Bila anda perhatikan kondisi kebanyakan orangsaat sakaratul maut menjemput, anda akan melihat bahwa mereka terhalangi untuk
mendapatkan husnul khatimah, sebagai hukuman akibat perbuatan perbuatan jelek mereka.
Al-hafizh Abu Muhammad Abdul Haq bin Abdurrahman Asy-syibli berkata (1): “ketahuilah bahwa su’ul khatimah itu ( semoga Allah menjauhkan kita darinya ) mempunyai beberapa penyebab.Adajalan-jalan dan pintu-pintu yang menghantarkan kepadanya. Penyebab, pintu dan jalan yang paling besar adalah larut dalam urusan keduniaan, tidak perhatian dalam urusan akhirat dan berani maksiat kepada Allah. Bisa saja ada seseorang yang sudah terbiasa melakukan kesalahan atau maksiat tertentu, sehingga menguasai hatinya, akalnya tertawan oleh kebiasaan tersebut, pelita hatinya padam dan terbentuklah hijab yang menutupinya. Akibatnya,
teguran tidak lagi akan berguna, nasihat tidak lagi akan bermanfaat dan bisa saja kematian dating menjemput saat dia dalam keadaan demikian.
Lalu datanglah panggilan kebaikan dari subuah
tempat yang jauh, namun dia tidak dapat
memahami maksudnya. Dia tidak tahu apa yang
diinginkan oleh panggilan itu, sekalipun orang
yang meneriakkan panggilan itu terus mengulangi
dan mengulanginya lagi”.
Diriwayatkan, bahwa ada seorang dari anak buah
An Nashir ( salah seorang pemimpin di masa
Mamlukiyyah) yang sedang didatangi oleh
sakaratul maut, kemudian anaknya berkata : “
ucapkanlah, laa Ilahaa Illallah !” orang itu berucap
: An Nashir adalah tuanku.” Diulangilah
permintaan itu kepadanya, namun jawaban orang
itu tetap sama. Tiba-tiba orang itu tidak sadarkan
diri dan setelah dia siuman dia berucap lagi : “ An
Nashir adalah tuanku”. Begitulah terus menerus
setiap kali dikatakan kepadanya ucapan : “ laa
Ilaaha Illallah” dia malah berucap : “ An Nashir
adalah tuanku”. Kemudian ia berkata kepada
anaknya : “ Hai fulan, sesungguhnya An Nashir itu
dapat mengenalmu hanya dengan pedang dan
keberanianmu membunuh ( berperang )”.
Kemudian dia meninggal dunia.
Abdul Haq berkata : “ pernah dikatakan juga
kepada orang lain ( yang saya mengenalnya )
ucapkanlah : laa Ilaaha Illallah dia malah berucap
: “ tolong rumah yang disanaitu diperbaiki, dan
kebun yang disanaitu dikerjakan…”
Abdul Haq juga berkata : “di antara riwayat dari
Abu thahir As Silafiy yang mana dia telah
mengizinkan aku untuk meriwayatkannya, yaitu
subuah kisah dimana ada seorang pria yang
sedang sakaratul maut, kemudian dikatakan
kepadanya : ucapkanlan ‘laa Ilaaha Illallah’ namun
dia malah mengatakan kata-kata dengan bahasa
Persiayang artinya ‘ sepuluh dengan sebelas(
maksudnya, boleh berutang sepuluh tapi bayarnya
sebelas, pent)
Dan pernah dikatakan pula pada orang lain :
ucapkanlah laa Ilaaha Illallah dia malah
mengatakan “ mana jalan ke pemandian manjab?
( nama pemandian ).
Kata Abdul Haq : jawaban yang diucapkannya itu
ada ceritanya. Suatu ketika ada seorang pria yang
sedang berdiri di depan rumahnya. Rumah
tersebut pintunya menyerupai pintu sebuah
tempat pemandian, tiba-tiba di situ lewat wanita
cantik dan bertanya, ‘mana jalan ke pemandian
manjab ? dia menjawab (sambil menunjuk ke
pintu rumahnya) , ini dia pemandian manjab itu!
