنتُ مِنَ الْمُحْضَرِينَ ﴿٥٧﴾ أَفَمَا نَحْنُ بِمَيِّتِينَ ﴿٥٨﴾ إِلَّا مَوْتَتَنَا الْأُولَى وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ ﴿٥٩﴾ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿٦٠﴾ لِمِثْلِ هَذَا فَلْيَعْمَلْ الْعَامِلُونَ ﴿٦١﴾

Artinya:

(50) Lalu sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain sambil bercakap-cakap.

(51) Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman,

(52) yang berkata: “Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang membenarkan (Hari Berbangkit)?

(53) Apakah bila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?”

(54) Berkata pulalah ia: “Maukah kamu meninjau (temanku itu)?”

(55) Maka ia meninjaunya, lalu ia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka menyala-nyala.

(56) Ia berkata (pula): “Demi Allooh, sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku,

(57) jikalau tidaklah karena ni`mat Robb-ku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka).

(58) Maka apakah kita tidak akan mati?

(59) melainkan hanya kematian kita yang pertama saja (di dunia), dan kita tidak akan disiksa (di akhirat ini)?

(60) Sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang besar.

(61) Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja.

Juga perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Surat Al A’rof ayat (7) 50-51 :

وَنَادَى أَصْحَابُ النَّارِ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُواْ عَلَيْنَا مِنَ الْمَاء أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّهُ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ ﴿٥٠﴾ الَّذِينَ اتَّخَذُواْ دِينَهُمْ لَهْواً وَلَعِباً وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ نَنسَاهُمْ كَمَا نَسُواْ لِقَاء يَوْمِهِمْ هَـذَا وَمَا كَانُواْ بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ ﴿٥١﴾

Artinya:

(50) Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga: “Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah dirizqikan Allooh kepadamu”. Mereka (penghuni surga) menjawab: “Sesungguhnya Allooh telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir,

(51) (yaitu) orang-orang yang menjadikan dien mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka”. Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.

Maksud dari ayat diatas adalah :

Allooh سبحانه وتعالى berfirman: “Penghuni neraka kelak akan memanggil penghuni surga: “Tolong alirkan kepada kami air atau apa saja yang Allooh berikan سبحانه وتعالى rizqy kepadamu”.  

Karena penghuni neraka itu penuh dengan siksa, maka mereka minta tolong kepada penduduk surga. Dan para penghuni surga akan menjawab: “Sesungguhnya Allooh سبحانه وتعالى telah mengharamkan (air, rizqy) bagi orang-orang kaafir”.

Maka orang-orang penghuni neraka sama sekali tidak akan bisa menikmati air atau rizqy, karena Allooh سبحانه وتعالى mengharamkan air dan rizqy kepada orang-orang kaafir yang ada di neraka.

Ayat-ayat tersebut juga merupakan aba-aba kepada orang yang masih ragu akan adanya Hari Kebangkitan dan pembalasan di Hari Kiamat, karena sesungguhnya sedemikian dahsyat ancaman Allooh سبحانه وتعالى kepada orang-orang yang tidak meyakininya.

Dalam Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 2878 dari Shohabat Jaabir bin ‘Abdillah رضي الله عنه, bahwa beliau mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :

يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ  

Artinya:

Setiap manusia akan dibangkitkan seperti ketika ia mati.”

Atas dasar Hadits tersebut, maka kita sebagai seorang Muslim harus merencanakan agar mati kita hendaknya dalam keadaan yang baik (beramal shoolih disisi Allooh سبحانه وتعالى). Harus disadari dan diantisipasi. Jangan sampai kita tidak siap, dan jangan sampai kita mengatakan bahwa kita masih punya umur panjang karena kematian dapat datang setiap saat.

Bayangkan bila seseorang itu mati dalam keadaan berma’shiyat kepada Allooh سبحانه وتعالى, maka ia akan dibangkitkan dalam keadaan seperti itu pula. Kalau seseorang itu mati sedang ia dalam keadaan melawan Allooh سبحانه وتعالى, serta memusuhi kaum mu’minin, maka orang tersebut akan Allooh سبحانه وتعالى bangkitkan dalam keadaan seperti itu pula. Na’uudzu billaahi min dzaalik.

Sebaliknya bila seseorang mati dalam keadaan yang shoolih, misalnya ia mati dalam keadaan sujud, beribadah, bermunajat kepada Allooh سبحانه وتعالى, maka alangkah berbahagianya orang tersebut, karena ia akan menghadap Allooh سبحانه وتعالى dalam keadaan shoolih.

Keadaan seperti itu jangan sampai tidak kita rencanakan. Setiap diri kita hendaknya bisa mengendalikan diri, bagaimana caranya agar kita selalu dalam perkara yang baik, sehingga bila Allooh سبحانه وتعالى mencabut nyawa kita, maka kita sedang dalam keadaan berbuat kebaikan.  Keadaan seperti itu penuh dengan kontrol, sebab kalau tidak, maka kita akan mati dalam Su’ul Khotimah. Jangan sampai hendaknya ada orang yang mengatakan : “Ah tenang saja, kita kan masih ada waktu ke depan”, karena sungguh tidak seorang pun tahu kapan datang kematian bagi dirinya.

Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengajarkan kepada kita bahwa sholat yang kita lakukan itu adalah hendaknya bagaikan sholat kita yang terakhir. Hal ini adalah sebagaimana dalam sabda beliau صلى الله عليه وسلم melalui Abu Ayyuub رضي الله عنه yang diberitakan dalam Hadits Riwayat Imaam Ibnu Maajah no: 4171, di-Hasankan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany dalam Shohiih Ibnu Maajah no: 3363, dimana beliau رضي الله عنه berkata bahwa ada seorang laki-laki datang menemui Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم lalu orang itu berkata,“Wahai Rosuul, ajarilah aku dan ringkaslah.”

Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjawab,

إِذَا قُمْتَ فِي صَلاَتِكَ فَصَلِّ صَلاَةَ مُوَدِّعٍ ، وَلاَ تَكَلَّمْ بِكَلاَمٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ ، وَأَجْمِعِ الْيَأْسَ عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ

Artinya:

Jika kamu sholat, maka sholatlah seperti sholat perpisahan, dan janganlah kamu berbicara dengan suatu perkataan dimana kamu akan menyesal karenanya. Dan putuskanlah harapanmu dari apa yang ada di tangan manusia.”

Artinya, sholat yang kita lakukan adalah sholat yang penuh dengan kontrol, penuh dengan kesadaran bahwa bila Allooh سبحانه وتعالى tidak memberikan kesempatan untuk sholat berikutnya, baik sholat di waktu Shubuh ataupun sholat Tahajud di malam hari, maka sholat yang kita lakukan disaat itu adalah sholat kita yang terbaik.

