BAB VII : Para Pelaku Maksiat Dikhawatirkan Akan Mati Dalam Su’ul Khatimah

Bila anda perhatikan kondisi kebanyakan orangsaat sakaratul maut menjemput, anda akan melihat bahwa mereka terhalangi untuk

mendapatkan husnul khatimah, sebagai hukuman akibat perbuatan perbuatan jelek mereka.

Al-hafizh Abu Muhammad Abdul Haq bin Abdurrahman Asy-syibli berkata (1): “ketahuilah bahwa su’ul khatimah itu ( semoga Allah menjauhkan kita darinya ) mempunyai beberapa penyebab.Adajalan-jalan dan pintu-pintu yang menghantarkan kepadanya. Penyebab, pintu dan jalan yang paling besar adalah larut dalam urusan keduniaan, tidak perhatian dalam urusan akhirat dan berani maksiat kepada Allah. Bisa saja ada seseorang yang sudah terbiasa melakukan kesalahan atau maksiat tertentu, sehingga menguasai hatinya, akalnya tertawan oleh kebiasaan tersebut, pelita hatinya padam dan terbentuklah hijab yang menutupinya. Akibatnya,

teguran tidak lagi akan berguna, nasihat tidak lagi akan bermanfaat dan bisa saja kematian dating menjemput saat dia dalam keadaan demikian.

Lalu datanglah panggilan kebaikan dari subuah

tempat yang jauh, namun dia tidak dapat

memahami maksudnya. Dia tidak tahu apa yang

diinginkan oleh panggilan itu, sekalipun orang

yang meneriakkan panggilan itu terus mengulangi

dan mengulanginya lagi”.

Diriwayatkan, bahwa ada seorang dari anak buah

An Nashir ( salah seorang pemimpin di masa

Mamlukiyyah) yang sedang didatangi oleh

sakaratul maut, kemudian anaknya berkata : “

ucapkanlah, laa Ilahaa Illallah !” orang itu berucap

: An Nashir adalah tuanku.” Diulangilah

permintaan itu kepadanya, namun jawaban orang

itu tetap sama. Tiba-tiba orang itu tidak sadarkan

diri dan setelah dia siuman dia berucap lagi : “ An

Nashir adalah tuanku”. Begitulah terus menerus

setiap kali dikatakan kepadanya ucapan : “ laa

Ilaaha Illallah” dia malah berucap : “ An Nashir

adalah tuanku”. Kemudian ia berkata kepada

anaknya : “ Hai fulan, sesungguhnya An Nashir itu

dapat mengenalmu hanya dengan pedang dan

keberanianmu membunuh ( berperang )”.

Kemudian dia meninggal dunia.

Abdul Haq berkata : “ pernah dikatakan juga

kepada orang lain ( yang saya mengenalnya )

ucapkanlah : laa Ilaaha Illallah dia malah berucap

: “ tolong rumah yang disanaitu diperbaiki, dan

kebun yang disanaitu dikerjakan…”

Abdul Haq juga berkata : “di antara riwayat dari

Abu thahir As Silafiy yang mana dia telah

mengizinkan aku untuk meriwayatkannya, yaitu

subuah kisah dimana ada seorang pria yang

sedang sakaratul maut, kemudian dikatakan

kepadanya : ucapkanlan ‘laa Ilaaha Illallah’ namun

dia malah mengatakan kata-kata dengan bahasa

Persiayang artinya ‘ sepuluh dengan sebelas(

maksudnya, boleh berutang sepuluh tapi bayarnya

sebelas, pent)

Dan pernah dikatakan pula pada orang lain :

ucapkanlah laa Ilaaha Illallah dia malah

mengatakan “ mana jalan ke pemandian manjab?

( nama pemandian ).

Kata Abdul Haq : jawaban yang diucapkannya itu

ada ceritanya. Suatu ketika ada seorang pria yang

sedang berdiri di depan rumahnya. Rumah

tersebut pintunya menyerupai pintu sebuah

tempat pemandian, tiba-tiba di situ lewat wanita

cantik dan bertanya, ‘mana jalan ke pemandian

manjab ? dia menjawab (sambil menunjuk ke

pintu rumahnya) , ini dia pemandian manjab itu!