Maka, wanita itu pun masuk ke dalam rumahnya
sampai kebelakang. Setelah dia sadar terjebak di
rumah sang pria dan tahu bahwa dia sedang
ditipu, dia pura-pura menampakkan rasa gembira
dan suka cintanya karena pertemuannya dengan
pria itu. Kemudian wanita itu berkata, ‘ sebaiknya
(sebelum kita berkumpul ) engkau harus
mempersiapkan untuk kita apa-apa yang dapat
membuat keindahan kehidupan kita sekaligus
menyenangkan hati kita’. Dengan segera pria itu
menjawab,’ sekarang juga aku akan membawakan
untukmu semua apa yang kami inginkan dan
kamu senangi’. Lalu dia pergi ke luar dan
meninggalkan si wanita dalam rumah, namun
tidak menguncinya. Kemudia ia mengambil apa
yang dia bisa bawa lalu kembali ke rumahnya.
Tapi sayang si wanita itu telah keluar dan pergi.
Sedikitpun wanita itu tidak mengambil apa- apa
dari rumahnya. Pria itu akhirnya mabuk kepayang
dan selalu ingat pada wanita itu tadi. Dia berjalan
di lorong-lorong dan gang-gang sambil
mengatakan :
Wahai tuhan mana wanita yang mengatakan suatu
hari dalam kondisi capek: mana jalan
kepemandian munjab?
Suatu saat , waktu dia mengucapkan bait syair
tadi, ada seorang wanita berkomentar dari jendela
pintu rumahnya :
Mengapa di saat sudah mendapatkannya tidak
dengan segera engkau menutup rumah itu atau
mengunci pintunya ?
Mendengar itu ia tambah mabuk kepayang.
Begitulah terus kondisinya sehingga bait syair itu
menjadi kata-kata terakhirnya saat meninggal
dunia.”
Suatu malam, sufyan Ats- tsauri menangis sampai
pagi. Di pagi itu ada yang bertanya kepadanya: “
adakah semua yang kau lakukan ini karena takut
akan dosa ?” lalu sufyan mengambil segenggam
tanah seraya berkata : “ dosa itu lebih ringan dari
batu ini, aku menangis karena takut akan su’ul
khatimah.”
Sungguh, ini adalah pemahaman yang baik, bila
seseorang itu khawatir akan dosa-dosanya akan
mebuatnya terhina di kala meninggal dunia nanti,
sehingga dia terhalang untuk memperoleh husnul
khatimah.
Al Imam Ahmad pernah menyebutkan bahwa Abu
Darda’ di saat sakaratul maut datang, dia pingsan
tak sadarkan diri, kemudian dia siuman dan
membaca :
“ Dan (begitulah ) kami memalingkan hati dan
penglihatan mereka seperti mereka belum pernah
beriman kepadanya pada permulaannya, dan kami
biarkanmereka bergelimang dalam kesesatannya
yang sangat” (QS. Al An’am : 110)
Dan oleh karena itu, para ulama salaf khawatir
kalau dosa-dosa itu dapat menghalangi mereka
untuk memperoleh husnul khatimah.
Abdul Haq juga berkata : “ ketahuilah bahwa su’ul
khatimah itu ( semoga kita dilindungi oleh Allah
darinya ) tidak akan terjadi pada orang yang
dasarnya sudah rusak atau senantiasa melakukan
dosa besar dan mengerjakan kemaksiatan. Barang
kali itu menjadi kebiasaannya, sehingga kematian
datang menjemputnya sebelum sempat bertaubat,
akhirnya dia meninggal sebelum memperbaiki
dirinya, urat nadinya dicabut sebelum dia kembali
kepada Allah, sehinga saat itu setan berhasil
merenggut dan menyambarnya disaat yang
genting tersebut. Na’udzu billah!”