Untuk membuat keadaan seperti tersebut tidaklah mudah. Karena bila kita tidak menyadari dan senantiasa mengupayakan agar kita kelak menghadap Allooh سبحانه وتعالى dalam keadaan yang baik, maka kita akan cenderung menjadi lalai dalam menjalani kehidupan kita di dunia ini dan sesungguhnya kita akan termasuk orang-orang yang merugi bila dicabut nyawanya dalam keadaan demikian.

Dalam Hadits yang lain, riwayat Imam Al Bukhoory no: 3414 dan Imaam Muslim no: 2373 dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :

فَإِنَّهُ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَيَصْعَقُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ ، وَمَنْ فِي الأَرْضِ إِلاَّ مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ أُخْرَى فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ بُعِثَ فَإِذَا مُوسَى آخِذٌ بِالْعَرْشِ فَلاَ أَدْرِي أَحُوسِبَ بِصَعْقَتِهِ يَوْمَ الطُّورِ أَمْ بُعِثَ قَبْلِي

Artinya:

….Sungguh sangkakala akan ditiup sehingga manusia kacau, panik dan kemudian musnahlah semua yang ada di langit dan yang ada di bumi, kecuali yang Allooh سبحانه وتعالى kehendaki. Kemudian sangkakala ditiup kembali, sedang aku adalah orang yang pertama kali dibangkitkan, kemudian tiba-tiba aku lihat Musa عليه السلام berpegangan pada ‘Arsy. Aku tidak tahu apakah Musa عليه السلام juga termasuk orang yang mengalami kepanikan hari Kiamat itu ataukah orang yang dibangkitkan sebelum aku”.

Dalam Hadits tersebut Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjelaskan bahwa ada Hari Kebangkitansetelah mati dan itu jelas sekali. Oleh karena itu, kita tidak boleh ragu bahwa Hari Kiamat danHari Kebangkitan pasti terjadi dan hendaknya kita betul-betul mempersiapkan diri kita untuk hal tersebut.

Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. An Naazi’aat (79) ayat 6-14 :

يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ ﴿٦﴾ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ ﴿٧﴾ قُلُوبٌ يَوْمَئِذٍ وَاجِفَةٌ ﴿٨﴾ أَبْصَارُهَا خَاشِعَةٌ ﴿٩﴾ يَقُولُونَ أَئِنَّا لَمَرْدُودُونَ فِي الْحَافِرَةِ ﴿١٠﴾ أَئِذَا كُنَّا عِظَاماً نَّخِرَةً ﴿١١﴾ قَالُوا تِلْكَ إِذاً كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ ﴿١٢﴾ فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ ﴿١٣﴾ فَإِذَا هُم بِالسَّاهِرَةِ ﴿١٤﴾

Artinya:

(6) (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam,

(7) tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.

(8) Hati manusia pada waktu itu sangat takut,

(9) pandangannya tunduk.

(10) (Orang-orang kaafir) berkata: Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang semula?

(11) Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang-belulang yang hancur lumat?

(12) Mereka berkata: Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan.

(13) Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja,

(14) maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi (yang baru).

Kita temui pula dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 4935 dan Imaam Muslim no: 2955, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa beliau رضي الله عنه berdialog dengan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم kemudian Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَا بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُونَ قَالَ أَرْبَعُونَ يَوْمًا قَالَ أَبَيْتُ قَالَ أَرْبَعُونَ شَهْرًا قَالَ أَبَيْتُ قَالَ أَرْبَعُونَ سَنَةً قَالَ أَبَيْتُ قَالَ ثُمَّ يُنْزِلُ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيَنْبُتُونَ كَمَا يَنْبُتُ الْبَقْلُ لَيْسَ مِنَ الإِنْسَانِ شَيْءٌ إِلاَّ يَبْلَى إِلاَّ عَظْمًا وَاحِدًا وَهْوَ عَجْبُ الذَّنَبِ وَمِنْهُ يُرَكَّبُ الْخَلْقُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya:

Antara dua tiupan itu ada empat puluh”. 

Kemudian Abu Hurairoh رضي الله عنه bertanya, “Maksudnya empatpuluh hari?”

Maka Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengingkari.

Abu Hurairoh رضي الله عنه bertanya lagi, “Maksudnya empatpuluh bulan?”

Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم pun mengingkari.

Abu Hurairoh رضي الله عنه berkata, “Maksudnya empatpuluh tahun?”.

Maka Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengingkari (untuk memberitahukan bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sendiri pun tidak mengetahuinya), lalu Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjelaskan, “Kemudian Allooh سبحانه وتعالى turunkan air dari langit, kemudian mereka tumbuh sebagaimana layaknya kecambah yang tumbuh. Setiap apa yang dimiliki dan apa yang ada pada tubuh manusia semuanya akan rusak, kecuali hanya satu tulang, yaitu tulang yang ada dibawah tulang rusuk (– tulang ekor — pent.). Dari tulang itu lah manusia akan kembali dibentuk pada hari Kiamat.

Jadi dari Hadits diatas, dapat diambil pelajaran bahwa yang dimaksudkan dengan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengingkari itu adalah mengingkari tentang penggunaan lamanya waktu diukur dengan hari, bulan atau tahun; karena sebagaimana kita ketahui bahwa hitungan itu sudah tidak berlaku lagi karena alam semesta sudah rusak, sehingga hanya Allooh سبحانه وتعالى yang tahu tentang kadar lama waktunya. Adapun bila dikatakan empat puluh tahun maka itu adalah menurut perkiraan hitungan dunia, dimana sesudah Hari Kiamat (tiupan sangkakala pertama), lalu akan ada tiupan sangkakala kedua: yakni Manusia dibangkitkan pada Hari Kebangkitan.

Adapun dari Hadits diatas, dapat pula diambil pelajaran bahwa ada satu tulang, yakni ujung tulang belakang manusia (tulang ekor), yang tidak pernah akan hancur sampai Hari Kiamat. Dan manusia akan ditumbuhkan kembali dari situ, yaitu setelah terkena siraman air pada Hari Kiamat kelak..