Maka, wanita itu pun masuk ke dalam rumahnya

sampai kebelakang. Setelah dia sadar terjebak di

rumah sang pria dan tahu bahwa dia sedang

ditipu, dia pura-pura menampakkan rasa gembira

dan suka cintanya karena pertemuannya dengan

pria itu. Kemudian wanita itu berkata, ‘ sebaiknya

(sebelum kita berkumpul ) engkau harus

mempersiapkan untuk kita apa-apa yang dapat

membuat keindahan kehidupan kita sekaligus

menyenangkan hati kita’. Dengan segera pria itu

menjawab,’ sekarang juga aku akan membawakan

untukmu semua apa yang kami inginkan dan

kamu senangi’. Lalu dia pergi ke luar dan

meninggalkan si wanita dalam rumah, namun

tidak menguncinya. Kemudia ia mengambil apa

yang dia bisa bawa lalu kembali ke rumahnya.

Tapi sayang si wanita itu telah keluar dan pergi.

Sedikitpun wanita itu tidak mengambil apa- apa

dari rumahnya. Pria itu akhirnya mabuk kepayang

dan selalu ingat pada wanita itu tadi. Dia berjalan

di lorong-lorong dan gang-gang sambil

mengatakan :

Wahai tuhan mana wanita yang mengatakan suatu

hari dalam kondisi capek: mana jalan

kepemandian munjab?

Suatu saat , waktu dia mengucapkan bait syair

tadi, ada seorang wanita berkomentar dari jendela

pintu rumahnya :

Mengapa di saat sudah mendapatkannya tidak

dengan segera engkau menutup rumah itu atau

mengunci pintunya ?

Mendengar itu ia tambah mabuk kepayang.

Begitulah terus kondisinya sehingga bait syair itu

menjadi kata-kata terakhirnya saat meninggal

dunia.”

Suatu malam, sufyan Ats- tsauri menangis sampai

pagi. Di pagi itu ada yang bertanya kepadanya: “

adakah semua yang kau lakukan ini karena takut

akan dosa ?” lalu sufyan mengambil segenggam

tanah seraya berkata : “ dosa itu lebih ringan dari

batu ini, aku menangis karena takut akan su’ul

khatimah.”

Sungguh, ini adalah pemahaman yang baik, bila

seseorang itu khawatir akan dosa-dosanya akan

mebuatnya terhina di kala meninggal dunia nanti,

sehingga dia terhalang untuk memperoleh husnul

khatimah.

Al Imam Ahmad pernah menyebutkan bahwa Abu

Darda’ di saat sakaratul maut datang, dia pingsan

tak sadarkan diri, kemudian dia siuman dan

membaca :

“ Dan (begitulah ) kami memalingkan hati dan

penglihatan mereka seperti mereka belum pernah

beriman kepadanya pada permulaannya, dan kami

biarkanmereka bergelimang dalam kesesatannya

yang sangat” (QS. Al An’am : 110)

Dan oleh karena itu, para ulama salaf khawatir

kalau dosa-dosa itu dapat menghalangi mereka

untuk memperoleh husnul khatimah.

Abdul Haq juga berkata : “ ketahuilah bahwa su’ul

khatimah itu ( semoga kita dilindungi oleh Allah

darinya ) tidak akan terjadi pada orang yang

dasarnya sudah rusak atau senantiasa melakukan

dosa besar dan mengerjakan kemaksiatan. Barang

kali itu menjadi kebiasaannya, sehingga kematian

datang menjemputnya sebelum sempat bertaubat,

akhirnya dia meninggal sebelum memperbaiki

dirinya, urat nadinya dicabut sebelum dia kembali

kepada Allah, sehinga saat itu setan berhasil

merenggut dan menyambarnya disaat yang

genting tersebut. Na’udzu billah!”