Diriwayatkan bahwa di mesir dulu ada seseorang
yang selalu pergi ke masjid untuk adzan dan
melakukan shalat. Wajahnya berwibawa dan
penuh cahaya ibadah. Suatu hari dia naik ke
menara seperti biasanya untuk adzan, di bawah
menara itu ada rumah seorang nashrani, dia
melongok ke dalam rumah tersebut, dan melihat
anak perempuan pemilik rumah itu, akhirnya ia
tergoda dengannya, lalu dia tinggalkan adzan saat
itu, dan turun untuk menemuinya, dan masuk ke
dalam rumahnya. Anak perempuan itu bertanya :
“ ada apa, apa yang kamu inginkan ?” Dia
menjawab : Aku menginginkan kamu. Dia
bertanya lagi : “mengapa demikian ?” dia
menjawab : “ sungguh engkau telah menawan
jiwaku dan menguasai seluruh relung hatiku.”
Perempuan itu berkata : “ Aku tidak akan pernah
memenuhi keinginanmu selamanya.” Pria tadi
menjawab : “ aku akan mengawinimu lebih
dahulu.” Perempuan itu berkata : “engkau seorang
muslim, aku nashrani, ayahku tidak akan
mengawinkan aku denganmu. Lelaki itu berkata: “
aku akan masuk agama Nashrani!” Maka wanita
itu berkata : “ jika kamu lakukan itu, maka aku
mau!” akhirnya lelaki itu resmi masuk Nashrani
agar dapat kawin dengannya. Diapun tinggal
bersama mereka. Dan pada hari itu, dia naik
loteng yang ada di rumah tersebut, kemudian
jatuh dan langsung mati.
Kasihan, dia tidak berhasil mendapatkan
perempuan tersebut dan dia kehilangan
agamanya.
Diriwayatkan pula, ada seorang laki-laki yang
senang kepada seseorang. Kesenangan dan
kecintaannya sangat kuat, sehingga mampu
menguasahi hatinya. Bahkan, dia sampai jatuh
sakit dan harus tidur istirahat karenanya.
Sementara orang yang dicintai itu tidak mau
menemuinya. Dia benar-benar tidak suka dan
menjauh darinya. Sementara itu orang-orang
berusaha mempertemukan keduanya, sehingga ia
berjanji untuk menemuinya. Orang-orang datang
membawa kabar tersebut, diapun gembira dan
sangat bersuka cita. Kesempitan di dadanya
terasa hilang. Jadilah ia menunggu waktu yang
ditentukan untuknya. Di saat itu, tiba-tiba datang
orang yang akan mempertemukan keduanya, lalu
menyampaikan : “dia sudah berangkat bersamaku
sampai di tengah perjalanan, namun dia kembali
lagi. Aku terus mendorong dan merayunya, tapi
dia berkata : “ orang itu ingat dan menyebutnyebut
aku dan dia pun bergembira dengan
kedatanganku. Namun aku tidak akan masuk ke
tempat yang meragukan. Aku tidak akan
mempersembahkan diriku untuk tempat-tempat
yang mencurigakan. Aku terus membujuknya,
namun dia tidak mau dan terus pergi. Mendengar
hal itu, orang yang sakit tadi langsung
menjatuhkan diri dan kembali sakit dengan kondisi
yang lebih parah lagi dari sebelumnya, tandatanda
kematian sudah tampak di wajahnya, saat
itu dia mengatakan dalam untaian syair :
Wahai salma, wahai penenang hati yang sakit.
Wahai obat bagi tubuh yang kurus.
Keridhaanmu lebih diharapkan oleh hatiku,
katimbang rahmat Allah yang maha pencipta dan
maha mulia.
Maka abdul Haq asy- asyibly berkata kepadanya :
“wahai fulan, takutlah engkau kepada Allah !! dia
menjawab : semuanya sudah terjadi, akhirnya aku
meninggalkannya. Dan tidak sempat aku melewati
pintu rumahnya, hingga aku medengar nyaring
suara kematiannya. Kita berlindung kepada Allah
dari su’ul khatimah.
(1 ) Dalam kitab Al-‘Aqibah fi Dzikril Maut Wal Akhirat, hal
178: 181.
Sumber : Jangan Dekati Zina karya Al Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyah, penerjemah tim Darul Haq Jakarta