Berikutnya adalah apa yang diberitakan dalam Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 2940, dari seorang Shohabat bernama ‘Abdullooh bin Amru bin Al ‘Ash رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فِى أُمَّتِى فَيَمْكُثُ أَرْبَعِينَ – لاَ أَدْرِى أَرْبَعِينَ يَوْمًا أَوْ أَرْبَعِينَ شَهْرًا أَوْ أَرْبَعِينَ عَامًا – فَيَبْعَثُ اللَّهُ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ كَأَنَّهُ عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ فَيَطْلُبُهُ فَيُهْلِكُهُ ثُمَّ يَمْكُثُ النَّاسُ سَبْعَ سِنِينَ لَيْسَ بَيْنَ اثْنَيْنِ عَدَاوَةٌ ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ رِيحًا بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ الشَّأْمِ فَلاَ يَبْقَى عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ أَحَدٌ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ أَوْ إِيمَانٍ إِلاَّ قَبَضَتْهُ حَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ دَخَلَ فِى كَبَدِ جَبَلٍ لَدَخَلَتْهُ عَلَيْهِ حَتَّى تَقْبِضَهُ ». قَالَ سَمِعْتُهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « فَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ فِى خِفَّةِ الطَّيْرِ وَأَحْلاَمِ السِّبَاعِ لاَ يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا وَلاَ يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا فَيَتَمَثَّلُ لَهُمُ الشَّيْطَانُ فَيَقُولُ أَلاَ تَسْتَجِيبُونَ فَيَقُولُونَ فَمَا تَأْمُرُنَا فَيَأْمُرُهُمْ بِعِبَادَةِ الأَوْثَانِ وَهُمْ فِى ذَلِكَ دَارٌّ رِزْقُهُمْ حَسَنٌ عَيْشُهُمْ ثُمَّ يُنْفَخُ فِى الصُّورِ فَلاَ يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلاَّ أَصْغَى لِيتًا وَرَفَعَ لِيتًا – قَالَ – وَأَوَّلُ مَنْ يَسْمَعُهُ رَجُلٌ يَلُوطُ حَوْضَ إِبِلِهِ – قَالَ – فَيَصْعَقُ وَيَصْعَقُ النَّاسُ ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ – أَوْ قَالَ يُنْزِلُ اللَّهُ – مَطَرًا كَأَنَّهُ الطَّلُّ أَوِ الظِّلُّ – نُعْمَانُ الشَّاكُّ – فَتَنْبُتُ مِنْهُ أَجْسَادُ النَّاسِ ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ ثُمَّ يُقَالُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ هَلُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ. وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ – قَالَ – ثُمَّ يُقَالُ أَخْرِجُوا بَعْثَ النَّارِ فَيُقَالُ مِنْ كَمْ فَيُقَالُ مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَمِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ – قَالَ – فَذَاكَ يَوْمَ يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيبًا وَذَلِكَ يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ

Artinya:

“Akan keluar ditengah-tengah umatku Dajjal dan Dajjal itu akan tinggal selama empat puluh(tidak tahu apakah empatpuluh hari atau empatpuluh bulan ataukah empatpuluh tahun). Setelah itu Allooh سبحانه وتعالى akan bangkitkan ‘Isa bin Maryam عليه السلام, seolah-olah seorang Shohabat bernama ‘Urwah bin Mas’uud رضي الله عنه, kemudian ‘Isa bin Maryam عليه السلام akan mencari Dajjal itu dan kemudian akan membunuhnya.

Manusia akan tinggal selama tujuh tahun, tidak ada permusuhan diantara mereka. Kemudian Allooh سبحانه وتعالى kirimkan angin dingin dari arah Syam (– sekarang Syria – pent.), Allooh سبحانه وتعالى pun mematikan mereka sehingga tidak ada seorangpun yang ada dalam hatinya sebiji sawit kebaikan (keimanan) yang tersisa. Walaupun jika seandainya seorang dari mereka masuk kedalam tengah gunung sekalipun untuk bersembunyi, kecuali angin itu akan merenggut nyawanya.

Demikian aku mendengarnya dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, kemudian Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda lagi, “Lalu setelah itu tersisa manusia-manusia jahat, seolah mereka itu menganggap ringan untuk berbuat jahat, kerusakan, permusuhan dan kedzoliman. Mereka tidak mau tahu kebaikan. Mereka tidak mengingkari kemungkaran.

Lalu syaithoon menjelma pada mereka dan mengatakan, “Tidakkah kalian ikuti aku?”

Lalu mereka mengatakan, “Apa yang kamu perintah pada kami?”

Lalu syaithoon itu memerintahkan pada mereka untuk menyembah berhala. Ketika itu mereka berada dalam rizqy dan kehidupan yang baik.

Kemudian Allooh سبحانه وتعالى tiup sangkakala sehingga tidak ada seorangpun yang mendengarnya kecuali memperhatikan dengan cermat kejadian ini dan orang pertama kali yang mendengarnya adalah seseorang yang sedang membuat makanan untuk untanya. Kemudian ia menjadi pingsan dan manusia lain pun akan pingsan pula. Setelah itu Allooh سبحانه وتعالى turunkan hujan dari langit, seperti bayang-bayang (– Perowi Hadits ini ragu – pent.), lalu manusia tubuhnya akan tumbuh, setelah itu ditiup kembali sangkakala oleh Isrofil, lalu manusia akan bangun satu sama lain saling memandang.

Kemudian dikatakanlah,“Wahai manusia, mari menghadap Robb kalian dan berdirilah, sesungguhnya kalian akan ditanya.”

Kemudian dikatakan, “Keluarkan segerombolan manusia untuk menjadi penghuni neraka.” Kemudian ditanya, “Dari berapa?”

Dijawab, “Setiap seribu, Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan; maka itulah hari dimana Allooh سبحانه وتعالى jadikan anak-anak beruban dan hari dimana betis tersingkap. 

Itulah proses Hari Kebangkitan. Kalau kita lihat proses Hari Kebangkitan itu waktunya adalah selang empat puluh tahun dari Hari Kiamat. Lalu Allooh سبحانه وتعالى menurunkan air dari langit, dimana manusia akan ditumbuhkan kembali dari tulang bagian belakang (tulang ekor)-nya yang memang tidak pernah hancur. Dan setelah itu, tumbuhlah mereka menjadi manusia lagi, dimana sesudahnya Allooh سبحانه وتعالى akan beri kesadaran mereka satu dengan yang lainnya.

Perkataan Para ‘Ulama Ahlus Sunnah

Imaam Ath Thohaawy رحمه الله ketika menjelaskan ayat Al Qur’an yang berkenaan dengan masalah Hari Kebangkitan, antara lain adalah sebagai berikut :

Bahwa Ibnu ‘Abdil ‘Iz Al Hanafi ketika menjelaskan ayat-ayat tentang Hari Kebangkitan, beliau mengatakan: “Maka renungkanlah apa yang menjadi jawaban dari pertanyaan dimana orang-orang kaafir menanyakan, “Apakah kami ketika sudah menjadi tulang-belulang maka kami akan dibangkitkan menjadi ciptaan yang baru?

Maka dijawablah bahwa, “Jika kamu mengatakan bahwa tidak ada Pencipta, tidak ada Penguasa, tidak ada Robb di dunia ini, maka cobalah kamu pikirkan tentang ciptaan yang tidak akan dihabisi oleh kematian sebagai contohnya: batu, besi, dan apa lagi yang lebih besar dari batu ataupun besi tersebut. Yang seperti itu tidak akan mengalami mati. Karena yang mengalami mati adalah makhluk yang bernyawa. Pikirkanlah bahwa yang tidak mengalami mati itu hanyalah batu, besi atau yang semisalnya.”