Diriwayatkan bahwa di mesir dulu ada seseorang

yang selalu pergi ke masjid untuk adzan dan

melakukan shalat. Wajahnya berwibawa dan

penuh cahaya ibadah. Suatu hari dia naik ke

menara seperti biasanya untuk adzan, di bawah

menara itu ada rumah seorang nashrani, dia

melongok ke dalam rumah tersebut, dan melihat

anak perempuan pemilik rumah itu, akhirnya ia

tergoda dengannya, lalu dia tinggalkan adzan saat

itu, dan turun untuk menemuinya, dan masuk ke

dalam rumahnya. Anak perempuan itu bertanya :

“ ada apa, apa yang kamu inginkan ?” Dia

menjawab : Aku menginginkan kamu. Dia

bertanya lagi : “mengapa demikian ?” dia

menjawab : “ sungguh engkau telah menawan

jiwaku dan menguasai seluruh relung hatiku.”

Perempuan itu berkata : “ Aku tidak akan pernah

memenuhi keinginanmu selamanya.” Pria tadi

menjawab : “ aku akan mengawinimu lebih

dahulu.” Perempuan itu berkata : “engkau seorang

muslim, aku nashrani, ayahku tidak akan

mengawinkan aku denganmu. Lelaki itu berkata: “

aku akan masuk agama Nashrani!” Maka wanita

itu berkata : “ jika kamu lakukan itu, maka aku

mau!” akhirnya lelaki itu resmi masuk Nashrani

agar dapat kawin dengannya. Diapun tinggal

bersama mereka. Dan pada hari itu, dia naik

loteng yang ada di rumah tersebut, kemudian

jatuh dan langsung mati.

Kasihan, dia tidak berhasil mendapatkan

perempuan tersebut dan dia kehilangan

agamanya.

Diriwayatkan pula, ada seorang laki-laki yang

senang kepada seseorang. Kesenangan dan

kecintaannya sangat kuat, sehingga mampu

menguasahi hatinya. Bahkan, dia sampai jatuh

sakit dan harus tidur istirahat karenanya.

Sementara orang yang dicintai itu tidak mau

menemuinya. Dia benar-benar tidak suka dan

menjauh darinya. Sementara itu orang-orang

berusaha mempertemukan keduanya, sehingga ia

berjanji untuk menemuinya. Orang-orang datang

membawa kabar tersebut, diapun gembira dan

sangat bersuka cita. Kesempitan di dadanya

terasa hilang. Jadilah ia menunggu waktu yang

ditentukan untuknya. Di saat itu, tiba-tiba datang

orang yang akan mempertemukan keduanya, lalu

menyampaikan : “dia sudah berangkat bersamaku

sampai di tengah perjalanan, namun dia kembali

lagi. Aku terus mendorong dan merayunya, tapi

dia berkata : “ orang itu ingat dan menyebutnyebut

aku dan dia pun bergembira dengan

kedatanganku. Namun aku tidak akan masuk ke

tempat yang meragukan. Aku tidak akan

mempersembahkan diriku untuk tempat-tempat

yang mencurigakan. Aku terus membujuknya,

namun dia tidak mau dan terus pergi. Mendengar

hal itu, orang yang sakit tadi langsung

menjatuhkan diri dan kembali sakit dengan kondisi

yang lebih parah lagi dari sebelumnya, tandatanda

kematian sudah tampak di wajahnya, saat

itu dia mengatakan dalam untaian syair :

Wahai salma, wahai penenang hati yang sakit.

Wahai obat bagi tubuh yang kurus.

Keridhaanmu lebih diharapkan oleh hatiku,

katimbang rahmat Allah yang maha pencipta dan

maha mulia.

Maka abdul Haq asy- asyibly berkata kepadanya :

“wahai fulan, takutlah engkau kepada Allah !! dia

menjawab : semuanya sudah terjadi, akhirnya aku

meninggalkannya. Dan tidak sempat aku melewati

pintu rumahnya, hingga aku medengar nyaring

suara kematiannya. Kita berlindung kepada Allah

dari su’ul khatimah.

 

(1 ) Dalam kitab Al-‘Aqibah fi Dzikril Maut Wal Akhirat, hal

178: 181.

 

 

Sumber : Jangan Dekati Zina karya Al Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyah, penerjemah tim Darul Haq Jakarta

 

Tinggalkan komentar