Kata beliau: “Bila kalian jawab bahwa sesuatu yang tidak mengalami keabadian itu, kemudian  bisa terjadi (tercipta), maka apa pula yang dapat menghalangi antara kalian dengan Pencipta kalian untuk mengembalikan kalian dalam bentuk ciptaan yang baru?”

Atau kata beliau dalam penjelasan yang lain: “Kalau seandainya kalian, wahai orang-orang kaafir, yang mana kalian tahu bahwa batu atau besi, atau ciptaan selain itu, maka sesungguhnya Allooh سبحانه وتعالى Maha Berkuasa untuk merusak kalian ataupun untuk meniadakan kalian. Kemudian Allooh سبحانه وتعالى ubah keadaan kalian itu dari keadaan satu kepada keadaan yang lainnya. Siapa yang akan mampu dan berkuasa untuk berbuat kepada fisik-fisik ini, padahal  batu dan besi yang sangat keras itu pun dapat menjadi rusak. Kalau saja batu dan besi yang demikian keras itu oleh Allooh سبحانه وتعالى Maha Berkuasa untuk menghancurkannya, maka betapa mudahnya untuk menghancurkan dan memusnahkan yang lebih lemah daripada itu.”

Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. An Naazi’aat (79) ayat 27-46:

أَأَنتُمْ أَشَدُّ خَلْقاً أَمِ السَّمَاء بَنَاهَا ﴿٢٧﴾ رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا ﴿٢٨﴾ وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا ﴿٢٩﴾ وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا ﴿٣٠﴾ أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءهَا وَمَرْعَاهَا ﴿٣١﴾ وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا ﴿٣٢﴾ مَتَاعاً لَّكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ ﴿٣٣﴾ فَإِذَا جَاءتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَى ﴿٣٤﴾ يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الْإِنسَانُ مَا سَعَى ﴿٣٥﴾ وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِمَن يَرَى ﴿٣٦﴾ فَأَمَّا مَن طَغَى ﴿٣٧﴾ وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ﴿٣٨﴾ فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى ﴿٣٩﴾ وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى ﴿٤٠﴾ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى ﴿٤١﴾ يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ﴿٤٢﴾ فِيمَ أَنتَ مِن ذِكْرَاهَا ﴿٤٣﴾ إِلَى رَبِّكَ مُنتَهَاهَا ﴿٤٤﴾ إِنَّمَا أَنتَ مُنذِرُ مَن يَخْشَاهَا ﴿٤٥﴾ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا ﴿٤٦﴾

Artinya:

(27) Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allooh telah membangunnya,

(28) Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,

(29) dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang.

(30) Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.

(31) Ia memancarkan daripadanya mata airnya dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.

(32) Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,

(33) (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.

(34) Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang.

(35) Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya,

(36) dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat.

(37) Adapun orang yang melampaui batas,

(38) dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,

(39) maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal-(nya).

(40) Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Robb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,

(41) maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal-(nya).

(42) (Orang-orang kaafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya?

(43) Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)?

(44) Kepada Robb-mulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).

(45) Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit).

(46) Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.

Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam Surat An Naazi’aat (79) ayat 27-46 tersebut bahwa sebenarnya manusia itu dibandingkan dengan penciptaan langit, penciptaan bumi ataupun penciptaan benda-benda lainnya adalah lebih mudah bagi Allooh سبحانه وتعالى. Oleh karena itu, mengembalikan manusia dari tidak ada menjadi ada, bagi Allooh سبحانه وتعالى adalah sesuatu perkara yang sangatlah mudah.

Kemudian dalam QS. Al Isroo’ (17) ayat 49-51, oleh Allooh سبحانه وتعالى dihikayatkan bahwa orang-orang kaafir itu bertanya dengan pertanyaan yang lain:

وَقَالُواْ أَئِذَا كُنَّا عِظَاماً وَرُفَاتاً أَإِنَّا لَمَبْعُوثُونَ خَلْقاً جَدِيداً ﴿٤٩﴾ قُل كُونُواْ حِجَارَةً أَوْ حَدِيداً ﴿٥٠﴾ أَوْ خَلْقاً مِّمَّا يَكْبُرُ فِي صُدُورِكُمْ فَسَيَقُولُونَ مَن يُعِيدُنَا قُلِ الَّذِي فَطَرَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ فَسَيُنْغِضُونَ إِلَيْكَ رُؤُوسَهُمْ وَيَقُولُونَ مَتَى هُوَ قُلْ عَسَى أَن يَكُونَ قَرِيباً ﴿٥١﴾

Artinya:

(49) Dan mereka berkata: “Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?

(50) Katakanlah: “Jadilah kamu sekalian batu atau besi,

(51) atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu”. Maka mereka akan bertanya: “Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?Katakanlah: “Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama”. Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata, “Kapan itu (akan terjadi)?” Katakanlah: “Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat”.

Maka bagi kita orang muslim tidak boleh mengingkari adanya Hari Kebangkitan itu. Dan yang seharusnya kita lakukan adalah: Berjaga-jaga dan berencana dalam keadaan bagaimanakah kita nanti menghadapAllooh سبحانه وتعالى.

Orang yang mengingkari adanya Hari Kebangkitan adalah termasuk orang kaafir. Bila ia seorang muslim, tetapi kemudian mengingkari adanya Hari Kebangkitan maka ia telah menjadi murtad. Dan orang yang demikian dicela oleh Allooh سبحانه وتعالى, diantaranya ada dalam banyak ayat, misalnya dalam QS. Asy Syuroo’ (42) ayat 18:

يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ أَلَا إِنَّ الَّذِينَ يُمَارُونَ فِي السَّاعَةِ لَفِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ

Artinya:

Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh.”

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menjelaskan tentang celaan Allooh سبحانه وتعالى bagi mereka yang kaafir terhadap Hari Kebangkitan, yakni dalam QS. Al Isroo’ (17) ayat 97-99:

وَمَن يَهْدِ اللّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَن يُضْلِلْ فَلَن تَجِدَ لَهُمْ أَوْلِيَاء مِن دُونِهِ وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى وُجُوهِهِمْ عُمْياً وَبُكْماً وَصُمّاً مَّأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ كُلَّمَا خَبَتْ زِدْنَاهُمْ سَعِيراً ﴿٩٧﴾ ذَلِكَ جَزَآؤُهُم بِأَنَّهُمْ كَفَرُواْ بِآيَاتِنَا وَقَالُواْ أَئِذَا كُنَّا عِظَاماً وَرُفَاتاً أَإِنَّا لَمَبْعُوثُونَ خَلْقاً جَدِيداً ﴿٩٨﴾ أَوَلَمْ يَرَوْاْ أَنَّ اللّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ قَادِرٌ عَلَى أَن يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ وَجَعَلَ لَهُمْ أَجَلاً لاَّ رَيْبَ فِيهِ فَأَبَى الظَّالِمُونَ إَلاَّ كُفُوراً ﴿٩٩﴾

Artinya:

(97) Dan barangsiapa yang ditunjuki Allooh, dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahannam. Tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.

(98) Itulah balasan bagi mereka, karena sesungguhnya mereka kafir kepada ayat-ayat Kami dan (karena mereka) berkata: “Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?”

(99) Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allooh yang menciptakan langit dan bumi adalah kuasa (pula) menciptakan yang serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang zalim itu tidak menghendaki kecuali kekafiran.

Itulah hal-hal yang telah diberitakan oleh Allooh سبحانه وتعالى, dan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, tentang proses bagaimana Isrofil meniup sakakala, berapa kali ditiupnya, dan apa yang akan terjadi pada manusia, dan pada alam ini. Lalu apa yang akan dialami oleh manusia setelah itu, yaitu yang disebut dengan Hari Kebangkitan, dimana pada hari itu Allooh سبحانه وتعالى akan menghidupkan manusia kembali untuk menghadap Allooh سبحانه وتعالى.

Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. Asy Syu’aroo (26) ayat 88-89:

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿٨٨﴾ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ﴿٨٩﴾

Artinya:

(88(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,

(89) kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (hati yang salim).

Yang dimaksud hati yang salim adalah hati yang benar-benar bertauhid kepada Allooh سبحانه وتعالى, penuh keyakinan beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى, beriman kepada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, serta konsekuen mengamalkan apa yang menjadi amalan dan pedomannya.

Atas itu semua, hendaknya kita mempersiapkan diri akan mati dalam keadaan seperti apa. Dan hendaknya kita takut kepada Allooh سبحانه وتعالى, jangan-jangan ketika dibangkitkan (dicabut nyawa kita), kita sedang dalam keadaan berma’shiyat kepada Allooh سبحانه وتعالى. Maka hendaknya kita selalu memohon kepada Allooh سبحانه وتعالى agar kita mati dalam keadaan Husnul Khootimah, beramal dengan amalan terbaik ketika kita mengakhiri hidup.

Maka hendaknya kita berdoa:

اللهم اجعل خير أعمالنا آخرها وخير أعمارنا خواتمها وخير أيامنا يوم لقائك

(Alloohummaj’al khoiro a’maalinaa aakhirohaa wa khoiro a’maalinaa khowaatimahaa wa khoiro aayaaminaa yauwmal liqoo-ika)

Artinya:

Ya Allooh, jadikanlah amalan terakhir kami adalah amalan terbaik di akhir hayat kami, dan sebaik-baik umur adalah pada saat tutup usia kami, dan sebaik-baik hari adalah hari ketika kami bertemu dengan-Mu.”

Do’a demikian itu tidak mudah, karena orang yang tidak biasa mengkondisikan dirinya taat kepada Allooh سبحانه وتعالى, maka ia akan mengalami kesulitan karena tidak mungkin tiba-tiba ia menjadi orang shoolih dalam waktu seketika. Dan kita selalu berlindung kepada Allooh سبحانه وتعالى agar kita tidak meninggal dalam keadaan Su’ul Khootimah.

Usahakan agar makanan, kata-kata dan amalan yang kita lakukan sehari-hari itu terkendali dan terkontrol dalam keadaan taat kepada Allooh سبحانه وتعالى, sehingga jika kita mati dalam keadaan seperti itu, insya Allooh kita menghadap kepada-Nya dalam keadaan shoolih.

Mati itu tidak bisa diundur atau dimajukan. Oleh karena itu, para Salaful Ummah(Pendahulu Ummat yang Shoolih) berwasiat sebagai berikut bahwa:  Ketika hendak tidur, sebaiknya dibawah bantal kita diletakkan surat yang berisi wasiat yang berkaitan antara diri kita dengan orang lain. Jangan-jangan ketika kita tidur, tidak bangun lagi karena mati, dan kita masih ada perkara yang bersangkut-paut dengan orang lain. Sehingga apabila kita meninggal, ada sesuatu pesan yang disampaikan kepada ahli waris. Karena bila tidak demikian, maka persoalan dan sangkutan dengan orang lain tersebut akan dibawa menghadap kepada Allooh سبحانه وتعالى. Dan hal itu tidak bisa diselesaikan karena ia tidak berpesan kepada orang lain sebelum meninggalnya.

Hari Kebangkitan adalah hari dimana kita akan mulai merasakan, mulai akan mendapat berita tentang hasil prestasi apa yang kita amalkan di dunia ini. Jika yang diamalkan di dunia selalu baik, tentu Allooh سبحانه وتعالى akan memberikan yang terbaik. Allooh سبحانه وتعالى tidak akan mendzolimi  atau menganiaya sedikitpun akan perbuatan kita selama hidup di dunia ini. Kalau baik, akan diperlihatkan baik, kalau buruk akan diperlihatkan buruknya.

TANYA JAWAB

Pertanyaan:

Mohon ditambahkan penjelasan berkaitan dengan Surat Al Fajr (89) ayat 21-23 dimana disitu dikatakan :

كَلَّا إِذَا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكّاً دَكّاً ﴿٢١﴾ وَجَاء رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفّاً صَفّاً ﴿٢٢﴾ وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى ﴿٢٣﴾

Artinya:

(21) Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-turut,

(22) dan datanglah Robb-mu; sedang malaikat berbaris-baris.

(23) dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.

Jawaban:

Tahapan-tahapan setelah Hari Kiamat akan kita lalui beberapa tahapan lagi. Misalnya, seperti yang kita bahas diatas, yaitu Hari Kebangkitan. Setelah itu akan ada tahapan Hari Mahsyardimana manusia dikumpulkan oleh Allooh سبحانه وتعالى, lalu manusia akan terkena teriknya matahari, sehingga keringat mereka setinggi leher.

Setelah itu akan dihitung amalan manusia pada Yaumul Hisaab, apakah mereka akan menerima catatan amalnya dengan tangan kanan ataukah dengan tangan kiri. Kemudian ditimbang amalannya pada Yaumul Miizaan, kemudian setelahnya adalah Ash Shirooth(Jembatan), dan setelah itu adalah Telaga, lalu Syafaa’at, dan terakhir adalah Surga ataukah Neraka.

Itulah tahapan-tahapan  yang akan kita lalui, dan apa yang ditanyakan dalam pertanyaan anda merupakan proses tahapan yang akan kita alami setelah adanya Hari Kiamat, tentunya setelahHari Kebangkitan dan seterusnya. Bahkan akan datang para malaikat berbaris-baris, lalu Allooh سبحانه وتعالى akan datang kepada kita, bahkan kita akan melihat Allooh سبحانه وتعالى, dan kita manusia akan dipanggil oleh Allooh سبحانه وتعالى satu per-satu. Lalu diperlihatkan amalan-amalan kita. Apakah akan dipungkiri, atau tidak mau mengaku, silakan saja, tetapi manusia tidak dapat membantah Allooh سبحانه وتعالى yang akan menghakimi manusia dengan ke-Maha Adilannya. Tetapi bahasan kita sekarang ini, baru sampai ke tahapan Hari Kebangkitan, belum sampai ke tahap yang dimaksudkan dalam pertanyaan diatas yang insya Allooh hal itu akan dibahas pada kajian berikutnya.

Pertanyaan:

Diatas dijelaskan bahwa tulang-tulang akan dikembalikan menjadi manusia utuh. Karena manusia dalam kubur itu tinggal tulang-tulangnya saja.

Bagaimana dengan orang Hindu yang bila mati jenazahnya dibakar sampai menjadi abu, apakah bisa dikembalikan seperti manusia semula?

Jawaban :

Tentang orang Hindu atau Budha yang jenazahnya dibakar hingga menjadi abu; maka bila kita lihat Hadits dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم yang menjelaskan bahwa ada sepotong tulang yang tidak bisa hancur, karena Allooh سبحانه وتعالى akan menghidupkan kembali manusia melalui tulang itu. Oleh karena itu kita tidak bisa tahu apakah tulang itu akan hancur karena dibakar ataukah tidak, Walloohu a’lam.

Tetapi kita harus beriman kepada sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dalam Hadits berikut ini, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imaam Muslim no: 2955 dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa tidak akan hancur tulang yang sepotong itu. Karena ketika Allooh سبحانه وتعالى mengirimkan air dari langit pada Hari Kebangkitan, setiap tulang akan tumbuh kembali menjadi manusia.

إِنَّ فِى الإِنْسَانِ عَظْمًا لاَ تَأْكُلُهُ الأَرْضُ أَبَدًا فِيهِ يُرَكَّبُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ». قَالُوا أَىُّ عَظْمٍ هُوَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « عَجْبُ الذَّنَبِ

Artinya:

Sesungguhnya pada diri manusia terdapat satu tulang yang sama sekali tidak akan dimakan bumi. Pada tulang ini, manusia akan dijadikan kembali pada Hari Kiamat.”

Para Shohabat bertanya, “Tulang apakah itu ya Rosuulullooh?”

Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjawab, “Tulang ekor.”

Kembali kepada ‘Aqiidah, bahwa Allooh سبحانه وتعالى adalah Maha Berkuasa. Pada zaman dahulu ada orang yang sangat takut kepada Allooh سبحانه وتعالى, lalu berwasiat kepada anak-anaknya bahwa bila ia mati agar dibakar saja sampai menjadi abu dan ia pun berpesan agar abunya ditebarkan ke laut dengan harapan ia tidak dibangkitkan lagi, karena ia sangat takut kepada Allooh سبحانه وتعالى. Tetapi cara orang tersebut adalah keliru. Lalu sebagaimana diberitakan dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 3479 dari Shohabat Hudzaifah Ibnul Yaman رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

إِنَّ رَجُلاً حَضَرَهُ الْمَوْتُ لَمَّا أَيِسَ مِنَ الْحَيَاةِ أَوْصَى أَهْلَهُ إِذَا مُتُّ فَاجْمَعُوا لِي حَطَبًا كَثِيرًا ثُمَّ أَوْرُوا نَارًا حَتَّى إِذَا أَكَلَتْ لَحْمِي وَخَلَصَتْ إِلَى عَظْمِي فَخُذُوهَا فَاطْحَنُوهَا فَذَرُّونِي فِي الْيَمِّ فِي يَوْمٍ حَارٍّ ، أَوْ رَاحٍ فَجَمَعَهُ اللَّهُ فَقَالَ لِمَ فَعَلْتَ قَالَ خَشْيَتَكَ فَغَفَرَ لَهُ

Artinya:

“Bahwa seseorang dijemput kematiannya. Ketika dia putus asa dari hidup, dia berwasiat pada keluarganya, “Bahwa jika aku mati, maka kumpulkanlah kayu yang banyak lalu bakarlah aku dengan api. Sehingga jika api telah memakan dagingku, dan tulangku sudah remuk redam, ambillah oleh kalian, lalu tumbuklah, kemudian lemparkanlah oleh kalian ke lautan disaat panas terik atau angin sangat kencang.”

Lalu Allooh سبحانه وتعالى himpun orang itu, dan Allooh سبحانه وتعالى bertanya, “Kenapa kamu lakukan ini?

Orang itu menjawab, “Karena aku takut pada-Mu.”

Sehingga Allooh سبحانه وتعالى pun ampuni dia.”

Allooh سبحانه وتعالى Maha Berkuasa, sangat berkuasa untuk menggabungkan kembali apa yang sudah hancur bercerai berai menjadi abu, menjadi manusia kembali. Kita tidak perlu ragu, karena bila Allooh سبحانه وتعالى berkehendak, tinggal berfirman : Kun, fayakun (Jadi, maka jadilah).

Pertanyaan:

Ketika manusia mati lalu dikuburkan, maka di dalam kubur ia akan ditanya oleh malaikat. Apakah jawaban yang benar  ketika menjawab pertanyaan malaikat itu, juga berkaitan dengan tahap kehidupan sesudahnya hingga Hari Kebangkitan?

Jawaban:

Ada dua perkara yang akan dialami oleh setiap manusia yang mati dan dikubur, yaitu pertamayang disebut Fitnatul Qobrikedua adalah Ni’mat atau ‘Adzabun fil Qobri.

Fitnatul Qobri adalah pertanyaan dua malaikat antara lain: “Siapakah Robb-mu, siapakah Nabimu, dan apakah dien-mu?”. Yaitu yang dikenal dengan Tiga Landasan Hidup (Al Ushuuluts Tsalaatsah), yang harus diketahui oleh setiap manusia karena mereka akan menghadap kepada Allooh سبحانه وتعالى. Kalau ia berhasil menjawab pertanyaan itu dengan benar, maka ia akan lulus dan memperoleh Ni’mat Kubur. Kalau gagal, maka ia akan gagal dan sudah memperoleh Adzab Kubur terlebih dahulu.

Berarti, menurut kata para ‘Ulama Ahlus Sunnah bahwa Kubur adalah merupakan kedudukan pertama dari alam Akhirat.

Di dalam kubur itu sudah mulai berlaku ketentuan bahwa manusia mati itu tidak ada yang dibawa kecuali tiga hal yakni: Amal yang shoolih, ilmu yang bermanfa’at dan anak yang shoolih yang mendo’akan kedua orangtuanya.

Tentunya hal itu akan ada pengaruhnya terhadap Hari Kebangkitan, terhadap Masa Hisab, dan tahapan berikutnya. Karena orang yang dengan benar menjawab pertanyaan malaikat, maka ia akan mendapatkan Nikmat Kubur karena pada akhirnya ia akan masuk ke surga Alloohسبحانه وتعالى. Walaupun Nikmat Kubur tersebut tidaklah merupakan kepastian apakah ia otomatis langsung menjadi ahlul Jannah ataukah harus diadzab di neraka terlebih dahulu barulah karena adanya iman di dadanya kemudian pada akhirnya ia dimasukkan ke surga. Hal ini dikarenakan sebagaimana yang telah diberitakan dalam Hadits bahwa orang yang masuk surga langsung tanpa Hisab dan tanpa ‘Adzab itu adalah terbatas bilangannya.

Sebagaimana diberitakan dalam Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 220 dari Shohabat Ibnu ‘Abbas رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Allooh سبحانه وتعالى berfirman:

هَذِهِ أُمَّتُكَ وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ

Artinya:

Ini adalah ummatmu, dari mereka terdapat 70.000 yang akan masuk kedalam surga tanpa hisab dan tanpa adzab.”

Sedangkan dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 103 dari ‘Aisyah رضي الله عنها, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :

مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ

Artinya:

Orang yang  dihisab berarti akan diadzab oleh Allooh سبحانه وتعالى”. 

Walaupun ‘adzabnya itu mungkin sebentar, tetapi ia tetap akan di-‘adzab. Jadi Nikmat Kuburadalah nikmat yang manusia tersebut terima dari apa yang ia dapatkan ketika ia hidup di dunia, namun belum tentu ia akan langsung menjadi ahlul Jannah (penduduk surga). Tetapi ia akan melalui tahapan-tahapan Hari Kebangkitan, Hari Mahsyar, Hari Hisab dan seterusnya. Mungkin ia akan masuk neraka sebentar, lalu selanjutnya ia akan masuk surga.

Meskipun demikian, perkara orang akan masuk ke dalam neraka terlebih dahulu, lalu masuk surga, janganlah itu dianggap perkara yang ringan. Karena hitungan waktu sehari di akhirat sama dengan seribu tahun di alam dunia. Dan api neraka adalah 70 kali lipat panasnya dibandingkan panas api di dunia.

Pertanyaan:

Pengertian bahwa manusia itu sudah diampuni oleh Allooh سبحانه وتعالى, karena ia sudah bertaubat sebelum meninggal, apakah ia masih mendapat siksa juga?

Lalu bagaimanakah makna ampunan Allooh سبحانه وتعالى, atau bagaimana memahami ampunan Allooh سبحانه وتعالى tersebut? Apakah setelah orang itu diampuni lalu hapus (hilang) dosanya begitu saja, artinya tidak dibalas dengan siksa, ataukah masih dibalas juga? Kalau masih dibalas dengan siksa, lalu apakah arti ampunan Allooh سبحانه وتعالى dalam hal ini?

Jawaban:

Benar. Sebagaimana diberitakan dalam Hadits Riwayat Imaam Ibnu Maajah no: 4250 di-Hasan-kan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdillah dari ayahnya رضي الله عنهما, beliau berkata bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم telah bersabda :

التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ ، كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ

Artinya:

Orang yang bertaubat dari suatu dosa, maka orang itu bagaikan orang yang tidak berdosa”.

Maknanya, kalau orang itu sudah tidak berdosa, berarti orang itu sudah kosong dosa-dosanya.  Lalu apakah orang itu punya kebaikan atau tidak. Walloohu a’lam.

Di dalam Hadits yang lain yakni Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 2766 dari Shohabat Abu Sa’iid Al Khudry  رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :

كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَهَلْ لَهُ مِنَ تَوْبَةٍ فَقَالَ لاَ. فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ نَعَمْ وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللَّهَ فَاعْبُدِ اللَّهَ مَعَهُمْ وَلاَ تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ. فَانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلاَئِكَةُ الْعَذَابِ فَقَالَتْ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ جَاءَ تَائِبًا مُقْبِلاً بِقَلْبِهِ إِلَى اللَّهِ. وَقَالَتْ مَلاَئِكَةُ الْعَذَابِ إِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ. فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ فِى صُورَةِ آدَمِىٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ فَقَالَ قِيسُوا مَا بَيْنَ الأَرْضَيْنِ فَإِلَى أَيَّتِهِمَا كَانَ أَدْنَى فَهُوَ لَهُ. فَقَاسُوهُ فَوَجَدُوهُ أَدْنَى إِلَى الأَرْضِ الَّتِى أَرَادَ فَقَبَضَتْهُ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ

Artinya:

“Adalah orang-orang sebelum kalian terdapat seorang yang membunuh 99 nyawa, lalu ia bertanya tentang orang teralim di muka bumi pada saat itu, maka ditunjukkanlah pada seorang Rohib, maka orang tersebut mendatanginya dan ia berkata, “Sesungguhnya dia telah membunuh 99 nyawa, apakah pintu taubat terbuka baginya?”

Rohib tersebut menjawab, “Tidak.”

Sehingga dibunuhlah Rohib itu dan lengkaplah dia membunuh 100 nyawa.

Kemudian dia bertanya orang teralim di muka bumi lainnya pada saat itu, maka ditunjukkanlah pada seseorang alim, maka ia pun berkata, “Sungguh dia telah membunuh 100 nyawa, apakah terbuka pintu taubat baginya?

Orang alim tersebut menjawab, “Ya. apa yang menghalangi antara dia dengan taubat? Pergilah kamu ke negeri anu dan anu, karena disana penghuninya beribadah pada Allooh سبحانه وتعالى,maka beribadahlah kamu pada Allooh سبحانه وتعالى bersama mereka, dan jangan kamu pulang ke negerimu sebab sesungguhnya negerimu adalah negeri yang jelek.”

Maka bertolaklah orang tadi sehingga ketika dia sampai ditengah perjalanan, kematian pun menjemputnya, maka bertengkarlah Malaikat Rahmat dan Malaikat Adzab.

Seraya Malaikat Rahmat berkata, “Orang ini berada dalam keadaan taubat. Menghadap dengan hatinya pada Allooh سبحانه وتعالى.”

Sedangkan Malaikat Adzab berkata, “Orang ini sama sekali belum berbuat kebajikan.”
Maka datanglah Malaikat yang lain berwujud manusia menjadi Hakim bagi mereka dan berkata, “Ukurlah oleh kalian jarak kedua negeri. Jarak terdekat yang ditemui maka itulah nasibnya.”

Sehingga mereka pun mengukur, dan ditemui bahwa dia lebih dekat pada negeri yang dia tuju. Maka dicabutlah nyawanya oleh Malaikat Rahmat.”

Jadi ada orang yang Allooh سبحانه وتعالى masukkan ke dalam surga, padahal ia belum beramal kebajikan. Oleh Allooh سبحانه وتعالى, orang itu diterima masuk surga meskipun belum beramal kebajikankarena ia telah mendekat untuk bertaubat.

Sebaliknya ada pula diberitakan dalam Hadits Riwayat Imaam Muslim no: 2581 dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bertanya:

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ ». قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ « إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ

Artinya:

Tahukah kalian siapa orang bangkrut?”.

Shohabat menjawab : “Orang yang bangkrut ialah orang yang tidak punya dirham tidak punya kekayaan di dunia”.

Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda : “Orang yang bangkrut ialah orang dari ummatku yang datang pada Hari Kiamat membawa pahala sholat, shoum, zakat padahal ia telah mencaci maki si Fulan, menuduh si Fulan, memakan harta si Fulan, membunuh si Fulan, dan menganiaya si Fulan. Maka kebaikannya akan diberikan pada si Fulan dan si Fulan sehingga apabila telah habis kebaikannya, sedangkan belum dapat membalas pada mereka, maka akan diambillah kesalahan si Fulan dan si Fulan kemudian akan ditimpakan padanya, lalu dia akan dicampakkan kedalam neraka.”

Ada beberapa perkara dimana hanya Allooh سبحانه وتعالى Yang Maha Tahu tentang keadaan manusia di hari Kiamat. Tetapi secara nash, kita harus yakin bahwa bila seseorang itu sudah bertaubat dengan Taubatan Nasuuha, maka Allooh سبحانه وتعالى tentu tidak akan mendzoliminya. Kalau orang tersebut sudah dihapus dosanya, ia tetap akan dihisab, tetapi hisabnya adalah Hisaaban Yasiiro (Hisab yang mudah) dan kemudian Allooh سبحانه وتعالى akan memasukkan ia ke dalam surga.

Maka harus diyakini bahwa dalam ‘Aqiidah Ahlussunnah wal Jamaa’ah itu adalah apabila seseorang mendapatkan adzab dari Allooh سبحانه وتعالى, maka itu adalah karena keadilan Allooh سبحانه وتعالى. Manusia sudah diberi bekal akal, diberi alat, diberi fasilitas dalam hidupnya, tetapi ternyata masih saja ia ber-ma’shiyat kepada Allooh سبحانه وتعالى. Merupakan keadilan Allooh سبحانه وتعالى bila ia diberi hukuman. Sedangkan manusia akan mendapatkan keutamaan, kalau ia masuk ke dalam surga, karena sesungguhnya surga itu tidak bisa dibeli dengan amal kita, melainkan itu adalah karena rahmat Allooh سبحانه وتعالى.

Intinya adalah : Kembali kepada Kehendak Allooh سبحانه وتعالى. Kalau seseorang itu dikehendaki Allooh سبحانه وتعالى untuk diampuni dan dihapus dosa-dosanya dan masuk ke dalam surga, ataukah kalau Allooh سبحانه وتعالى kehendaki orang itu akan diadzab dan kemudian akan masuk surga kembali (karena Allooh سبحانه وتعالى telah berjanji bahwa orang yang berdosa akan keluar dari nerakanya), maka itu semua adalah berpulang kepada kehendak Allooh سبحانه وتعالى. Tetapi orang yang sudah diampuni, berarti sudah tidak ada lagi yang dihisab. Maka serahkan saja segala keputusan ini kepada Allooh سبحانه وتعالى.

Masalahnya, apakah kita bisa memastikan bahwa taubat kita itu diterima sehingga betul-betul dosa-dosa kita hapus? Inilah yang kita tidak tahu. Kita hanya takut karena Allooh سبحانه وتعالى akan menyiksa kita dan kita hanya bisa mengharap Rahmat dan Kasih-Sayang Allooh سبحانه وتعالى, sehingga Allooh سبحانه وتعالى memberikan kelebihan kepada kita sehingga kita bisa menjadi Ahlul Jannah. Oleh karena itu didalam diri kita hendaknya ada sikap Khauuf (Takut) dan Rojaa’ (Harap).

Pertanyaan:

Amalan apakah yang paling berat timbangannya?

Jawaban:

Dilihat dari jenisnya, maka amalan yang paling berat timbangannya adalah amalan yang paling  besar dan paling berat resikonya. Pahala itu tergantung pada tingkat kesulitannya.

Menurut Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bahwa termasuk tertinggi amalan seorang muslim adalah Jihad fii sabiilillah. Sementara sholat adalah tiang dien (agama).

Sebagaimana diberitakan dalam Hadits Riwayat Imaam At Turmudzy no: 2616 dan Hadits ini di-Shohiih-kan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany, dari Shohabat Mu’adz bin Jabal رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ ، وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ

Artinya:

Kepala segala perkara adalah Islam. Tiangnya adalah sholat dan puncaknya adalah Al Jihaad.”

Puncak dari amalan Islam adalah Jihad fii sabiilillah karena pahala Jihad fii sabiilillah itu adalah langsung masuk surga dan akan meninggalkan kejayaan pada kaum muslimin. Perkara yang besar seperti itu lah yang memungkinkan orang mendapatkan amalan yang timbangannya paling berat. Hal itu dikarenakan pengorbanannya yang besar, yang mana ia harus mengorbankan nyawa dan hartanya.

Dan ucapan yang ringan tetapi berat timbangannya adalah sebagaimana diberitakan dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 6682 dan Imaam Muslim no: 2694 dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيم

Artinya:

Dua kalimat ringan di mulut, berat dalam timbangan, dicintai Allooh سبحانه وتعالى adalah:

Subhaanallooh wabihamdihi, subhaanalloohil ‘adziim (Maha Suci Alllooh, Maha Terpuji Allooh. Maha Suci Allooh yang Maha Agung).” 

Sedangkan amalan yang timbangannya berat diantaranya adalah sebagaimana diberitakan dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 26 dan Imaam Muslim no: 83 dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda ketika ditanya tentang amalan apakah yang paling afdhol, maka Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم pun menjawab:

إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا ؟ قَالَ : الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا ؟ قَالَ : حَجٌّ مَبْرُورٌ

Artinya:

Iman kepada Allooh سبحانه وتعالى, Jihad fii sabiilillah dan Haji yang Mabrur”.

Pertanyaan :

Apakah tanda-tanda taubat seseorang itu diterima?

Jawaban :

Tanda-tanda diterimanya taubat seseorang adalah: Telah dipenuhinya apa yang menjadi syarat Taubat itu sendiri. Syarat Taubat adalah: Menyesali perbuatannyatidak mengulangi perbuatan dosanya itu dan mengganti perbuatan yang dosa itu dengan perbuatan (amalan) yang baik. Bila berkaitan dengan manusia, maka ia mengembalikan hak kepada manusia yang pernah ia dzolimi.

Kalau itu menjadi indikatornya, maka Taubatnya itu diterima.

Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Tinggalkan komentar